Keringat sudah membanjiri tubuh Burhan dan Nuri di siang itu. Ini kali keduanya mereka berhubungan layaknya suami istri di kamar hotel yang mereka sewa. Sesekali terdengar cekikikan mesum dari mulut wanita yang berlipstik tebal berwarna merah itu. Berbagai macam gaya sudah mereka peragakan hari ini.
Apapun akan dilakukan oleh wanita bertubuh ini, termasuk meminta Burhan menceraikan istrinya. Yang Nuri tahu istrinya mas Burhan ini seorang guru TK dan belum memiliki anak. Mudah saja kan meminta pria yang sedang menindihnya ini untuk menceraikan sang istri sebab mereka belum memiliki anak. Tinggal Nuri mendekati ibunya mas Burhan saja dan menyogoknya dengan hadiah-hadiah kecil.
Nuri tak perduli bila nanti dikatai pelakor, pesona dan tubuh mas Burhan yang terjaga, begitu memikat hati gadis bukan perawan ini. Bahkan gaji mas Burhan yang lebih kecil, tak Nuri hiraukan karna gaji dan tip yang Nuri dapat dari kontraktor tempatnya bekerja sangat cukup untuk hidup tiga orang dalam sebulan. Apalagi kalau Nuri bersedia diraba-raba oleh pak Gunadi, semakin bertambahlah tip yang didapat.
Lalu hentakan Burhan dibawah sana semakin mengganas, buat Nuri kembali mengerang nikmat. Kenikmatan yang dia dapat dari suami wanita lain ini memang beda rasanya. Nuri bisa dibikin tiga kali melayang dalam sekali main.
Hentakan yang semakin cepat menandakan bila keduanya akan sampai pada tepian hasrat yang sama, meski tak halal namun nikmatnya luar biasa. Lagi dan lagi Burhan menumbuk dibawah sana, menusuk dan menghentak dengan cepat, lagi, lagi dan lagi lalu satu hentakan yang dalam Burhan berikan di kemaluan becek Nuri buat keduanya menggeram dan terdiam sejenak, menikmati sisa gairah yang tak halal di antara mereka. Mereka klimks dengan sempurna. Seks yang luar biasa untuk siang ini bagi pasangan mesum tu.
__
“Sampai kapan sih, Mas kita harus sembunyi-sembunyi kaya gini?” Nuri berpura merajuk pada Burhan setelah percintaan panas mereka tadi.
Ya ini sudah jalan tiga bulan mereka berselingkuh secara diam-diam. Lebih tepatnya Burhan yang diam-diam berselingkuh dari Sawitri, istrinya. Sebenarnya kadang Burhan tak tega dengan pengkhianatan yang ia lakukan, namun perhatian dan Servis Nuri di ranjang buat pria tinggi besar ini bertekud lutut juga, mengabaikan kehadiran Sawitri yang sabar.
Selain sabar, Sawitri ini juga pemalu. untuk hubungan intim saja harus Burhan yang meminta, mana lagi istrinya itu hanya sanggup meladeninya satu kali. Alasannya capek.
Padahal Sawitri ini Cuma mengajar di TK hingga jam sebelas siang, paling terlambat pulangnya jam dua belas. jarak sekolah yang Cuma dua kilometer dari rumah mereka, buat Sawitri harus berjalan kaki sebab motor yang mereka cicil bersama dulu, Burhan yang menggunakannya untuk bekerja sehari-hari. Sepulang sekolah pun paling Cuma masak, mencuci baju-baju kotor termasuk baju kotor ibu, setelah itu akan ke kebun yang terletak di belakang rumah, Sawitri harus menyiangi rumput yang tumbuh diantara tanaman sayuran yang ia tanam bersama ibu. Mereka harus berkebun, sebab gajinya sebagai guru honor sangatlah kecil dan gaji Burhan setengahnya diberikan untuk ibu demi biaya sekolah Aisyah, adik Burhan yang masih duduk di bangku SMU.
Tak banyak kan kegiatan Sawitri, tapi mengapa tak bisa melayani suami dengan baik. Begitu pikir Burhan.
Laki-laki tiga puluh tahun ini menutup mata dengan kegiatan istrinya yang begitu melelahkan, bahkan kesibukan Sawitri mengajar, membersihkan rumah dan seisinya hingga harus berkebun demi penghematan hidup buat Sawitri tak sempat merawat diri. Jangankan ke salon untuk beli skincare murah saja, harus sawitri tahan, sebab uang bulanan selalu pas, bahkan kurang. Itu juga yang menjadi salah satu alasan Burhan untuk berselingkuh dengan Nuri yang glowing dari segala segi.
Ah, kalau Nuri sudah merajuk begini, Burhan akan nekat, memperkenalkan Nuri pada ibunya.
“Kamu bisanya kapan, kubawa ke ibu, Sayang?” tanya Burhan balik sambil memainkan ujung rambut Nuri yang diwarnai coklat muda itu.
/0/13409/coverorgin.jpg?v=9272a7fd2f276c32952249b122f9fe43&imageMogr2/format/webp)
/0/16993/coverorgin.jpg?v=8f6691abba9009e4c672ce3ff44120fb&imageMogr2/format/webp)
/0/2751/coverorgin.jpg?v=afedef2cb9c91e39201ce746d637e369&imageMogr2/format/webp)
/0/30892/coverorgin.jpg?v=da461d8505888db26cd08f12daafd534&imageMogr2/format/webp)
/0/29680/coverorgin.jpg?v=346a0775ae965b8a2e39f055e0123249&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=20240304151034&imageMogr2/format/webp)
/0/3853/coverorgin.jpg?v=b9640e1bc4332274459607b536ffc0db&imageMogr2/format/webp)
/0/23705/coverorgin.jpg?v=6209c31bca2b5f0db9b5e010ebeac781&imageMogr2/format/webp)
/0/2850/coverorgin.jpg?v=97f0192d4a1aae7e692969c4bbac8de6&imageMogr2/format/webp)
/0/2853/coverorgin.jpg?v=fd51cd88155fa6cc34f6b48d0336aed3&imageMogr2/format/webp)
/0/20413/coverorgin.jpg?v=ec86fab74cc2046f1ea680264dba5204&imageMogr2/format/webp)
/0/3629/coverorgin.jpg?v=7b79e3e2cfce30a72d9676681fbc5809&imageMogr2/format/webp)
/0/13745/coverorgin.jpg?v=561446b6eee65e8cba6b86ec5d98b026&imageMogr2/format/webp)
/0/13674/coverorgin.jpg?v=1413c5ec5e3dfea933b86330255a89ee&imageMogr2/format/webp)
/0/13203/coverorgin.jpg?v=dce661cc3a9f7d83e9b09db4a9dfd537&imageMogr2/format/webp)
/0/17930/coverorgin.jpg?v=39fb4a11b317d421a36643706182c671&imageMogr2/format/webp)
/0/9842/coverorgin.jpg?v=9a6e554bcaa7a45079ce24a6f2a592d4&imageMogr2/format/webp)
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)