Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pelakor Kesayangan CEO

Pelakor Kesayangan CEO

Malieka Moon

5.0
Komentar
5.5K
Penayangan
103
Bab

Alisya Berlian Cantika. Kembali dengan wajah dan nama baru, Aleena. Sebutan pelakor pun tersemat kepada dirinya, saat seorang Arfa Arhadita Pratama, CEO sekaligus pewaris tunggal Arhadita Company jatuh hati dan bertekuk lutut kepadanya. Apa yang akan dilakukan Laura, istri dari Arfa, ketika Aleena mengibarkan bendera perang, dan berniat membuat rumah tangga dan hidupnya hancur, sehancur-hancurnya? Akankah Aleena mampu bertahan disaat mendengar kabar kehamilan Laura, dan dengan kedatangan seseorang dari masa lalunya? Apakah Arfa akan dapat menggapai cinta Aleena kembali, setelah semua rahasia dimasa lalu mulai terungkap?

Bab 1 Aleena

Pria tampan itu menghentikan langkahnya, begitu mendengar suara keributan di lobi utama kantornya. Ia menyipitkan kedua matanya, begitu melihat sesosok perempuan berjilbab yang sedang berjongkok memunguti berkas yang berserakan dilantai.

"Sudah aku bilang, disini tidak ada lowongan pekerjaan! Apa kau tuli? Hanya lulusan SMA saja sudah berani melamar pekerjaan diperusahaan ini. Sudah Pak, seret saja wanita ini keluar," perintah seorang wanita dengan pakaian super ketat, kepada salah seorang security yang berjaga dilantai tersebut.

"Mbak, tolong, jangan usir saya. Saya hanya melamar pekerjaan disini, bukan mau membuat keributan. Saya bisa keluar sendiri dari tempat ini. Maaf kalau sudah mengganggu," ucap wanita tersebut dengan suara lembut.

"Baguslah kalau kamu sadar diri. Sudah cepat sana keluar," sahut wanita berpakaian seksi, sambil menarik tangan wanita berjilbab itu dengan kasar agar segera meninggalkan lobi tersebut.

"Hentikan!"

Sebuah suara bariton langsung mengundang perhatian semua orang yang ada di lobi tersebut.

Tidak terkecuali wanita dengan pakaian seksi yang sedang menarik tangan wanita berjilbab itu.

Wanita berpakaian seksi itu buru-buru melepaskan cekalan tangannya, begitu melihat siapa sosok pria yang sedang berjalan kearahnya. Sambil berpura-pura merapikan pakaiannya yang terlihat begitu sempit ditubuhnya, wanita itu tersenyum lalu membungkuk hormat.

"Ada apa ini? Mengapa kau berbuat kasar kepada wanita ini?" Tanya pria dengan suara bariton itu, serayak menatap tajam kearah wanita berpakaian seksi itu.

Sedangkan wanita berjilbab itu hanya diam, sambil menatap lurus kelantai.

"Maaf Pak Alex, wanita ini membuat keributan dengan memaksa untuk melamar kerja disini. Padahal sudah saya kasih tau baik-baik, malah dia tidak terima," jawab wanita berpakian seksi dengan name tag Selly tersebut.

Wanita berjilbab itu langsung menegakkan kepalanya, begitu mendengar perkataan Selly.

"Benarkah begitu?" Tanya pria berhidung mancung itu serayak menatap kearah wanita berjilbab.

"Maaf Pak, niat saya datang kesini hanya untuk melamar pekerjaan, bukan untuk membuat keributan," jawab wanita berjilbab itu dengan suara lembut.

"Bohong Pak! Wanita ini terus memaksa untuk meminta pekerjaan disini," tukas Selly dengan sengit.

"Diam! Saya tidak meminta kamu untuk berbicara," sahut Alex.

"Kamu ikut saya kelantai atas, biar kita lihat apa kamu pantas mendapatkan pekerjaan disini," ucap Alex kepada wanita berjilbab itu.

Wanita itu hanya mengangguk samar, tanpa berani menatap kearah Alex.

"Dan kamu! Saya tidak ingin melihat kamu berbuat seperti itu lagi. Kalau sampai kamu mengulanginya lagi, saya tidak akan segan memecat kamu, tanpa harus meminta persetujuan pak Arfa. Apa kamu paham?" Alex kembali menatap tajam kearah Selly.

"Ba-baik Pak. Saya paham," jawab Selly menunduk, dengan suara terbata-bata.

"Dan satu lagi, jangan pernah memakai pakaian kurang bahan seperti itu, menjijikan!" Ujar Alex, yang langsung membuat wajah Selly merah padam.

"Mari ikut saya," ucap Alex, lalu mengajak wanita berjilbab itu untuk mengikutinya masuk kedalam lift kusus, menuju kelantai 65, dimana ruang kerja sang tuan besar berada.

Semua pasang mata langsung melihat dengan tatapan heran dan juga iri kepada wanita berjilbab itu. Begitu Alex dan wanita itu masuk kedalam lift, semua karyawan yang ada dilantai itu langsung bergosip ria membicarakan kejadian yang baru saja berlangsung didepan mata mereka.

Sedangkan Selly, wanita itu menjadi bahan tertawaan teman-temannya yang lain, karena ucapan Alex soal pakaiannya yang kurang bahan.

"Tunggulah sebentar disini, aku akan masuk menyerahkan berkas lamaranmu kepada Pak Arfa," ucap Alex serayak meminta kepada wanita berjijbab itu untuk menunggu dibangku yang ada dilorong ruangan itu.

"Baik Pak," jawab wanita tersebut.

"Oh ya, siapa namamu?" tanya Alex sebelum sempat melangkahkan kakinya.

"Aleena Pak."

"Aleena. Nama yang indah," sahut Alex sambil melangkah menuju keruangan sang CEO.

Tidak berapa lama kemudian, Alex kembali keluar dari ruangan kerja pak Arfa, selaku CEO perusahaan Arhadita Company.

"Silahkan masuk, Pak Arfa sudah menunggu didalam," ucap Alex kepada Aleena.

"Apa tidak apa-apa saya masuk sendiri Pak? Sa-saya takut," cicit Aleena.

Alex langsung terkekeh mendengar ucapan Aleena.

"Dia tidak akan menggigitmu. Apa yang harus kau takutkan?" Sahut Alex.

"Masuklah, bukankah kau sedang memerlukan pekerjaan? Pak Arfa punya pekerjaan untukmu," lanjut Alex.

"Baiklah," sahut Aleena, kemudian melangkah menuju keruang kerja Arfa.

Tok tok tok

Aleena mengetuk pintu begitu sampai didepan ruang kerja Arfa.

"Masuk."

Terdengar sebuah suara yang memintanya untuk masuk.

Dengan langkah pelan Aleena memasuki ruangan dengan nuansa hitam abu-abu tersebut, dimana terlihat seorang pria sedang duduk dikursi kebesarannya, dengan posisi memunggunginya.

"Se-selamat pagi Pak," sapa Aleena dengan suara bergetar, gugup.

Dan begitu pria tersebut memutar kursi kebesarannya menghadap kearah Aleena, wanita itu langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Kau yang bernama Aleena?"

"I-iya Pak," jawab Aleena tanpa berani menegakkan kepalanya menatap Arfa.

"Pekerjaan apa yang kau inginkan?" Tanya Arfa, sambil tersenyum melihat kearah wanita berusia 25 tahun didepannya, yang masih setia menunduk.

"Sa-saya tidak tau Pak. Sa-saya hanya tamat SMA, mungkin tukang bersih-bersih barangkali," jawab Aleena, lirih.

"Bagaimana kalau kau menjadi sekretarisku?"

"Hah!"

Aleena berseru terkejut mendengar tawaran Arfa. Wanita itu langsung menegakkan kepalanya karena tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Lho? Bu-bukannya kamu ...?"

Aleena semakin terkejut, begitu melihat siapa sosok pria tampan yang sedang menatap kearahnya dengan tersenyum.

"Kamu terkejut? Akhirnya kau sendiri yang datang kepadaku, setelah aku seperti putus asa, karena tidak menemukanmu dimana-mana," ucap Arfa, lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Aleena yang masih setia berdiri didepan meja kerjanya.

"Mengapa kau menghilang begitu saja? Apa kau sengaja menghindar dariku, hem?" Tanya Arfa, yang berdiri begitu dekat disamping Aleena, hingga wanita itu dapat mencium wangi tubuh pria tampan disampingnya.

"Bu-bukankah Mas sendiri yang pergi meninggalkan rumah tanpa menunggu kepulanganku?" Tanya Aleena, lirih.

"Hari itu aku menunggu kepulanganmu. Tapi menurut salah satu temanmu kau mengambil lembur hingga malam, karena ada hal yang begitu penting, aku terpaksa pulang sebelum kau kembali," jawab Arfa.

"Ya sudah. Itu berarti bukan salahku. Akupun terpaksa pindah kontrakan karena aku tidak mampu lagi membayar uang sewanya. Uang dan tabunganku habis untuk biaya berobat seseorang, hingga aku terpaksa pindah dan mencari kontrakan yang jauh lebih murah," sahut Aleena.

Arfa terkekeh pelan mendengar perkataan Aleena. Ia tau yang dimaksud oleh Aleena adalah dirinya.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu dulu?" Tanya Arfa.

"Aku dipecat dari tempat laundry itu Mas, karena sering datang terlambat. Rumah kontrakanku yang sekarang jaraknya lebih jauh lagi dari tempat kerjaku, makanya aku sering terlambat datang," Jawab Aleena.

"Kemarilah."

Arfa menggandeng tangan Aleena, lalu mengajak wanita itu untuk duduk disofa yang ada diruangan tersebut.

"Bekerjalah denganku," ucap Arfa, sambil menggenggam tangan Aleena dengan erat.

"Maaf Mas, lebih baik aku mencari pekerjaan ditempat lain saja. Sepertinya tempat ini kurang cocok dengan ijazahku," jawab Aleena, sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Arfa.

"Aku tidak butuh ijazahmu, aku hanya butuh dirimu," sahut Arfa tanpa mau melepaskan genggaman tangannya.

"Aku enggak bisa apa-apa Mas, aku ini cuma tamat SMA. Mas Arfa cari wanita lain saja ya," ucap Aleena dengan lembut.

"Anggap saja ini sebagai rasa trimakasihku, karna kau sudah menolong dan merawatku hingga sembuh. Bagaimana?" Tawar Arfa.

"Maaf Mas, aku melakukan semua itu dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balas budi, Mas Arfa tidak perlu repot-repot memberiku pekerjaan, karena aku sendiri tidak memiliki keahlian apa-apa," jawab Aleena dengan lembut.

"Kau yakin tidak memiliki keahlian apa-apa?" Tanya Arfa sambil mendekatkan wajahnya kearah wanita itu, yang membuat Aleena langsung beringsut kebelakang.

"Bukankah kau sangat pandai merawatku? Itu juga termasuk salah satu keahlian bukan?"

Arfa semakin memajukan tubuhnya kearah Aleena, hingga membuat wanita itu terlihat gugup.

"Ma-mas Arfa mau apa?"

"Aku hanya mau melihat wajahmu dari dekat," jawab Arfa, lalu tiba-tiba saja mengungkung tubuh Aleena yang bersandar kebelakang sofa.

"Ma-mas Arfa, sepertinya aku ingin kekamar mandi," cicit Aleena, beralasan.

"Aku tidak yakin," sahut Arfa sambil membelai wajah Aleena.

"Kalau sampai aku mengompol disofa ini, Mas Arfa tanggung jawab sendiri," ucap Aleena dengan wajah merona.

"Aku ingin melihatnya," sahut Arfa sambil terkekeh.

"Mas Arfa."

Aleena memukul dada pria itu dengan gemas.

"Baiklah, baiklah. Pergilah kekamar mandi dulu. Setelah itu kita lanjutkan lagi kencan kita," ucap Arfa, kemudian menegakkan tubuhnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Malieka Moon

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku