Istri Kedua Ustadz

Istri Kedua Ustadz

Lisa Dwi Safitri

5.0
Komentar
2.7K
Penayangan
22
Bab

Dina adalah seorang wanita muda yang sederhana dan penuh kasih sayang. Dalam kehidupan yang penuh kesederhanaan, Dina menghadapi perubahan besar ketika ia menikah dengan Ustadz Ahmad, seorang ulama terkenal di komunitas mereka. Ustadz Ahmad adalah seorang pria yang dihormati dan bijaksana, tetapi ia sudah memiliki istri pertama, Siti, yang sangat ingin memiliki anak tetapi tidak bisa. Dalam keputusasaannya, Siti meminta suaminya untuk menikah lagi agar mereka bisa memiliki anak.

Bab 1 Awal yang Baru

Dina melangkah dengan hati-hati di halaman rumah yang luas itu. Udara pagi terasa segar, dan aroma bunga yang ditanam di sekitar rumah menenangkan pikiran. Ini adalah hari pertama Dina sebagai istri kedua Ustadz Ahmad, dan perasaannya campur aduk antara harapan dan kekhawatiran. Dia merapikan jilbabnya sebelum mengetuk pintu rumah besar yang menjadi tempat tinggal keluarga barunya.

"Assalamualaikum," ucap Dina lembut sambil mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam," jawab suara lembut dari dalam. Pintu terbuka dan Siti, istri pertama Ustadz Ahmad, menyambut Dina dengan senyuman hangat. Siti adalah wanita yang telah dianggap sebagai sosok teladan dalam komunitas mereka, dan Dina tahu betapa pentingnya bagi Siti untuk memiliki anak.

"Selamat datang di rumah kami, Dina," kata Siti sambil menggenggam tangan Dina dengan lembut. "Aku harap kamu merasa nyaman di sini."

"Terima kasih, Siti. Aku berharap bisa menjadi bagian dari keluarga ini dengan baik," jawab Dina, sedikit gugup. Matanya memindai ruangan yang luas, yang dihiasi dengan perabotan yang sederhana namun elegan.

"Silakan masuk," ujar Siti, mempersilakan Dina masuk ke ruang tamu. "Aku sudah menyiapkan teh dan beberapa makanan ringan. Mari kita duduk dan berbicara."

Dina dan Siti duduk di ruang tamu yang nyaman. Siti memanggil pelayan untuk membawa teh dan camilan. Ketika teh disajikan, suasana mulai terasa lebih santai.

"Dina, aku ingin berbicara denganmu tentang apa yang diharapkan darimu di sini," kata Siti, tatapannya penuh perhatian. "Aku tahu ini adalah situasi yang tidak biasa, dan aku ingin memastikan kita bisa saling memahami."

Dina mengangguk. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana aku bisa membantu dan apa yang diharapkan dariku."

Siti memandang Dina dengan tatapan lembut. "Aku tahu bahwa pernikahan ini bukanlah sesuatu yang kamu rencanakan, dan aku sangat menghargai kesediaanmu untuk membantu. Aku sangat menginginkan anak, dan Ustadz Ahmad menikah lagi agar harapan itu bisa terwujud."

Dina merasa hatinya bergetar mendengar penjelasan Siti. Dia tahu betapa pentingnya hal ini bagi Siti dan mencoba untuk memikirkan bagaimana dia bisa mendukung keluarga barunya dengan baik.

"Terima kasih atas kejujuranmu, Siti. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik. Aku berharap kita bisa membangun hubungan yang baik," ujar Dina dengan penuh tekad.

Siti tersenyum dan mengangguk. "Aku yakin kita bisa. Mari kita mulai dengan saling mendukung dan berusaha menciptakan rumah yang harmonis."

Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat. Dina mulai beradaptasi dengan rutinitas baru dan mencoba untuk menjadi bagian dari keluarga. Meskipun kadang merasa canggung, dia berusaha untuk membangun hubungan yang baik dengan Siti dan Ustadz Ahmad.

Suatu malam, Dina duduk bersama Ustadz Ahmad di ruang keluarga, mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga. Ustadz Ahmad memandang Dina dengan penuh perhatian.

"Dina, bagaimana perasaanmu setelah beberapa hari di sini?" tanya Ustadz Ahmad dengan nada lembut.

Dina menghela napas. "Aku merasa campur aduk, Ustadz. Ini adalah perubahan besar dalam hidupku, dan aku berusaha menyesuaikan diri dengan segala sesuatunya."

Ustadz Ahmad tersenyum penuh pengertian. "Aku tahu ini bukanlah hal yang mudah. Namun, aku percaya dengan dukungan kita satu sama lain, kita bisa melalui semua ini."

Dina mengangguk. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Terima kasih atas pengertian dan dukunganmu."

Hari-hari berlalu dengan ritme yang lambat namun pasti. Dina dan Siti mulai membangun ikatan yang lebih dalam. Mereka berbagi cerita dan saling mendukung dalam menjalani peran masing-masing. Meskipun tantangan dan ketidaknyamanan tetap ada, Dina merasa lebih siap untuk menghadapi masa depan dan menjalani peran barunya sebagai istri kedua.

---

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Lisa Dwi Safitri

Selebihnya

Buku serupa

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku