Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MENIKAM MENTAL SUAMI DAN GUNDIKNYA

MENIKAM MENTAL SUAMI DAN GUNDIKNYA

Leend SY

5.0
Komentar
3.3K
Penayangan
33
Bab

"Berapa sih, gajimu sebagai guru honor di TK itu? sebaiknya kau turuti saja keinginan Burhan untuk menikahi Nuri, Sawitri." ucap bu Masita pada Sawitri menantunya. Dengan sengaja perempuan bertubuh gempal itu melukai hati Sawitri yang paling dalam dan tanpa perasaan kasihan sama sekali. Rasa lapar yang tadi menghinggapinya sepulang mengajar, menguap begitu saja. "Maaf, Bu..." Sawitri hendak menyanggah mertunya namun sudah terlebih dahulu dibungkam oleh wanita yang harusnya menyayangi dirinya yang sudah piatu ini. "Nggak ada tapi-tapi, lagian kalau Burhan menikahi Nuri, dia bisa membantu perekonomian keluarga ini. Gajinya banyak dibanding kamu, ibu saja sudah dua kali dibelikan baju mahal sama dia" Tandas bu Masita, pedas di telinga Sawitri, seperti memeras jeruk di luka yang masih basah. Sementara Burhan, hanya mendengarkan saja, bagaimana ibunya melukai hati Sawitri dengan sengaja. Tak ada niat sama sekali untuk membela istrinya yang sabar itu. Ia sibuk berbalas chat mesum dengan Nuri, gundik barunya yang baru saja keluar dari apotik membeli pil KB. Mampukah Sawitri mempertahankan rumah tangganya yang penuh onak dan duri? Ikuti cerita ini dan jangan lupa masukin rak buku kalian ya.

Bab 1 Selingkuh

Keringat sudah membanjiri tubuh Burhan dan Nuri di siang itu. Ini kali keduanya mereka berhubungan layaknya suami istri di kamar hotel yang mereka sewa. Sesekali terdengar cekikikan mesum dari mulut wanita yang berlipstik tebal berwarna merah itu. Berbagai macam gaya sudah mereka peragakan hari ini.

Apapun akan dilakukan oleh wanita bertubuh ini, termasuk meminta Burhan menceraikan istrinya. Yang Nuri tahu istrinya mas Burhan ini seorang guru TK dan belum memiliki anak. Mudah saja kan meminta pria yang sedang menindihnya ini untuk menceraikan sang istri sebab mereka belum memiliki anak. Tinggal Nuri mendekati ibunya mas Burhan saja dan menyogoknya dengan hadiah-hadiah kecil.

Nuri tak perduli bila nanti dikatai pelakor, pesona dan tubuh mas Burhan yang terjaga, begitu memikat hati gadis bukan perawan ini. Bahkan gaji mas Burhan yang lebih kecil, tak Nuri hiraukan karna gaji dan tip yang Nuri dapat dari kontraktor tempatnya bekerja sangat cukup untuk hidup tiga orang dalam sebulan. Apalagi kalau Nuri bersedia diraba-raba oleh pak Gunadi, semakin bertambahlah tip yang didapat.

Lalu hentakan Burhan dibawah sana semakin mengganas, buat Nuri kembali mengerang nikmat. Kenikmatan yang dia dapat dari suami wanita lain ini memang beda rasanya. Nuri bisa dibikin tiga kali melayang dalam sekali main.

Hentakan yang semakin cepat menandakan bila keduanya akan sampai pada tepian hasrat yang sama, meski tak halal namun nikmatnya luar biasa. Lagi dan lagi Burhan menumbuk dibawah sana, menusuk dan menghentak dengan cepat, lagi, lagi dan lagi lalu satu hentakan yang dalam Burhan berikan di kemaluan becek Nuri buat keduanya menggeram dan terdiam sejenak, menikmati sisa gairah yang tak halal di antara mereka. Mereka klimks dengan sempurna. Seks yang luar biasa untuk siang ini bagi pasangan mesum tu.

__

"Sampai kapan sih, Mas kita harus sembunyi-sembunyi kaya gini?" Nuri berpura merajuk pada Burhan setelah percintaan panas mereka tadi.

Ya ini sudah jalan tiga bulan mereka berselingkuh secara diam-diam. Lebih tepatnya Burhan yang diam-diam berselingkuh dari Sawitri, istrinya. Sebenarnya kadang Burhan tak tega dengan pengkhianatan yang ia lakukan, namun perhatian dan Servis Nuri di ranjang buat pria tinggi besar ini bertekud lutut juga, mengabaikan kehadiran Sawitri yang sabar.

Selain sabar, Sawitri ini juga pemalu. untuk hubungan intim saja harus Burhan yang meminta, mana lagi istrinya itu hanya sanggup meladeninya satu kali. Alasannya capek.

Padahal Sawitri ini Cuma mengajar di TK hingga jam sebelas siang, paling terlambat pulangnya jam dua belas. jarak sekolah yang Cuma dua kilometer dari rumah mereka, buat Sawitri harus berjalan kaki sebab motor yang mereka cicil bersama dulu, Burhan yang menggunakannya untuk bekerja sehari-hari. Sepulang sekolah pun paling Cuma masak, mencuci baju-baju kotor termasuk baju kotor ibu, setelah itu akan ke kebun yang terletak di belakang rumah, Sawitri harus menyiangi rumput yang tumbuh diantara tanaman sayuran yang ia tanam bersama ibu. Mereka harus berkebun, sebab gajinya sebagai guru honor sangatlah kecil dan gaji Burhan setengahnya diberikan untuk ibu demi biaya sekolah Aisyah, adik Burhan yang masih duduk di bangku SMU.

Tak banyak kan kegiatan Sawitri, tapi mengapa tak bisa melayani suami dengan baik. Begitu pikir Burhan.

Laki-laki tiga puluh tahun ini menutup mata dengan kegiatan istrinya yang begitu melelahkan, bahkan kesibukan Sawitri mengajar, membersihkan rumah dan seisinya hingga harus berkebun demi penghematan hidup buat Sawitri tak sempat merawat diri. Jangankan ke salon untuk beli skincare murah saja, harus sawitri tahan, sebab uang bulanan selalu pas, bahkan kurang. Itu juga yang menjadi salah satu alasan Burhan untuk berselingkuh dengan Nuri yang glowing dari segala segi.

Ah, kalau Nuri sudah merajuk begini, Burhan akan nekat, memperkenalkan Nuri pada ibunya.

"Kamu bisanya kapan, kubawa ke ibu, Sayang?" tanya Burhan balik sambil memainkan ujung rambut Nuri yang diwarnai coklat muda itu.

"Aku selalu siap, Mas. Kapan aja Mas Burhan ingin mengenalkanku pada orang tua, Mas." Jawab Nuri berbunga-bunga. "Tapi bagaimana dengan istri kamu, Mas? Aku-aku takut dijambak." Sebisa mungkin Nuri membuat wajahnya terlihat sendu di hadapan suami orang ini.

"Oh, untuk Sawitri, dia tak mungkin melakukan hal itu, Sawitri perempuan yang sabar dan nurut sama, Mas." Ucap Burhan lagi berusaha menenangkan wanita binal selingkuhannya ini. Tentu Nuri tersenyum Jumawa, pastinya akan mudah menyingkirkan istri tua kekasihnya ini.

__

Rumah milik Burhan yang ditempati tinggal bersama Sawitri bersebelahan dengan rumah ibunya. Ibu Masita. Itulah mengapa Sawitri juga harus mencucikan baju mertunya, padahal ada Aisyah yang tinggal bersama beliau. Namun Aisyah masih sekolah dan sibuk hingga kadang pulang sore, jadi tak sempat mencuci baju ibunya, apalagi membantu di kebun, tentu sangat tak bisa.

"Sampai kapan hidup susah begini, Sawitri? Kamu betah juga jadi guru honor di TK itu." Keluh bu Masita siang ini sambil mencomot pisang goreng buatan Sawitri pagi tadi.

Sawitri yang baru saja pulang dari mengajar sambil membawa tentengan, dengan keringat sebesar biji jagung hanya tersenyum mendengar kata-kata mertunya.

"Ini saya bawa nasi kotak dari sekolah, Bu. Buat Ibu saja." Sawitri menyerahkan nasi kotak yang berisi nasi, lauk ayam goreng kecap, sayur buncis tumis, bihun dan kerupuk yang dibungkus dalam plastik crap kecil.

Tadi ada rapat antar guru di sekolah tentang pendaftaran P3K untuk guru honor dan pendaftaraan CPNS. Boleh pilih mana saja, siapa tahu ada rejeki.

Dan tadi Sawitri memutuskan untuk ikut pendaftaran CPNS saja. Setelah rapat tadi bu Minah yang bagian tata usaha membagikan mereka nasi kotak, namun Sawitri memilih menahan rasa laparnya. Nasi kotak tadi dibawa pulang saja untuk diberikan pada ibu mertuanya.

"Wah apa ini?" sumringah wajah bu Masita mendapatkan makan siang gratis hari ini. "Duh lauk kaya gini sehari-hari baru ibu senang, Wit." Ucap Bu Masita langsung membukan plastik kerupuk itu.

Melihat ibu mertuanya yang nampak kelaparan, segera Sawitri membawakan air minum untuk beliau, takut ibu mertuanya itu tersedak, sebab melihat cara makannya yang sedikit kalap.

Ngomong-ngomong tentang makan, ah Sawitri juga lapar. Di dapur ada seikat kangkung yang kemarin ia cabut dari kebun belakang, juga ada telur yang ia beli di pasar murah minggu lalu. Sawitri akan masak dua bahan makanan itu saja untuk mengganjal perutnya yang sudah keroncongan.

Sementara suaminya? Burhan biasanya sudah makan di luar baru pulang ke rumah. Apalagi hampir tiga bulan ini, Burhan lembur terus, baru pulang diatas jam sepuluh malam.

Rajin lembur tapi gajinya tak kelihatan kecuali untuk belanja makan sehari-sehari seperti biasa. Namun itupun Sawitri tak pernah protes, sebab ada gajinya juga, walau sedikit tapi sangat membantu, bahkan bila ada rejeki lain, Sawitri akan menyimpannya di celengan plastik berbentuk ikan paus warna hijau. yang ia letakkan di bagian bawah lemari dekat pakaian dalamnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Leend SY

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku