Melani Radina terpaksa menjadi seorang pelakor hanya untuk membalaskan dendam atas kejadian satu tahun silam. Kejadian itu sangat membuat hatinya hancur berkeping-keping. Demi membalaskan dendamnya, ia bahkan mempunyai keinginan besar untuk menghancurkan rumah tangga Bayu Perkasa dan Rusma Sarahwati. Apakah dendamnya bisa terbalaskan? Atau perasaan Melani justru mulai tumbuh untuk Bayu Perkasa karena sering bersama setiap waktu?
Luka yang teramat dalam menimbulkan dendam pada diri Melani. Ketika ia melihat laki-laki yang dibencinya begitu tertawa riang bersama dengan seorang wanita di dalam restoran itu. Hatinya bergemuruh sesak. Rasanya sakit begitu tercabik-cabik saat melihat paras laki-laki itu malah bahagia di atas penderitaannya. Mulai dari situ, ia mulai menyelidiki semuanya. Tak hanya itu saja, ia menginginkan hidup mereka hancur dan tak akan merasakan kebahagiaan lagi.
"Itu dia!" Tangan Melani terkepal kuat dan gigi bergemeretak, jiwanya begitu membara ingin membalaskan dendam ini.
Di sinilah Melani berada. Ia mengikuti ke mana laki-laki itu pergi. Ia tahu di mana letak rumahnya, serta tempat kerjanya, segalanya tentang sang lawan.
Pandangannya intens, tertuju pada mereka berdua yang sedang bersulang ria sambil menenggak wine putih. Tiba-tiba, wanita yang duduk di samping laki-laki itu mulai beranjak. Tatapannya tajam ke arah wanita itu yang sedang berjalan, mungkin menuju ke toilet.
"Ini kesempatan buat aku," ucapnya meyakinkan diri.
Melani memutuskan masuk ke dalam restoran itu dengan langkah yang melenggak-lenggok. Ia mengenakan dress berwarna hitam yang mengekspose belahan dadanya. Semua mata para laki-laki kini tertuju padanya. Ia mulai mendekati si laki-laki itu dengan caranya.
"Boleh gak duduk di sini sebentar?" tanya Melani dengan senyum genitnya.
Tanpa sempat dijawab oleh laki-laki itu, ia langsung duduk di tempat tanpa menghiraukan sama sekali. Kemudian, ia menatap lawan jenis di depannya.
"Ma-maaf ya, Mba, sebentar lagi, istri saya balik dari toilet. Ini tempat duduk dia," balasnya agak kikuk.
'Cih! Aku muak padamu!'
Umpatan hanya bisa dilakukannya dalam hati. Rasa ingin membunuh laki-laki ini semakin besar. Mendengar suaranya saja, ia sudah terpacu kuat hendak balas dendam.
"Oh ... jadi, ke sini sama istrinya, ya?"
Laki-laki itu mengangguk ke arahnya. Benar saja, si istri pun datang dengan raut wajah bingung.
"Kamu siapa ya, Mba?" tanya wanita itu sambil menunjuk ke arah Melani.
"Hmm ... saya cuman duduk aja tadi sebentar. Anda sudah balik dari toilet, jadi saya pergi aja," balas Melani.
Bukan Melani namanya kalau tidak hebat dalam urusan menggoda. Ia pura-pura tersandung. Ternyata, lawan jenisnya siap siaga menangkap tubuhnya agar tak jatuh. Mereka berdua jadi saling tatap-menatap. Wanita yang menjadi istri dari laki-laki ini pun menarik tubuhnya agar lepas dalam pangkuan.
"Maafkan saya, Mas." Melani mengucapkan permintaan maaf palsu pada targetnya, disertai dengan kedipan mata nan manja.
Plak!
"Jangan macam-macam sama suami saya ya, Mba!" Wanita itu menampar wajah Melani dengan keras.
Wajah Melani ditampar oleh wanita ini. Ternyata, api cemburu sudah mulai berkobar. Terlihat jelas ketidaksukaan si istri padanya. Ia pun menyeringai dan merasa cukup puas. Anggap saja ini sebagai pemanasan.
"Sayang, sudahlah. Dia gak sengaja tadi." Laki-laki itu memegang tangan istrinya.
"Gak sengaja gimana, Mas? Dia tadi jatuh dalam pelukan kamu!"
Semua mata pengunjung tertuju ke arah mereka bertiga. Laki-laki itu menyuruh istrinya untuk kembali duduk. Sementara Melani masih belum beranjak pergi. Ia melihat jelas, kejengkelan wanita itu di hadapannya. Raut wajah wanita itu tampak sangar serta menatapnya tajam.
'Ini baru permulaan. Sebentar lagi, aku akan memasuki rumah tangga kalian dan menghancurkannya!'
"Saya mohon, Mba pergi dari sini, ya. Nanti istri saya tambah marah," ucap laki-laki itu padanya.
"Baiklah, Mas. Selamat bersenang-senang kalian." Melani sengaja melangkah dengan cara berlenggak-lenggok di hadapan laki-laki itu.
Kini, ia sudah berada di luar restoran. Berdiri sendirian sambil menjaga taksi yang lewat jalan sini. Baru kali ini ia berani menampakkan wajah secara langsung di hadapan laki-laki itu, setelah sekian lama bersembunyi dan mencari tahu seorang diri tentang semua kehidupan mereka.
Tetesan air mata mulai menurun dan membasahi kedua pipi mulusnya. Ia teringat kembali dengan kejadian satu tahun silam. Ia melihat jelas saat laki-laki itu dengan sengaja meninggalkan orang terkasihnya terkapar tak berdaya begitu saja di jalan. Perasaan sesak di dalam dada selalu menyelimuti. Ia memegang dadanya yang tiba-tiba sakit.
"Ta-taksi ...," panggilnya ke arah tukang sopir yang lewat.
Untung saja masih ada taksi yang lewat saat ini. Ia pun langsung masuk ke dalam dan memberikan alamatnya pada si sopir. Ia merenung lagi beberapa saat.
Saat dalam perjalanan pulang, ia memikirkan sebuah rencana untuk membalas dendam. Ia akan hancurkan rumah tangga mereka tanpa ampun. Rasa sakit hatinya karena ulah laki-laki itu tak bisa dimaafkan dengan mudah. Karena kejadian kecelakaan itu, ia kehilangan orang yang paling berharga di dunia ini.
Kehilangan orang satu-satunya yang paling disayangi memang sangat berat. Perlu waktu yang lama untuk bisa bangkit kembali dan mengobati luka di hati. Itulah yang dilakukan oleh Melani. Ia tak mau terpuruk dalam waktu yang lama dan berdiam diri saja tanpa membalaskan dendamnya ini. Ia lakukan semua ini agar bisa lebih tenang dalam menjalani hidup. Kalau tidak balas dendam, ia malah semakin resah.
Sekaranglah waktu yang tepat untuk membalas dendam. Akan ia dekati laki-laki itu dan mulai menyusup masuk ke dalam rumah tangga mereka. Ia pun terpaksa menjadi pelakor hanya untuk melancarkan aksinya.
"Bayu Perkasa, kamu gak akan bisa lolos dari aku sekarang! Rumah tanggamu harus hancur di tanganku!" Melani baru saja mengeluarkan selembar foto laki-laki itu dari dalam tasnya.
Kemudian, ia meremas foto tersebut dengan kekuatan yang dimilikinya. Wajah laki-laki itu bisa dikatakan terlihat polos. Namun, siapa sangka, ternyata bisa menjadi seorang pembunuh tanpa rasa kasihan. Ia masih terus menangis dengan perasaan yang sesak di dalam dada. Kini, Melani hanya tinggal sendirian dan tentu saja merasa kesepian karena tidak ada sosok yang disayanginya.
"Kamu harus hancur, sehancur-hancurnya, Bayu! Kamu juga harus merasakan kehilangan seseorang yang disayang. Aku akan balas semua perbuatan kamu!" Melani mengusap air matanya agar tidak jatuh lagi.
Sebentar lagi, ia akan segera sampai di rumah. Ia mulai menyiapkan beberapa uang lembaran untuk dibayarkan pada si sopir.
Berusaha untuk tetap terlihat tegar setiap hari, memang tidaklah mudah. Akan tetapi, hidup terus berjalan. Ia bersyukur karena masih diberi napas oleh Tuhan. Akan ia manfaatkan dengan baik untuk membalas dendam tentunya.
"Pak, makasih ya, saya turun di sini aja," ucap Melani pada si sopir.
"Baik, Mba." Sopir pun memberhentikan Melani seperti perintahnya.
Sebelum sampai di rumah, Melani malah melihat ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Siapa yang berkunjung kemari di malam hari seperti ini? Ia langsung ke luar dari mobil dan berjalan cepat menuju ke sana.
"Kamu?" Tunjuk Melani pada sosok yang dikenalinya.
Buku lain oleh Marimar
Selebihnya