Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Lama-lama Jadi Cinta

Lama-lama Jadi Cinta

Marimar

5.0
Komentar
11.5K
Penayangan
124
Bab

Rini Zaskia Putri tidak pernah menyangka kalau dirinya dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan laki-laki bernama Muhammad Andre dan mereka pun menikah. Padahal ia menjalin hubungan asmara dengan Bagaskara Agam. Namun, kedua orang tuanya tidak pernah merestui hubungannya bersama Agam. Apakah Rini bisa mencintai Andre sepenuhnya dan melupakan Agam?

Bab 1 Pernikahan Terpaksa

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan," ucap seorang laki-laki yang tersenyum manis sembari mengembuskan napas lega.

Terdengar suara-suara bersahutan menyerukan kata 'sah'. Kini, Rini dan Andre sudah sah menjadi sepasang suami dan istri. Walaupun, Rini masih tak ada perasaan apa pun untuk laki-laki yang bersanding di sebelahnya ini. Ia hanya menuruti keinginan kedua orang tuanya untuk menikah dengan Andre.

Kemudian, Rini mencium punggung tangan Andre dengan sopan. Ia menatap wajah laki-laki itu sejenak. Ya, tak ada cela keburikan yang tampak pada Andre. Namun, entah kenapa ia masih tak memiliki perasaan untuk laki-laki yang menyandang gelar suaminya sekarang. Bahkan, Andre adalah laki-laki yang saleh. Ia bersyukur mendapatkan laki-laki seperti ini, tapi tetap saja hatinya belum terketuk sama sekali.

"Cie ...."

"Duh, pengantin baru."

Orang tuanya serta orang tua Andre tampak senyum-senyum ke arah mereka berdua. Pancaran wajah Andre tampak bersinar sekali, menandakan sang suami sangat bahagia sekarang. Sementara itu, dirinya hanya mampu menutupi perasaan sedih di hadapan banyak orang yang hadir.

'Mas Agam, maafin aku, Mas.'

Rini merintih dan tiba-tiba memanggil mantan kekasihnya dalam hati. Agam adalah laki-laki yang pernah berpacaran dengannya selama dua tahun. Namun, orang tua Rini tidak merestui hubungan mereka dari awal menjalin tali asmara. Dan, ia hanya bisa pasrah saja ketika perjodohannya dengan Andre terjadi, walaupun menyisakan luka di hati Agam.

"Ayo, rencana bulan madu kalian mau ke mana?" celetuk Bu Sari-ibunya Rini.

"Ibu ...." Rini langsung cemberut dan tidak ingin membahas bulan madu di depan banyak orang.

Andre tersenyum manis dan geleng-geleng kepala. Ia tidak kepikiran sama sekali untuk berbulan madu saat ini. Berusaha untuk menata hati dan menerima kenyataan ini, bahwa dirinya sudah menjadi seorang istri. Apakah ini akan sulit dijalaninya?

"Dek, sebut aja mau ke mana nanti bulan madunya. Nanti Mas yang atur," bisik Andre ke telinga Rini.

Lagi-lagi semua orang bersorak serta menyerukan kata 'cie' di hadapannya. Rini menggerutu dalam hati, kenapa Andre malah bersikap seperti ini padanya. Ia merasa risih dan tertunduk lesu.

'Dasar Andre!'

Tiba-tiba, dari arah luar terdengar suara teriakan. Dan, Rini tahu betul itu suara siapa. Orang itu pun melangkah masuk dengan gerak cepat dan menatap ke arahnya.

"Mas Agam?" Rini langsung berdiri dari posisi duduknya.

Kedua orang tua Rini juga berdiri dan tampak tidak menyukai keberadaan Agam di sini. Ia melihat wajah Agam yang berhiaskan kesedihan.

"Lancang kamu datang ke sini, ya!" bentak Pak Surya-ayahnya Rini sambil menunjuk-nunjuk ke arah Agam yang baru saja hadir.

"Ayah, jangan begitu sama Mas Agam."

"Kamu udah sah menikah sama laki-laki itu, Rin?" tanya Agam.

Rini mengangguk pelan dan mengiyakan saja. Toh, tidak ada gunanya juga untuk berbohong di hadapan Agam kalau pernikahan ini memang sudah terlaksana dan dirinya telah menjadi istrinya Andre.

"Alhamdulillah, Rini sudah sah menjadi istriku," sahut Andre sambil menggenggam erat jari jemari Rini.

Rini menatap ke arah Andre sejenak. Sial! Selalu saja Andre bertindak sesuka hatinya. Kemudian, pandangannya teralihkan menuju kepada Agam. Ia melihat tangan Agam telah terkepal kuat. Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi saat ini.

"Rin, bukankah kita sama-sama saling cinta? Tapi, kenapa kamu malah menikah dengan yang lain?" ucap Agam di hadapan banyak orang yang hadir.

"Maafkan a–"

Ucapan Rini terpotong begitu saja ketika melihat ayahnya menarik paksa Agam untuk ke luar dari acara penuh khidmat ini. Ia tak bisa ke luar menyusul Agam karena dicegat oleh sang Ibu. Kedua orang tuanya tidak ingin menanggung rasa malu karena kedatangan Agam ke sini.

"Bu, biarkan aku ke luar buat ketemu sama Mas Agam! Sebentar aja, Bu," pintanya.

"Jangan bikin Ibu dan Ayah malu di depan banyak orang, Nak. Gak usah ke luar! Biar ayahmu yang mengurus semuanya," bisik Bu Sari di telinga Rini.

"Tapi, Bu ...."

Bu Sari tak mau mendengar apa pun sekarang. Ibunya hanya menyuruh untuk duduk kembali bersama dengan Andre. Ia merasa cemas kepada Agam. Apa yang akan dilakukan oleh ayahnya pada pria yang dicintainya itu? Di sisi lain, ada Andre yang selalu memperhatikan wajahnya sedari tadi. Rini merasa risih pada tatapan mata Andre, walaupun sekarang telah sah menjadi suaminya, tetap saja bumbu-bumbu cinta tidak ada di dalam hatinya.

"Kenapa?" tanya Rini sambil menampilkan wajah dinginnya.

"Dek, kamu cantik sekali," puji Andre padanya.

Dipuji Andre seperti itu tentu tidak akan membuatnya luluh dengan begitu mudah. Selagi ada Agam di dalam hatinya, ia jamin tak ada yang bisa menerobos pertahanannya. Ia tak akan baper dengan Andre. Ia tidak merespons ucapan sang suami barusan.

Pikiran dan hatinya terus tertuju pada Agam. Tiba-tiba saja, sang Ayah muncul dan masuk dengan langkah tegas. Mungkin saja, Pak Surya telah berhasil membuat Agam pergi dari sini. Rini berusaha untuk kembali fokus dan mengukir senyum yang dipaksakan dihadapan para tamu undangan.

'Apa yang dilakukan Ayah tadi sama Mas Agam, ya? Kok, aku jadi khawatir sama dia.'

"Dek, jangan ngelamun," ucap Andre.

"Nggak kok."

"Nah, gitu dong. Kan jadi tambah cantik." Andre mengedipkan sebelah mata ke arahnya. Tatapan tersebut seolah sangat memuakkan.

Mereka berdua duduk bersebelahan. Tak jarang, Andre memegang sebelah tangannya. Padahal ia tidak suka diperlakukan seperti ini, tapi mau tidak mau, ia pasrah saja daripada membuat keluarganya jadi malu.

'Rin, kamu udah jadi istri sahnya Andre! Kenapa susah ya buat menerimanya?'

Harusnya, pernikahan ini membuatnya merasa bahagia, tapi justru berbanding terbalik. Rini tidak merasakan kebahagiaan sama sekali ketika bersama dengan Andre. Padahal dari awal, ia sudah menolak pernikahan ini, tapi tetap saja kedua orang tuanya memaksakan kehendak. Orang tuanya ingin dirinya memiliki seorang suami yang taat agama dan berbakti, dan itu ada pada diri Andre. Akan tetapi, cintanya jauh lebih besar untuk Agam sampai detik ini.

"Dek, yang tadi mantan pacarmu, ya?" bisik Andre mendekat pada Rini.

"Iya," lirih Rini. "Memangnya kenapa sih?"

"Lebih gantengan aku sih, Alhamdulillah," sahut Andre lagi sambil senyum-senyum sendiri.

Sontak, Rini membulatkan kedua bola matanya. Ia tidak menduga kalau Andre akan senarsis ini. Akan tetapi, kalau dilihat-lihat memang benar adanya, kalau suaminya lebih tampan dari sang mantan kekasih. Ingin berdebat sekarang, tapi momennya tidak tepat. Ia akan sangat malu kalau harus beradu mulut dengan Andre di hadapan banyak orang.

'Awas aja kamu, Ndre! Bisa-bisanya membandingkan dirinya sendiri sama Mas Agam!'

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Marimar

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku