Raya, gadis muda nan cantik datang dalam kehidupan Tuan Marcello sebagai wanita kedua. Dan itu bukan atas kemauannya. Karena sebuah kesalahpahaman, malam itu Marcel telah merenggut kesucian Raya secara paksa, di luar kesadarannya. Padahal keesokan paginya Marcel akan bertunangan dengan kekasihnya yang bernama Celina. Namun begitu Raya mencoba untuk mengikhlaskan dan melupakan kejadian itu. Gadis itu memilih pergi dan pulang ke kotanya. Tidak di sangka, Raya justru mengandung anak Marcello. Dan ia terpaksa pergi dari rumah karena di usir oleh keluarganya. Raya pun terpaksa pergi mencari keberadaan Marcello, tapi tidak sangka ternyata ia datang tepat di hari pernikahan pria itu. Namun, hari itu juga Marcello menikahinya tanpa sepengetahuan istri pertamanya, Celina. Tanpa Marcello sadari benih-benih cinta telah tumbuh di hatinya untuk Raya. Dapatkah Raya menjadi satu-satunya wanita di hati Marcello? Ataukah ia akan selamanya menjadi Wanita Kedua Tuan Marcello?
"Di mana aku?"
Raya mengedarkan pandangan matanya, memindai setiap sudut ruangan yang terasa begitu asing baginya, pengap, dan minim pencahayaan. Seharusnya, dia berada di kamar pengantin bersama calon suaminya. Tapi, mengapa dia justru ada di gudang seperti ini?
Lalu, di mana baju pengantinnya? Mengapa dia tiba-tiba menggunakan dress merah ketat seperti yang biasa digunakan kakak tirinya?
Raya mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi dia hanya samar mengingat sempat bertemu kakak tirinya dan berbincang sebentar.
"Arrgh!" Rasa sakit di kepala membuat Raya mengerang. "Tidak ... aku harus bisa keluar dari tempat ini secepatnya. Mas Rafka pasti sedang menungguku saat in!"
Dengan bersusah-payah, Raya mencoba untuk bangkit begitu sadarkedua tangan dan kaki yang terikat.
"Tolong! Siapapun, tolong keluarkan aku dari tempat ini!" Raya berteriak sekuat tenaga, berharap ada seseorang yang mendengar teriakannya dan tergerak hati untuk menolongnya.
Sayangnya, nihil.
Tak menyerah, kali ini Raya menggunakan kedua tangannya yang terikat untuk merangkak. Gadis itu berusaha untuk mencapai pintu keluar yang berada beberapa meter di depannya.
"Tolong! Tolong keluarkan aku dari sini!" Raya kembali berteriak, sambil terus merangkak ke depan.
Sayup-sayup, perempuan itu dapat mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat.
Raya langsung menegakkan tubuhnya, berharap jika yang datang adalah orang yang akan menyelamatkannya.
Brak!
Tubuh Raya langsung terlonjak kaget begitu mendengar suara pintu yang di buka dengan kasar dari luar.
Hanya saja, harapan Raya sirna begitu melihat beberapa orang pria dengan penampilan menyeramkan dari balik pintu.
"Bawa gadis pencuri ini keluar! Kita akan menyerahkannya kepada tuan Marcello," titah seorang pria bertubuh tegap dengan mengenakan kacamata hitam.
"Tunggu! Pencuri? Apa maksud kalian? Ke mana kalian akan membawaku?" Rasa was-was langsung menyelimuti hati Raya begitu tangannya di cekal oleh dua orang pria bertubuh kekar.
"Ck! Berhentilah berpura-pura, Nona," sahut pria berkacamata dengan santai, "kau harus bertanggungjawab karena berani mengambil dokumen milik tuan kami."
"Lepaskan aku! Kalian salah orang!" Raya meronta sekuat tenaga dengan wajah ketakutan, "aku ingin pulang!"
Namun, dua orang pria berbadan kekar tetap membawanya dengan paksa keluar dari ruangan itu. Mereka tidak menghiraukan teriakannya.
"Kau tidak perlu khawatir. Sebentar lagi, kau akan pulang ke alam baka," ujar pria berkacamata sambil menyeringai lebar.
"Aku ingin pulang ke rumahku! Tolong, lepaskan aku. Aku mohon, hari ini aku akan menikah. Calon suami dan keluargaku pasti sangat menantikan kehadiranku."
"Menikah? Kau ingin menikah Nona?" tanya pria berkacamata hitam dengan sinis.
"I-iya aku akan menikah hari ini, tolong lepaskan aku biarkan aku pulang," pinta Raya dengan wajah memelas.
"Jangan khawatir, kau pasti akan menikah," jawab pria tersebut dengan senyum penuh arti.
Dan tiba-tiba saja salah satu pria itu membekap mulut Raya dengan sebuah sapu tangan, membuat tubuh gadis itu terkulai lemas tidak sadarkan diri.
Dengan cepat, mereka membawa tubuh Raya masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan tempat itu.
*****
Menjelang tengah malam, mobil yang membawa Raya akhirnya tiba di halaman sebuah mansion yang sangat luas dan megah.
"Kurung gadis ini di kamar atas! Jangan lupa beri dia makanan untuk yang terakhir kalinya." Pria berkacamata hitam kembali memberi perintah begitu mereka turun dari mobil.
Raya yang baru saja sadar dari pingsannya langsung berteriak histeris sambil terus meronta-ronta. Tidak ada yang dapat dilakukannya dengan mata tertutup dan tangan terikat, selain berteriak minta tolong dan meronta sekuat tenaga.
"Cepat bawa dia masuk! Aku sudah bosan mendengar teriakannya!"
"Baik, Tuan!"
"Lepas! Lepaskan aku!" teriak Raya sambil terus meronta, menendang ke segala arah.
Namun nyatanya, dengan mudah mereka membawa tubuhnya ke lantai atas lalu menguncinya di dalam sebuah kamar setelah terlebih dulu melepaskan ikatan di tangan dan kepalanya.
"Tolong! Lepaskan aku! Keluarkan aku dari tempat ini! Biarkan aku keluar!" Dengan sisa tenaga dan asa yang masih ada, Raya kembali berteriak sembari menggedor-gedor pintu dengan sekuat tenaga.
Berulang kali, ia melakukan hal tersebut, namun tidak ada satu orang pun yang mendekat, hingga menguras sisa tenaga dan kekuatannya, percuma.
"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa nasibku tiba-tiba berubah seperti ini?"
Rasa lelah dan putus asa mulai menyelimuti hatinya. Tangis dan air mata sudah tidak berguna. Pasrah, itulah yang dapat di lakukannya.
Dengan kondisi tubuh lemah dan lapar, Raya memilih untuk membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Berharap jika ia terbangun nanti semuanya akan baik-baik saja.
******
Di sisi lain, sebuah mobil sport baru saja memasuki halaman mansion.
Seorang pria bertubuh tinggi atletis dengan wajah rupawan nampak turun dari mobil sambil sesekali memijit pelipisnya.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" Raut wajah khawatir terlihat di wajah sang asisten pribadi, manakala melihat tuannya berjalan sempoyongan.
Mengangkat tangannya ke atas--tidak ingin terlihat lemah--Marcello pun lantas menjawab singkat, "Aku baik-baik saja."
Layaknya orang yang sedang mabuk, Marcello menapaki anak tangga satu demi satu.
Pria itu berusaha menahan sesuatu yang semakin membuat tubuhnya tidak terkendali.
Dipegangnya kepala yang semakin terasa pusing. Rasa panas itu semakin menjalar di tubuhnya, hingga membuat konsentrasinya menghilang.
Niat hati ingin masuk ke dalam kamarnya, namun langkah kaki itu justru membawanya masuk ke kamar lain.
Rasa panas itu semakin merajai tubuhnya. Dia tidak tahu siapa wanita yang sedang meringkuk di atas tempat tidur. Hanya saja, Marcello merasakan keinginan luar biasa untuk menyentuhnya.
"Aku menginginkanmu." Suara serak Marcello seketika membuat gadis itu ketakutan setengah mati.
Semakin meronta, semakin Marcello beringas mengoyak helai kain di tubuhnya, hingga tidak menyisakan sehelai benang pun.
"Tolong, jangan, aku mohon." Tubuh lemah itu memohon karena tidak dapat berbuat apa-apa ketika Marcello menindih tubuhnya.
"Jangan menolakku." Suara berat Marcello terdengar begitu menusuk.
Isak tangis dan cucuran air mata gadis itu tidak dapat menghentikan keinginannya akan sebuah pelepasan.
"Sa-sakit, aku mohon hentikan."
Marcello tidak perduli. Bahkan, cakaran dan gigitan di tubuhnya tidak berarti apa-apa baginya. Hingga dirinya mendapatkan pelepasan berulang kali, barulah pria itu menyudahi perbuatannya.
Sementara gadis itu--Raya--terkulai lemah tidak sadarkan diri.
Bab 1 Malam Yang Kelam
13/03/2023
Bab 2 Bukan Mimpi
13/03/2023
Bab 3 Gadis Yang Terluka
13/03/2023
Bab 4 Nyaris Terlambat
14/03/2023
Bab 5 Bunuhlah Aku
14/03/2023
Bab 6 Kekhawatiran Marcello
14/03/2023
Bab 7 Aku Akan Menikahimu
14/03/2023
Bab 8 Seperti Buronan
14/03/2023
Bab 9 Pulang
14/03/2023
Bab 10 Berpisah
14/03/2023
Bab 11 Kenyataan Pahit
14/03/2023
Bab 12 Sebuah Keputusan
16/03/2023
Bab 13 Di Bawah Hujan
16/03/2023
Bab 14 Jangan Menangis
16/03/2023
Bab 15 Dia Tumbuh di Sini
16/03/2023
Bab 16 Dua Hati
16/03/2023
Bab 17 Demi Raya
16/03/2023
Bab 18 Tidur Berpelukan
16/03/2023
Bab 19 Kenapa Sudah Longgar
17/03/2023
Bab 20 Cinta Untuk Raya
17/03/2023
Bab 21 Malam Pertama Dengan Raya
18/03/2023
Bab 22 Kasih Sayang Seorang Marcello
18/03/2023
Bab 23 Ungkapan Cinta di Pagi Hari
19/03/2023
Bab 24 Pamit Bulan Madu
20/03/2023
Bab 25 Wangi Yang Sama
21/03/2023
Bab 26 Terbang ke Paris
22/03/2023
Bab 27 Raya Terjatuh
24/03/2023
Bab 28 Jujur Apa Adanya
25/03/2023
Bab 29 Malu
26/03/2023
Bab 30 Melepas Rindu
27/03/2023
Bab 31 Istri Kecil Yang Manja
29/03/2023
Bab 32 Bimbang
29/03/2023
Bab 33 Takkan Pernah Melepasmu
31/03/2023
Bab 34 Sisi Lain Marcello
01/04/2023
Bab 35 Kepulangan Celina
01/04/2023
Bab 36 Sifat Asli Celina
02/04/2023
Bab 37 Permaisuri Hatiku
03/04/2023
Bab 38 Pria Tua dan Istri Kecil
03/04/2023
Bab 39 Anak Ayah
04/04/2023
Bab 40 Menceraikan Celina
08/04/2023
Buku lain oleh Malieka Moon
Selebihnya