Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Sudah satu jam lebih Dara berada di dapur dengan celemek coklat yang terlilit di lehernya. Api kompor tampak menyala, di atasnya terdapat penggorengan dengan beberapa potong ikan di dalamnya. Hawa panas dapur membuat keringat mengucur dari wajah sang wanita.
Tok… Tok… Tok…
Atensi Dara teralihkan ketika dirinya mendengar jelas suara ketukan pintu. Ia menoleh sejenak dan mengecilkan api kompornya. Wanita itu beranjak pergi menuju pintu utama rumah untuk memeriksa siapa yang datang sepagi ini.
Pintu terbuka diiringi ekspresi Dara yang sedikit berubah. Senyuman tipis ia lemparkan kepada wanita tua di depannya.
“Eh, ibu. Ibu datang? Kenapa tidak menelpon terlebih dahulu, bu?” tanya Dara sedikit menunduk, menyambut ibu mertuanya yang baru saja tiba di rumah mereka.
Bukannya membalas senyuman dari Dara, wanita tua yang merupakan ibu mertua Dara itu melepaskan langkahnya memasuki rumah dengan sepatu heels merah yang masih berada di kaki wanita tua itu.
Dara tidak mengerti harus melakukan apa, ia kembali menutup pintu dan mengikuti ibu mertuanya dari belakang.
“Dimana, Elwin?” tanya wanita tua itu dengan sangat ketus, membuat Dara sedikit bingung.
“Mas Elwin masih diatas, bu. Sepertinya lagi beberes untuk berangkat bekerja,” jawab Dara yang masih mengikuti ibu mertuanya yang berjalan menuju dapur.
“Cleo?” tanya kembali ibu mertua Dara itu.
“Cleo baru saja selesai mandi, bu. Siti sedang membantu Cleo beberes untuk berangkat sekolah,” jawab Dara menjelaskannya.
Langkah wanita tua itu terhenti, membalikkan badannya dan menatap Dara dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Siti yang menyiapkan anakmu untuk sekolah? Trus, kerja kamu apa?” tanyanya dengan sangat-sangat ketus.
Tentu Dara sedikit bingung saat itu. Ia sedikit menggaruk tengkuknya dan berkata, “Dara sedang memasak, bu. Untuk sarapan Cleo dan Mas Elwin. Baru saja Dara selesai menggoreng ikan. Ibu duduk saja dulu di meja makan, Dara akan siapkan untuk sarapan ibu juga,”
Wanita itu menggeleng. “Tidak perlu, saya tidak akan sarapan disini. Saya kesini hanya ingin jumpa dengan anak dan cucu saya. Kamu tidak perlu repot-repot!” ucap wanita tua itu menolak tawaran Dara.
Dara hanya tertegun, menelan salivanya dan menatap kembali ibu mertuanya itu. Tak lama, atensi keduanya teralihkan ketika suara langkah kaki terdengar menuruni satu-persatu anak tangga. Menampilkan seorang pria dengan jas hitam rapi turun dari lantai atas. Rambut klimis serta wangi parfum lelaki yang sangat kuat.
“Ibu? Kapan datang, bu? Kok gak ngabarin Elwin dulu, bu?” ucap suami dari Dara, Elwin.
“Tidak apa, ibu hanya ingin berkunjung sebentar. Gimana kamu, sehat kan?”
Elwin mengangguk dan merangkul ibunya. “Sehat dong, bu. Karena ibu udah disini, kita sarapan dulu yah, bu. Masakan Dara enak banget loh, bu.” ajak Elwin. “Sayang, siapin mejanya yah. Untuk ibu juga,” sambung pria itu membawa ibunya menuju meja makan.
Dara hanya mengangguk dan segera beranjak menuju dapur. Ia langsung menyiapkan seluruh makanan diatas meja makan. Tak lupa, ia menyeduh teh dan membuat kopi untuk suami dan anaknya. Wanita dengan rambut ikal itu juga membuat jus apel yang akan ia hidangkan kepada ibu mertuanya yang baru saja tiba di rumahnya itu.
Setelah semuanya selesai, Dara meninggalkan suami, anak, serta ibu mertuanya di meja makan. Menyuruh mereka menikmati masakan yang baru saja ia hidangkan.
Dara melangkahkan kaki menuju lantai atas. Namun kembali atensinya teralihkan ketika mendengar pembantu rumah tangga mereka berbicara kepadanya.