Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
“Mas Satria? Astaga, maksudnya Pak Satria?” ringis Lana langsung mengigit bibir dalamnya yang keceplosan memanggil nama lelaki di depannya tanpa embel-embel.
“Kebiasaan, dan hampir saja terlambat,” cetus Satria sambil menggelengkan kepalanya samar menyadari kecerobohan Lana.
Sepasang mata Lana menoleh ke sekeliling lorong kampus, takut ada mahasiswa yang mencuri dengar sapaannya pada pria yang diidamkan satu kampus.
“Bapak juga kok telat, Pak,” tanya Lana yang kini tatapannya kembali fokus pada Satria.
“Lana. Cepat masuk, atau waktu ujianmu saya potong nih karena telat.”
“Eh, Jangan Pak, jangan,” cebik Lana yang kini bibirnya tampak menggerutu kesal dengan ancaman Satria.
“Tapi, kok bapak bisa kebetulan begini ya datangnya pas banget sama saya, bapak nggak lagi nungguin seseorang kan Pak, makanya telat, hehe,” kekeh Lana ringan yang menyadari sorot tajam yang dilayangkan sepasang mata Satria kepadanya.
“Iya, ini karena ulah seseorang. Jadi mau ikut ujian atau mengulang kelas?” tukas Satria cepat sambil tangannya membuka pintu ruangan kelas yang tertutup dan tampak semua peserta ujian yang masih terlihat santai berkumpul dan mengobrol.
Lana melotot dan terkikik kecil melihat tingkah teman sekelasnya yang seketika terpekik karena terkejut akan kedatangan dosen pengawas yang tidak lain Satria. Dan langsung mengatur posisi duduk mereka di kursi masing-masing.
“Pak, nanti saya chat ya Pak,” bisik Lana sambil berlari kecil masuk ke dalam ruangan kelas yang diikuti Satria yang berjalan di belakangnya dengan ujung bibir pria itu tertarik ke atas membentuk senyuman tipis.
Mahasiswa perempuan tampak mengerlingkan mata genit guna menarik perhatian Satria-dosen pengawas mereka saat ini.
**
“Aku bilang untuk tunggu di tempat biasa, malah kamu yang nggak kelihatan batang hidungnya.” Penuturan Satria, membuat Lana tidak enak hati.
“Mas Satria juga yang salah. Nggak kasih kabar, eh maksudnya tuh aku lupa cek ponsel. Nggak enak juga nyusahin terus.”
Siapa juga yang mau di sangka sedang dekat dengan dosen sendiri. Ujungnya bakalan rumit, itu yang ada dalam benak Lana saat ini. Meski pria itu terlihat santai-santai saja.
“Aku jadi lega kalau udah klarifikasi kayak gini, nggak merasa bersalah,” ucap Lana yang kini tangannya sudah berada di depan pintu, lalu menariknya ke dalam dan terbuka.
“Terima kasih juga ya Pak. Nilai saya nggak jadi jelek, dan nggak mesti ngulang,” kekeh Lana di akhir kalimatnya sambil kembali mengubah panggilan pria yang tampak serius membuka berkas absensi dan tangannya yang bebas mengusir halus Lana untuk keluar dari ruangannya.
**
“Lana....” Lana menoleh saat namanya di panggil.
Ia mengembangkan senyumnya saat melihat Sarah Kalina yang melambaikan tangan ke arahnya.
“Kamu sebaiknya berhenti bekerja saja. Sebentar lagi kita akan menghadapi skripsi jadi fokus itu penting. Lihat hari ini saja kamu terlambat. Ah, salah maksudnya hampir terlambat. Apalagi tadi datangnya bisa bersamaan begitu sama Pak Satria. Dewi Fortuna tepat berdiri di sampingmu.”
“Kamu dong, Dewi Fortunanya,” goda Lana yang dibalas tepukan pelan Sarah di lengan Lana.Sarah dengan cepat menarik Lana ke arah luar gedung mendekati kantin yang menyatu dengan area parkir.
Niatnya yang tadi ingin menghubungi Satria, terpaksa diurungkannya. Lana akan mencobanya nanti. Saat ini dia memiliki mengikuti Sarah.
“Aku penasaran banget sama teman chat kamu itu Lan. Apa benar dia laki-laki?”