/0/23723/coverbig.jpg?v=464023131ef63f7e4423296e448da571&imageMogr2/format/webp)
Agar sang ayah bisa menjalani operasi gagal ginjalnya, Calla terpaksa mengorbankan harga diri dan martabatnya. Malam itu, ia melangkah masuk ke klub malam dengan hati yang penuh kegelisahan, siap melakukan apa pun demi menyelamatkan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Namun tak disangka, di tempat itu, ia bertemu dengan Lucian Donovan-pria dengan sorot mata tajam yang menawarkan kesepakatan yang sulit ditolak. Jika Calla bersedia menjadi orang ketiga dalam pernikahan Caspian Hawthorne dan istrinya, maka ia akan diberikan 2 miliar rupiah. Dan jika Calla berhasil menghancurkan rumah tangga mereka sepenuhnya, bonus sebesar 10 miliar menantinya. Jumlah yang fantastis bagi seorang mahasiswi tingkat akhir yang putus asa. Namun, yang membuatnya lebih terkejut bukanlah tawaran itu, melainkan fakta bahwa Caspian adalah pria culun yang dulu sangat menyukainya di masa SMP-seseorang yang dulu ia abaikan tanpa pernah berpikir dua kali. Kini, pria itu telah berubah. Tak lagi lemah, tak lagi pemalu. Caspian yang dulu ia kenal telah menjadi pria yang dingin, kaya, dan penuh kuasa. Dan kini, ia berdiri di antara Calla dan ambisinya untuk bertahan hidup.
Calla berjalan terburu-buru melewati pintu klub malam yang gemerlap, berusaha menutupi kegelisahannya dengan senyuman palsu. Udara malam itu terasa berat, dan suara musik yang menggelegar dari dalam hanya memperburuk perasaan kacau dalam dirinya. Namun, apa lagi yang bisa ia lakukan?
Ayahnya membutuhkan operasi ginjal, dan biaya yang diperlukan jauh melebihi apa yang bisa ia kumpulkan dengan bekerja paruh waktu di kafe. Semua yang ia miliki saat ini hanyalah hatinya yang rapuh dan harga dirinya yang sudah hampir habis terjual.
"Semoga ini adalah jalan keluar," bisiknya pada diri sendiri.
Di dalam klub, cahaya lampu neon berwarna merah dan biru mengubah ruangan menjadi dunia lain yang penuh dengan ketegangan dan kecemasan. Penuh sesak dengan tubuh yang bergoyang mengikuti irama musik, banyak orang di sini tampaknya tidak punya masalah dengan uang, namun Calla merasa semakin tenggelam dalam lautan orang asing.
Langkahnya berhenti ketika matanya menangkap sosok seorang pria yang berdiri di sudut bar. Wajahnya tajam, dengan ekspresi yang mengisyaratkan bahwa ia tidak datang ke sini hanya untuk bersenang-senang. Pria itu menatap Calla dengan tatapan yang membuatnya merinding, seolah-olah dia sudah mengetahui apa yang ada di balik matanya-kekhawatiran, keputusasaan, dan kebingungannya.
Lucian Donovan, nama yang langsung dikenalnya. Tidak ada yang tahu pasti dari mana pria ini berasal, tetapi semua orang tahu siapa dia-seorang pengusaha muda yang memiliki koneksi kuat dan kekayaan melimpah. Namun yang paling mengganggu adalah kenyataan bahwa dia sering berurusan dengan hal-hal yang tidak jelas, dan obrolan tentang dirinya lebih sering datang dari rumor gelap yang sulit dipercaya.
"Calla," suara Lucian memecah kebisuan, menyorotnya dengan tatapan yang hampir menusuk. "Saya rasa kita perlu bicara."
Calla tersentak, namun ia tetap berusaha menjaga ketenangannya. "Apa yang Anda inginkan dari saya?"
Lucian tertawa pelan, nada suaranya seolah mengandung rencana yang sangat terencana. "Saya ingin membuat kesepakatan. Sebuah tawaran yang menguntungkan kita berdua."
"Tawaran?" tanya Calla dengan cemas, meskipun ia sudah tahu jawabannya. Ia bisa merasakan perasaan tak nyaman merayap di sepanjang tulang punggungnya. "Saya tidak tertarik dengan tawaran apapun."
Lucian menyeringai, pandangannya penuh teka-teki. "Saya rasa Anda tidak bisa menolaknya. Anda membutuhkan uang, bukan? Banyak uang."
Calla merasa darahnya berdesir mendengar kata-kata itu. "Apa maksud Anda?"
Dengan ketenangan yang luar biasa, Lucian melangkah lebih dekat, berbisik di telinga Calla, "Saya akan memberi Anda dua miliar jika Anda bersedia menjadi orang ketiga dalam pernikahan Caspian Hawthorne dan istrinya. Kalau Anda berhasil merusak rumah tangga mereka, saya akan memberi Anda bonus sepuluh miliar."
Kata-kata itu terasa seperti petir yang menyambar. Calla menatapnya sejenak, mencoba mencerna semua yang baru saja didengarnya. "Anda... Anda tidak serius?" suaranya bergetar.
Lucian mengangkat alis, tetap tenang. "Serius. Saya tahu Anda butuh uang. Tapi saya juga tahu Anda lebih pintar dari itu. Anda akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan ayah Anda, bukan?"
Mata Calla membulat, dan untuk sesaat, dia merasa dunia ini semakin sempit. Dia tidak tahu harus berkata apa, atau bahkan bagaimana merespons. Namun, di dalam hatinya, suara kecil itu sudah mulai memberi tahu bahwa tawaran itu mungkin satu-satunya cara untuk mewujudkan harapannya.
Namun, yang membuatnya semakin bingung adalah nama yang tadi disebutkan. Caspian Hawthorne.
Dia ingat pria itu, seorang remaja culun yang dulu selalu terabaikan di sekolah. Tidak ada yang mengira bahwa dia akan berubah menjadi sosok pria yang begitu berkuasa dan kaya seperti sekarang. Calla bahkan tidak pernah menganggapnya serius di masa lalu. Tapi saat ini, ia merasa bahwa dunia yang ia kenal dulu telah bergeser-menjadi sebuah permainan yang jauh lebih rumit.
"Kenapa saya?" tanya Calla, meskipun dia tahu jawabannya.
"Karena Anda adalah satu-satunya orang yang bisa mengakses kehidupan mereka dengan cara yang tidak bisa dilakukan orang lain," jawab Lucian, suaranya rendah namun penuh dengan keyakinan. "Dan saya tahu Anda tidak akan menolak. Anda hanya perlu memilih antara mempertahankan harga diri Anda atau menyelamatkan ayah Anda."
Calla memejamkan mata, berjuang melawan perasaan yang begitu kacau. "Dan apa yang Anda dapatkan dari semua ini?"
Lucian memandangi Calla dengan tatapan penuh makna. "Saya mendapatkan apa yang saya inginkan-membuat Caspian Hawthorne merasakan rasa sakit yang selama ini dia lupakan. Tapi tentu saja, semuanya ada harga yang harus dibayar."
Ada keheningan yang panjang antara mereka. Calla tahu bahwa ini bukan hanya sekadar tawaran biasa. Ini adalah permainan yang lebih besar dari apa yang ia bayangkan. Namun, dia tahu satu hal-dengan ayahnya yang terbaring lemah, tak ada pilihan lain.
"Saya setuju," katanya akhirnya, meskipun hatinya terasa hancur.
Lucian tersenyum, tatapannya penuh kemenangan. "Bagus. Mari kita mulai."
Namun, sebelum Calla bisa sepenuhnya memproses keputusan yang baru saja diambilnya, suara seorang pria yang dikenal dari masa lalu menggetarkan dunia yang sudah cukup bergejolak dalam dirinya.
"Calla?"
Calla menoleh, dan hatinya hampir berhenti berdetak. Di sana, berdiri seorang pria dengan mata yang tajam, tubuh tegap, dan aura yang mengancam. Caspian Hawthorne-pria yang dulu ia anggap biasa, kini berdiri di depannya dengan semua kekuatan yang dimilikinya.
Dan untuk pertama kalinya, Calla merasakan ketakutan yang mendalam.
Bab 1 Ayahnya membutuhkan operasi ginjal
04/04/2025
Bab 2 selalu dijauhi
04/04/2025
Bab 3 selalu mengawasi
04/04/2025
Bab 4 tidak mengatakan banyak
04/04/2025
Bab 5 semakin sulit untuk keluar
04/04/2025
Bab 6 bayangannya
04/04/2025
Bab 7 terngiang dalam benaknya
04/04/2025
Bab 8 mengerikan
04/04/2025
Bab 9 menyelamatkan ayahnya
04/04/2025
Bab 10 semakin padat
04/04/2025
Bab 11 impian sederhana
04/04/2025
Bab 12 mencerminkan perasaan
04/04/2025
Bab 13 bahkan dirinya sendiri
04/04/2025
Bab 14 berusaha berfokus
04/04/2025
Bab 15 hanya sebuah pion
04/04/2025
Bab 16 telah hilang
04/04/2025
Bab 17 lebih membebani
04/04/2025
Bab 18 Kau akan memilih
04/04/2025
Bab 19 Pilihannya semakin terbatas
04/04/2025
Bab 20 kopi yang sudah dingin
04/04/2025
Bab 21 seakan menempel di dalam hatinya
04/04/2025
Bab 22 baru saja ia ketik
04/04/2025
Bab 23 Sementara
04/04/2025
Bab 24 Di seberangnya
04/04/2025
Bab 25 Keduanya semakin terpojok
04/04/2025
Bab 26 Dua malam
04/04/2025
Bab 27 lebih mematikan
04/04/2025
Bab 28 Menunggu
04/04/2025
Bab 29 tidak ada jalan
04/04/2025
Bab 30 semakin meningkat
04/04/2025
Buku lain oleh Lisa Dwi Safitri
Selebihnya