Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Pagi telah tiba, tampak matahari sudah menampakkan cahaya dengan begitu malu malu. Masuk perlahan menyinari disela sela jendela kamar gadis cantik itu. Ia begitu tertidur nyenyak di kasur empuknya, yang berukuran king size. Kamar yang begitu luas dihiasi desain bunga bunga berwarna merah agak gelap.
Tampak jendela kamarnya belum juga terbuka karena pemilik nya masih saja tertidur memeluk guling empuknya dari balik selimut itu.
Ia tidur menggunakan baju tidur yang begitu terlihat seksi di tubuhnya dengan motif tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan tubuh-nya. Ia memang terbiasa tidur menggunakan pakaian seksi seperti itu.
Suara langkah kaki terdengar memasuki kamarnya, Adam berdiri tepat di depan pintu kamar sambil menatap Hana dengan tersenyum menggelengkan kepalanya.
Ia lalu beranjak, melangkah perlahan kearah kasur itu. mendudukkan bokongnya di sisi samping kasur milik wanita itu. Ia memandangi Hana sambil mengukirkan senyuman penuh cinta pada anak angkat sekaligus cintanya itu.
Kedua tangan Adam bergerak di-atas pipi milik Hana, mengelusnya pelan dengan gerakan lembut penuh cinta. Hana yang masih memejamkan matanya, akhirnya menggeliat pelan saat merasakan, elusan lembut di pipinya.
"Eungh!." lenguhan pelan terdengar dari mulut Hana, ia perlahan membuka kedua matanya.
Dan hal pertama yang ia lihat di depan matanya adalah pria yang begitu ia cintai. Ia melebarkan senyuman itu saat mengetahui elusan itu, berasal dari tangan Adam.
"Dady." Hana tersenyum, lalu satu tangannya meraih tangan Adam yang masih berada di pipinya. Mengecup tangan kekar itu penuh sayang. Ia kemudian memberikan satu gigitan pelan di jari Adam dengan senyuman nakal.
"Kamu ingin menggoda ku, baby?" tanya Adam dengan menatap nakal kearah Hana.
"Hahaha, bukankah Dady yang ajarin aku" ucap Hana sambil mengigit bibirnya.
"Dasar anak nakal, umaach ... umaach ." seru Adam sambil memberikan dua serangan ciuman di pipi Hana dengan gemas.
"Daddy, aku belum mandi, jangan di cium." jerit Hana pelan dengan suara terdengar manja.
"Sudah mandi ataupun belum, kamu tetap aja wangi sayang, umaach." sahut Adam yang masih sibuk menciumi pipi Hana, Hinga ciuman itu turun perlahan di ceruk leher milik Hana.
Adam mencium leher Hana dengan kuat menggunakan kedua bibirnya hingga meninggalkan bekas merah di leher putih Hana.
"Eungh ... Dady jangan tinggalin jejak! Aku mau ke kampus pagi ini, nanti teman Hana bisa lihat, Dady." Hana mencoba menyingkirkan kepala Adam dari ceruk lehernya.
Takut jika Daddy-nya akan meninggalkan banyak jejak di-sana. Tapi Adam tidak juga mengangkat kepalanya dari leher itu. Ia masih saja asik mencium leher jenjang itu dengan begitu g**r*h.
"Daddy ..." mata Hana sudah terlihat sayu.
Adam menyeringai dibalik ceruk leher itu, saat mendengar des*han Hana. Ia lalu mengangkat kepalanya sebentar, lalu menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuh Hana. Membuangnya asal hingga tergeletak di atas lantai kamar.
Saat selimut itu sudah berhasil disingkirkan, Syaf menatap lapar melihat baju transparan yang dipakai Hana. Terlihat sangat menggoda imannya. Membuat ia menatap lapar tubuh itu.
"Kamu benar benar, menggoda sayang." ujar Adam dengan tatapan mendamba, ia lalu naik keatas kasur.
"Dady mau apa?" Hana sudah waspada dengan gerakan Daddy-nya. Ia sudah tebak jika Daddy nya sudah menaiki kasur seperti ini, akan berlanjut dengan adegan yang sudah sudah.
"Kita akan melakukan pemanasan dulu, sebelum kamu akan ke kampus." sahut Adam yang sudah menurunkan satu tali baju tidur Hana dengan tersenyum nakal.
"Jangan sekarang Dady, nanti aku terlambat ke kampus." ucap Hana mencoba menolak.
Ia memang akan ke kampus pukul delapan nanti, karena ia mempunyai jadwal pada jam itu.
"Kamu tidak akan terlambat baby," ucap Adam lalu memberikan remasan pelan di satu buah melon itu.