Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Rahasia Tuan CEO Dingin

Istri Rahasia Tuan CEO Dingin

Kilau Cantika

5.0
Komentar
766
Penayangan
34
Bab

Sungguh merana hidup Deana, setelah kehilangan kedua orangtuanya pada sebuah kecelakaan, kini tiba-tiba preman meneror datang mengancamnya jika tak segera melunasi hutang keluarganya. Nyawanya terancam. Hidup di ujung tanduk membawanya pada jalan pintas. Menjual kesuciannya pada seorang pria. Tanpa diduga, pria bernama Marvin itu justru kemudian menawarkan sesuatu yang mungkin akan jadi solusi masalahnya. "Lahirkan bayi untukku, maka akan aku lunasi semua hutangmu!" kata Marvin dengan dingin Deana bergidik. Ini memang solusi, tapi juga masalah lebih besar akan dimulai.

Bab 1 1. Terpaksa Menjualnya

Langit yang terlihat mendung disertai rintik hujan sehingga terasa begitu syahdu, cuaca menjadi dingin dengan angin yang berhembus kencang menimbulkan suara ketika sunyi mulai merangkak di sepertiga malam.

Seorang gadis berjalan menuju ke arah jalanan yang ada di ujung di jalan raya yang cukup ramai ini. Malam yang cukup dingin, dia terpaksa duduk meski tubuhnya sedikit menggigil.

Walaupun dengan sedikit ketegangan dan juga rasa gelisah. Ia sudah membulatkan tekadnya malam ini. Berusaha untuk tidak gugup karena ini baru pertama kalinya.

Keinginannya sederhana, melunasi semua hutang yang ditinggalkan kedua orang tuanya.

Dia adalah seorang gadis yang sedang menunggu seseorang, menunggu pelanggan pertamanya datang yang minta dia untuk menunggu sebentar. Mereka telah mengadakan kesepakatan, harga dan tempatnya.

Hatinya berdebar, jantungnya berdegup kencang. Rasanya cukup aneh, tapi harus dilakukannya. Tangannya gemetar, panas dingin merasakan ini. Bayangan pria tinggi besar yang akan menidurinya.

Langkah kakinya pelan tapi agak ragu namun harus dilakukan demi sebuah nominal yang meski tak seberapa tapi cukup besar untuknya melanjutkan hidup.

Dari awal, sudah ia sebutkan berapa nominal uang yang diinginkannya dan langsung disetujui dengan cukup berani oleh pemesan dirinya. Ia terpaksa melakukan ini demi sebuah jeratan hutang yang menumpuk.

Walau berat dengan keputusan yang sangat dipikirkan secara matang, tapi dia sekali lagi harus melakukan pekerjaan ini. Mau tidak mau ini jalan terakhirnya.

Sudah hampir satu jam lamanya tidak ada mobil yang berhenti di depan jalanan ini. Langkahnya terhenti saat gantungan kunci tasnya terjatuh.

Grogi!

Ya, tentu saja grogi. Jelas ini akan menjadi pandangan yang buruk bagi orang yang tidak tahu apa alasan dia melakukan ini.

Heels yang dipakainya cukup nyaman dipakai. Ia diminta datang dengan gaun berwarna merah dengan heels yang senada warnanya.

Lingerie merah juga sudah disiapkan dan telah dibawanya dalam tas mininya. Mungkin nanti akan digunakan jika dibutuhkan. Hatinya sedang gelisah, teringat banyak orang dan debt collector yang datang ke rumah kecilnya.

Mereka penagih hutang yang datang dan membuatnya harus memberikan janji untuk membayarnya dengan cepat.

Ia tidak menyangka jika kedua orang tuanya meninggalkan hutang yang sedemikian besarnya hingga harus dia yang membayarnya.

Setiap hari dikejar-kejar oleh debt collector dan tidak bisa hidup dengan tenang. Sekali-sekali pintu rumahnya kerap digedor-gedor hingga merasa trauma dengan suara ketukan pintu.

Ia juga kini dijauhi saudaranya bahkan tak dianggap sama sekali. Akhirnya karena tak ada jalan lain, mencoba mengikuti saran temannya yang sudah terjun dalam dunia hitam ini.

Temannya memang lama telah menggeluti pekerjaan ini sebelum mengenal masalah yang membelit hidupnya kini.

Kini dirinya akan bertemu dengan pria pemesannya yang berjanji memberikan uang jika ia masih perawan. Ya, pria itu menanyakan tentang keperawanan yang dimilikinya dan akan membayar mahal untuk itu.

Malam ini, bukan malam pengantin baginya tapi ia akan melakukan pertama kalinya dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali sebelumnya.

Pria itu mengiriminya sebuah pesan, jika telah menunggunya dalam sebuah mobil dan diminta untuk jalan memutar kembali menuju ke arah dimana pria itu sedang duduk di dalam mobilnya di sana, di ujung jalan ini.

Gadis itu berjalan kembali dan mendapati seorang pria dengan mobil mewahnya. Pria itu memegang rokok saat dirinya masuk ke mobil.

"Hai," sapa pria itu.

"Ya, Tuan,"

"Kamu cukup cantik," ucapnya sambil memegang dagunya.

"Te-terima kasih," jawabnya.

Jantungnya berdegup kencang, baru kali ini ada yang menyentuh bagian tubuhnya. Rasanya sangat aneh dan agak risih meski harus diterimanya.

"Aku tahu kamu gugup. Apa ini pertama kalinya kamu melakukannya?" tanya pria itu dengan cukup detil.

Sorot matanya tajam, menelisik ke arahnya mengamati setiap bagian tubuhnya. Ia merasa gelisah, gugup dan takut. Semua bercampur jadi satu.

Pria itu menyeringai lebar, mengusap pahanya, dan ia hanya pasrah saja. "Ini untukmu,"

Tangannya mengulurkan sesuatu memberikan semacam uang sebagai DP untuk membuatnya percaya bahwa pria itu memberikan uang sebagai tanda jadi transaksi.

"Jadi, benar kamu masih perawan, kan?" tanyanya sekali lagi.

"I-iya, Tuan," jawab nya dengan takut-takut.

"Bagus, berapa usiamu?" tanyanya lagi.

"Aku ... ehm ... kenapa tanya usia, apa aku masih belum pantas atau ..."

"Jawab saja, apa susahnya,"

Ia masih berusia 18 tahun, seharusnya kini sedang senang-senangnya karena kelulusan sekolahnya dan bukan duduk di dalam mobil dengan seorang pria yang akan mengambil kesuciannya malam ini.

"Aku ... 20 tahun," ujar nya berbohong.

"Kamu yakin 20 tahun?" tanyanya seperti tidak percaya.

Pria itu menoleh, menelisik wajahnya, mungkin memastikan usianya. Untuk usia 20 tahun mungkin dia cocok, batinnya.

Gadis itu mengangguk. Tapi pria itu tak percaya begitu saja. Dengan merangkul pinggangnya, pria itu tersenyum dan menyentuh helai rambutnya.

"Apa motivasi kamu menjualnya?"

Sambil menyalakan rokok lagi, pria itu membuka jendela mobilnya. Mereka masih dalam perjalanan menuju ke sebuah villa.

Perjalanan itu tampak begitu lama bagi sang gadis yang perasaan dan pikirannya tidak tenang. Ia gelisah sepanjang perjalanan ini. Tangannya tampak berkeringat ia mencoba rileks namun sulit.

"Aku, ehm uangnya akan aku gunakan untuk membayar hutang keluargaku, Mereka meninggal dunia dan meninggalkan banyak hutang padaku,"

"Oh,"

Jawabannya yang sangat singkat, seolah tak peduli untuk apa uangnya karena yang diinginkan adalah sebuah keperawanan yang benar-benar asli tanpa kepalsuan. Tapi memang inilah yang diinginkannya, tak ada obrolan lain selain pertanyaan yang ringan namun terlihat intim.

Pria itu menoleh pada gadis yang sedang takut dan gemetar, kemudian merangkulnya dan memberi kehangatan.

"Akan aku berikan bonus jika kamu benar-benar masih suci, tak ternoda siapapun dan juga benar sesuai dengan ucapan mu." bisiknya.

Mereka tiba di villa dan pria itu menggandeng tangannya, mereka berjalan menuju ke dalam villa pribadi milik pira itu dan masuk ke kamar.

Tak lupa, sebotol wine juga dibawa untuk menambah hangat tubuhnya dan menikmati malam ini dengan indah bersama seorang gadis.

Pria itu memintanya untuk berpakaian seperti yang ia berikan saat ini. Sebuah paper bag telah dibawanya dan menyuruhnya untuk memakainya.

"Pakai ini!"

"Ini, Tuan?"

"Ya, pakailah, aku menunggu di luar! Jangan lama-lama!"

Gadis itu nampak ragu. Ia hampir mengurungkan niatnya tapi sudah sejauh ini mereka pergi. Mau tidak mau dia harus melakukannya.

"Tunggu apa lagi, Cantik!"

"Ba-baik, Tuan,"

**

Pakaian yang dikenakannya sangat cantik, membuatnya menjadi tampak anggun dan menawan. Pria itu memanggil dirinya untuk segera keluar.

Dengan sekali touch up, dia segera keluar dan setengah terkejut karena melihat banyak orang yang duduk di sebuah ruangan.

Gadis itu mulai merasakan keringat dingin mengucur deras dan membuatnya sedikit gugup.

Pria itu memandangnya penuh lekat tanpa berkedip. Mereka siap melakukannya malam ini. Debaran jantungnya makin terasa kencang dan cukup menegangkan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kilau Cantika

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku