Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Cleo mulai menjalankan aksinya untuk kabur. Ia keluar lewat jendela ruang buku ketika takut akan ada yang memergokinya pergi. Hal itu tidak mustahil ketahuan ketika asisten rumah tangga milik Areliam sangat banyak. Semuanya terdiri dari 25 orang.
Ia membuka sebuah besi penutup gorong-gorong besar yang ada di belakang rumahnya. Sebelum keluar lewat jalan itu, Cleo memasang masker untuk penutup hidung. Barulah ia menunduk dan jalan dengan jongkok.
"Menjijikan sekali," gumam Cleo menitikan air matanya ketika tidak kuat dengan bau busuk yang menyengat.
Tiba-tiba saja Cleo berjingkat kaget ketika mendengar suara tikus yang mencicit.
"Aw ..." Ia mengerang setelahnya ketika kepalanya membentur atap gorong-gorong yang keras.
"Huwa ... apa ini karena aku sudah durhaka sama ayah?" tanya Cleo tiba-tiba menangis sesegukan.
Namun tangisannya hanya berlangsung beberapa detik saja. Setelah menghapus air matanya, ia langsung bersikap optimis.
"Zein, aku datang kepadamu." Wanita itu kembali merangkak.
Dua menit berada di dalam gorong-gorong yang panjang, akhirnya gadis itu bisa keluar.
"Tinggal beberapa langkah lagi," ucap gadis itu sudah ada di pinggiran jalan raya.
Tangannya langsung saja menghentikan mobil taxi.
"Akhirnya aku bisa keluar dari rumah tanpa penjagaan." Wanita itu berkata di dalam hati dengan begitu gembira.
"Maafkan aku ayah. Aku terpaksa melakukan ini. Bukankah ayah bilang aku sudah dewasa dan harus segera menikah. Sekarang aku sedang menemui impianku. Mengejar cinta Zein," gumam gadis itu mengeluarkan sebuah gambar dari kertasnya.
Sebuah foto yang menampakan seorang aktor tampan idola Cleo.
"Aku rela melakukan apapun untuk mendapatkan cintamu. Bahkan aku rela memberikan keperawananku untuk dia ... Ups ..." Cleo langsung membekap mulutnya sendiri dengan rapat.
"Apa yang aku bicarakan ini. Dasar tidak waras!" gerutu Cleo yang kesal sendiri dengan fikirannya yang aneh-aneh.
Sesosok gadis yang turun dari taxi yang ia naiki. Penampilan rapi ketika sebelum ia keluar dari rumah, justru kini sudah menjadi kebalikan. Pakaian yang bisa dibilang cukup buruk keluar dari taxi dengan tas kecil. Pakaiannya kotor terkena lumpur dari gorong-gorong dan rambut panjangnya terlihat berantakan, serta matanya agak sedikit sembab. Namun wajahnya langsung riang. Dengan semangat yang menggebu ia melangkah ke arah sebuah bangunan besar di depannya.
Namun langkahnya melambat melihat sosok bayangan di kegelapan yang tidak tertimpa dengan cahaya. Seolah sesosok vampir sedang menunggunya di seberang jalan. Tepatnya di samping gedung apartemen megah yang bertuliskan Princess Fish.
Ah ... fikirannya kembali terbayang pada film horor yang kemarin ia tonton. Jika vampir itu benar-benar tampan seperti yang ada di film, tidak apa-apa. Tapi bagaimana kalo sebaliknya, ia bisa saja mati sebelum mendapatkan pria idaman, menikah, punya anak dan hidup bahagia.
Gadis itu segera menepiskan bayangan aneh yang tiba-tiba saja melintas di otaknya.
Bruk ... bayangan itu entah mengapa berlari ke arahnya. Cleo yang sudah menyebrang jalan menghentikan langkahnya. Jantung Cleo mencuat seketika. Bukannya berhenti, pria itu justru langsung menabrak pundak kiri miliknya hingga membuatnya jatuh ke belakang.
"Aww ... " Gadis itu meringis karena bokongnya yang kesakitan akibat jatuh terduduk.
"Sorry," ujar sosok bayangan yang sempat membuat bulu kuduknya merinding. Namun kedua bola matanya menangkap seorang gadis yang begitu dia kenal, “Cleo.”
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, aksi kaburnya dari rumah benar-benar ketahuan.
“Aku buru-buru.” Dengan cepat ia beranjak, namun pakaian bagian belakangnya ditarik oleh Patra hingga gadis itu tergerak mundur, “Kenapa kamu tidak bersama dengan penjagamu itu? dimana mereka? Apa kamu kabur dari rumah?” Banyak pertanyaan yang muncul di benak Patra.
Dengan kesalnya Cleo memukul lengannya yang terus mencengram pakaiannya dan pergi begitu saja. “Sepertinya aku harus melaporkan ini pada Om Areliam,” gumamnya segera menghubunginya. Alih-alih panik, pria itu justru terlihat santai. “Jaga dia, Patra. Kamu harus terus bersamanya. Biarkan kali ini dia berada di tempat luar asalkan bersama dengan kamu.” Panggilan pun dimatikan secara sepihak saat Patra agak bingung.
***