Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
Arthur seakan terhipnotis oleh gerakan-gerakan yang diberikan oleh Sella kepada tubuhnya. Sehingga, dia lupa segala yang terjadi sebelumnya, dan sesuatu yang hal yang harus dia selesaikan ke kantor polisi. Sekarang, detak jantung mereka berdua menjadi tidak beraturan, dada mereka juga terasa sesak, dengan nafas saling memburu. Udara di dalam ruangan itu terasa sangat panas akibat dari sentuhan demi sentuhan yang mengalirkan desiran panas di setiap pembuluh darah masing-masing.
Melihat Arthur yang sudah terpengaruh oleh gerakan, dan sentuhannya, Sella pun melepas baju yang dia kenakan secepat kilat. Sehingga menampakkan dua buah gundukan daging kenyal yang terbungkus oleh kain berenda berwarna merah muda yang melekat di dadanya. Sella memainkan buah dadanya sendiri yang berukuran lebih dari genggaman tangan pria dewasa itu, sebelum dia benar-benar melepaskan penutup kedua bukit kembar itu untuk menggoda lawan jenisnya yang sudah terpengaruh oleh hasrat yang dia salurkan dari tadi.
Melihat dua gundukan daging sintal nan kenyal, yang dimainkan oleh Sella di atas tubuhnya, membuat mata Arthur tidak bisa berkedip dari pemandangan indah di hadapannya. Dengan susah payah Arthur menelan saliva yang terasa menggenangi mulutnya. Salivanya terasa begitu susah untuk di telan masuk melewati kerongkongan yang kini terasa tercekik entah karena apa.
"Gede sekali," batin Arthur dengan mata berbinar. Arthur kaget, dan juga ngiler melihat kedua bukit kembar Sella secara langsung di waktu terang, dan dalam keadaan seratus persen sadar, tanpa terpengaruh obat afrodisiak lagi.
Arthur memang sudah memegang, dan memainkan bukit kembar nan sintal milik Sella tadi malam. Akan tetapi, dia melakukan itu dalam kegelapan malam tanpa ada lampu yang meneranginya. Tadi malam Arthur hanya bisa meraba, dan menikmatinya dalam keadaan setengah sadar. Berbeda dengan sekarang, Arthur dengan sangat jelas bisa melihat kedua bukit kembar yang menjadi aset berharga di tubuh Sella.
Saliva Arthur semakin banyak keluar, dengan prominentia laryngea nya yang naik turun. Mata Arthur tidak bisa beralih dari pandangan yang menarik perhatiannya itu untuk beberapa saat.
"Se … Sel? I-itu …." Mata Arthur masih belum bisa teralihkan dari bukit kembar yang bergelantung di dada Sella.
"Apa, Sayang?" Goda Sella dengan nada manjanya. Dia tahu apa yang dimaksud oleh Arthur. Sehingga, Sella semakin membusungkan dadanya untuk memikat mata yang sudah mau copot di bawahnya.
"Ini?" ucap Sella meremas kedua bukit kembarnya sendiri.
"Empuk," Sella terus meremas bukit kembar itu dengan lidah yang menyapu bibirnya sendiri.
"Kamu mau merasakannya?" Sella membungkukkan badannya ke bawah, mendekati tubuh yang sedang dia himpit. Sehingga kedua pucuk bukit kembarnya menyentuh wajah orang yang sudah mabuk di bawahnya.
"Apa kamu menyukainya?" bisik Sella di telinga Arthur, dan menghembuskan nafasnya yang terasa hangat di daun telinga sang pujaan hati.
"Kamu adalah pemiliknya. Kamu bebas memainkannya sesuka hati," bisiknya Kembali dengan nada sensual yang membuat seluruh tubuh Arthur meremang.
"Ayo, lakukan! apa yang mau kamu lakukan. Kamu adalah pemilik semua yang aku miliki," Sella menjilat, dan menggigit kecil daun telinga Arthur selepas dia mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat seorang pria dimabuk nafsu.
Arthur seperti telah tersihir setelah mendengarkan semua kata-kata rayuan Sella di telinganya. Dia memegang kedua bukit kembar yang sudah berada tepat di depan wajahnya. Wajah Arthur, dan kedua bukit kembar Sella hanya menyisakan jarak beberapa sentimeter saja. "Sangat empuk," ucap Arthur yang meremas kedua bukit kembar Sella dengan tangannya tanpa sadar.
Arthur menarik kedua bukit kembar itu sampai menempel ke bibirnya. Dia menghisap bulatan kecil yang berada di pucuk bukit kembar itu, sehingga membuat Sella mendesah nikmat merasakan sensasi dari hisapan Arthur di tempat aset berharganya.
"Enak, Sayang." Sella semakin membungkukkan badannya, membuat kedua bukit kembarnya semakin menempel ke bibir, dan wajah Arthur.
Sella menikmati hisapan, dan gigitan kecil Arthur di kedua bukit kembarnya secara bergantian. Dia juga semakin menggoda Arthur dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya tepat di atas benda pusaka Arthur. Sella membuat goyangan melingkar, terkadang sesekali menekan bokongnya kebawah. Bokong Sella dapat merasakan onggokan benda pusaka Arthur yang sudah mengeras di dalam celananya. Andai benda pusaka itu bisa berbicara, sudah pasti dia akan berteriak minta dikeluarkan dari dalam celana Arthur untuk menemui tempat pemijatnya.
Sella turun dari atas tubuh yang dari tadi dia himpit, untuk membuka celana sang pujaan hati yang mengganggu aktivitasnya dari tadi. Dia membuang celana Arthur yang sudah berhasil dia lucuti ke sembarang arah. Kini, Sella bisa melihat dengan jelas bongkahan Penis yang sudah mendesak CD yang membungkusnya.
"Besar sekali! aku suka." Sella membungkukkan badannya, kemudian menggigit onggokan benda pusaka Arthur yang masih terbungkus celana dalam.
Sella segera menarik lepas celana dalam Arthur yang mengganggu permainannya. Hingga, memperlihatkan pedang pusaka Arthur yang sudah membesar, dan mengeras dari tadi. Mata Sella membulat sempurna saat retina nya melihat ke arah benda pusaka Arthur yang telah dalam mode on untuk berperang.
Dengan susah payah Sella menelan salivanya. Kini, jantung Sella terasa bekerja memompa darah lebih cepat dari biasanya. Dia melihat benda pusaka itu dengan tatapan lapar, dan haus. Sella mendekati benda tumpul yang sudah mengeras dan membesar itu dengan desiran panas di dalam dadanya.
"Ternyata punyamu lebih besar dari apa yang aku rasakan tadi malam," ucap Sella dengan tatapan mata yang masih setia menuju ke arah benda pusaka Arthur.
Sella membungkuk, mendekati Arthur, dan berbisik, "Puaskan aku!" Mendengar bisikan dari Sella, darah Arthur berdesir. Seluruh tubuhnya semakin meremang. Dia sekarang seakan sedang di tantang untuk menguji kejantanannya.
Setelah mengucapkan permintaannya di dekat telinga Arthur, Sella naik ke atas ranjang, dan bersimpuh tepat di dekat pinggang Arthur. Digenggamnya tombak pusaka itu dengan remasan, dan gerakan naik turun membuat sang empu mendesah nikmat.
"Hm… akhh," Mata Arthur terpejam, menikmati gerakan jemari lembut Sella yang meremas, dan bergerak lincah memainkan penisnya.
"Geli, Sel!" teriak Arthur saat Sella memainkan lubang kecil yang terdapat di tengah-tengah kepala tombak pusaka Arthur.
"Nikmati saja, Sayang!" ucap Sella menghentikan permainannya di kepala tombak pusaka Arthur. Kini sebelah tangan sella fokus bermain di batang tombaknya saja.
Walaupun Sella menyuruh Arthur untuk menikmati rasa geli akibat permainannya di pucuk kepala tombak pusaka Arthur, namun Sella mengerti apa yang tersirat dalam permintaan sang pujaan hati. Dia menghentikan permainannya di daerah itu, dan beralih ke batang tombaknya saja.
"Kamu pakai obat apa untuk membesarkan ini, Sayang?" tanya Sella yang semakin tidak waras akibat permainannya sendiri.