Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
WANITA INCARAN CEO TAMPAN

WANITA INCARAN CEO TAMPAN

Lyona Adira

5.0
Komentar
6.5K
Penayangan
22
Bab

Dalam waktu tiga hari Christian harus membawa kekasih ke rumah, atau dia harus menerima perjodohan. Sang kakek terus mendesak segera menikah. Dalam perhimpitan waktu, Christian mengejar wanita penjaga toko bunga. Berupaya membawa wanita itu pulang ke rumah. Sayangnya wanita itu menolak. Hingga akhirnya Christian tak dapat bertemu dengannya kembali, menghilang dalam waktu cukup lama. Mau tak mau, Christian menerima perjodohan dari sang kakek. Wanita bernama Calista Madison, pilihan dari sang kakek. Christian terpana. Wanita incarannya kembali dengan penampilan berbeda. Di hadapan Chris, wanita itu angkuh dan dengan tegas menolak perjodohan. Hati Christian tercubit. Merasa harga dirinya hancur. Dia memiliki rencana untuk menjebak wanita itu. Christian ingin Calista tak lagi kabur kembali. Rencana apakah yang sedang dirancang Christian? Akankah perjodohan tetap berlangsung?

Bab 1 Pandangan Pertama

"Daddy tidak menerima penolakan, Chris. Apa yang ingin kau debatkan? Sudah jelas kau tak memiliki kekasih, Chris, tidak usah mengelak dari perjodohan. Mau tidak mau, kau harus menerima perempuan itu."

Seorang pria muda perlahan memijat keningnya suara itu kembali terngiang di telinganya. Helaan napasnya berembus kasar, bersamaan pandangan matanya beralih ke luar jendela. Mobil yang ditumpangi berhenti di lampu merah, tepat di depan sebuah toko bunga.

"Cantik." Seutas senyuman terbit di bibir Chris tanpa sadar.

Wanita berambut cokelat sebahu menata beberapa bunga di etalase kaca. Memakai celemek merah muda dengan noda hitam di bagian bawah. Seluruh gerak-gerik wanita itu seakan tak lepas dari pandangan mata Chris.

"Sebentar, Sean. Aku ingin membeli bunga," ucap Chris.

"Bunga? Untuk siapa?" tanya Sean, asisten yang merangkap menjadi sopir.

Chris menoleh, mengedipkan mata. "Apa syarat membeli bunga harus memiliki kekasih? Aku rasa semua orang bebas membeli bunga, tanpa harus memiliki kekasih."

Selalu ada kerusuhan yang Chris lakukan, Sean berdecak kesal. "Hei, Chris! Kau ada jadwal pertemuan dengan Tuan Arson. Jangan membuang waktu, Bro!"

"Lupakan sejenak, aku ingin mengistirahatkan pikiranku. Tunggu sebentar, aku tak lama."

Pria tampan berbalutkan jas berwarna hitam dengan wajah tegas begitu menawan, membuat seluruh perhatian mata tertuju padanya. Begitu pula dengan wanita yang menghentikan pekerjaannya, menghampiri kedatangan pembeli.

"Halo, selamat pagi, Tuan! Ada yang bisa kami bantu?"

Chris menatap seluruh etalase yang memiliki jajaran berbagai jenis bunga. Semerbak wangi terasa memabukkan. Hingga kedua matanya tertuju pada mawar merah merekah, cukup membius pandangan.

"Bisa kau tunjukkan bunga terbaik yang kalian miliki?" tanya Chris.

"Bunga di toko kami selalu memiliki kualitas terbaik, Tuan. Setiap hari akan selalu ganti dengan yang baru. Kalau boleh tahu bunga apa yang ingin dibeli, Tuan? Biar kami siapkan yang terbaik."

"Aku tidak tahu." Ekor mata pria dua puluh tahun itu sesekali melirik wanita yang berdiri tak jauh darinya.

"Untuk siapa bunga ini, Tuan? Akan aku beri rekomendasi paling menarik." Wanita itu tersenyum.

Chris terdiam sejenak. "Em ..., untuk kekasihku. Tolong, carikan bunga paling terbaik untuk perempuan cantik dan manis."

"Waw, beruntung sekali perempuan itu memiliki pasangan semanis anda, Tuan." Penjaga wanita memandangi etalase, menimang bunga paling pas sesuai dengan penampilan pembelinya. "Ah, mungkin bunga mawar merah unggulan di toko kami. Aku rasa kekasih anda menyukainya."

"Mawar merah? Apa kamu yakin semua perempuan menyukai bunga itu?" tanya Chris, berusaha meminta penjelasan.

"Tentu saja, Tuan. Semua perempuan menyukai pemberian dari orang yang dia sayangi."

Kerutan dahi Chris dalam, sesaat berpikir seluruh ucapan penjaga wanita itu. "Apa kau juga menyukai bunga mawar merah?"

Wanita itu mengangguk. "Tentu saja. Bunga yang paling aku sukai adalah mawar merah. Dan aku berani bersumpah bila bunga di sini adalah yang terbaik. Aku berharap kekasihmu menyukainya."

Seperti sihir, pandangan mata Chris berbinar mendengar seluruh jawaban penjaga toko itu. Pria itu menggelengkan kepalanya, mengusir pemikiran anehnya. Tak ingin terlalu mengulur waktu, Chris menyetujui bunga mawar merah itu sebagai pilihan.

"Terima kasih," ucap penjaga wanita dengan tersenyum. "Jangan lupa membeli bunga di toko kami kembali, Tuan."

"Tentu saja."

Langkah Chris terhenti, dia menoleh kembali. "Boleh aku tahu namamu. Em ..., aku hanya ingin memanggil nama agar lebih akrab."

"Oh tentu saja, Tuan, aku Lily."

Chris mengangguk perlahan, melanjutkan langkahnya dengan senyuman lebar di bibirnya. Setangkai mawar merah berbalutkan kotak bening berada ditentengan tangan Chris.

"Apa yang kau beli?" tanya Sean penasaran, matanya menyipit melihat bunga mawar merah cantik dan segar di tangan Chris. "Wow, seleramu cukup bagus. Aku tidak menyangka kau akan membeli bunga mawar merah."

"Ini bukan pilihanku, pilihan dia." Chris tak mengalihkan pandangannya dari bunga di pangkuannya itu.

Dahi Sean terlipat hingga bertumpukan. "Dia, siapa? Kau 'kan tak memiliki kekasih, Chris."

Wajah Chris sumringah, seperti membayangkan seseorang. Hormon endorfin dalam tubuh pria itu naik dengan cepat. Asistennya heran, perubahan suasana hati yang berubah derastis.

"Belum, nanti akan menjadi kekasihku. Aku akan membawanya datang ke rumah."

"Siapa? Kau tak pernah cerita denganku." Sean sedikit kesal dengan Chris yang menyembunyikan rahasia dari dirinya.

Chris menoleh, melirik wanita yang bercengkerama dengan pembeli lain. Kedua matanya puas mengagumi keindahan makhluk ciptaan Tuhan. Jantungnya turut berdetak tak beraturan memandang senyuman Lily, meski bukan untuk dirinya.

"Perempuan yang baru saja ku temui, Sean. Dia cantik dan menyukai mawar merah. Aku yakin dia adalah jodohku," jawab Chris.

Sean memukul bahu bosnya. Bila dibiarkan terlalu lama akan semakin tak beraturan. Pedal gas diinjak kuat, mengalihkan pandangan Chris dari toko bunga itu.

"Kau semakin aneh, Chris. Apa karena perjodohan itu kau jadi menganggap perempuan cantik adalah jodohmu? Aku tidak habis pikir dengan jalan otakmu. Bagaimana bisa kau berpikir untuk memperkenalkan perempuan asing ke hadapan keluargamu?" tanya Sean. Lirikan tajam telah mengintimidasi pria yang duduk di bangku sampingnya.

Alih-alih marah, Chris justru tersenyum dan mengangguk, menjawab seluruh pertanyaan dengan satu jawaban.

"Yang benar saja, Chris. Bila perempuan asing yang kau perkenalkan sebagai kekasih palsu. Mengapa tak mencoba membuka hati untuk calon tunanganmu? Kau dan dia hanya butuh waktu untuk saling mengenal," saran Sean.

"Aku tidak mau," jawab Chris singkat. Raut wajahnya berubah datar dan dingin.

"Kenapa? Lagi pula kau belum tahu siapa dia, Chris. Kau hanya tahu dari namanya saja." Sean berusaha mengimbangi perdebatan.

Chris menggeleng. "Memang benar, aku belum kenal. Aku hanya tahu namanya. Tetap saja aku tidak mau dijodohkan dengan perempuan mana pun."

"Bagaimana kalau dia cantik? Kau yakin menolak?" tanya Sean dengan mengangkat satu alisnya.

"Tetap saja aku tidak mau, Sean. Aku tak bisa mencintai perempuan asing," jawab Chris.

"Lalu bagaimana dengan perempuan penjual bunga? Bukankah sama saja ... perempuan asing?"

Chris memilih diam. Tak berniat memperpanjang perbincangan dengan topik perjodohannya. Membiarkan kabin kemudi lengang, Sean pun memahami bila dirinya membutuhkan waktu berpikir.

***

Dari kejauhan suara riuh menyinggung nama Christian Franklin, pemilik nama itu menghela napas sejenak. Keluarga besar telah berkumpul di kediamannya, posisi dirinya segera tidak aman.

"Hei, Chris. Kau telah pulang?" sapa William, kakak sepupunya. Chris menjawab dengan sebuah anggukan kepala.

"Kemari, Chris. Kau mau ke mana?" tegur Jonathan, ayah Chris.

"Aku harus mandi," jawab Chris singkat.

"Chris ..., duduklah. Temani kakek makan."

Tatapan teduh Marlino Franklin berhasil meluluhkan hati Chris yang membeku. Pria itu tak bisa menolak seluruh permintaan Marlino. Mau tak mau, Chris mendekati Marlino, menarik kursi di sampingnya.

"Kau sudah dengar tentang perjodohan itu bukan? Bagaimana tanggapanmu?" tanya Marlino.

Chris mengangguk. "Aku sudah dengar dari Daddy. Dan aku tidak mau dijodohkan dengan perempuan mana pun."

Marlino menghela napas. "Kau harus menikahi putri Mr. Madison, Chris. Di sisa umur, kakek ingin melihat kamu menikah."

"Aku bisa menikah dengan perempuan pilihanku, Kek. Tidak perlu dijodohkan, aku masih bisa mencari perempuan sendiri." Chris berdecak kesal.

"Chris ..., kakek tidak suka dibantah. Kau tak memiliki pilihan lain, Chris. Secepatnya kau harus menikah dengan perempuan pilihan kami," ucap Marlino tegas dan tak mau dibantah. Bahkan pria itu melayangkan tatapan tajam pada cucunya yang menjadi CEO di Franklin Corporation, sebagai ganti dari dirinya dan Jonathan.

"Aku tidak bisa menuruti keinginan itu," jawab Chris.

"Chris!" teriak Jonathan.

"Tidak, Daddy, aku tidak bisa menikah dengan wanita lain sementara aku memiliki kekasih! Bahkan aku sendiri tidak kenal dengan wanita yang Daddy pilihkan!"

"Chris!" Wajah Jonathan berubah memerah, marah.

Tak ada jawaban, Chris menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya, lantas meneguk air putih yang tersedia, sebelum mengelap bibirnya dengan sehelai tisu.

"Chris," panggil Jonathan.

"Aku selesai. Aku harus istirahat," jawab Chris. Melenggang pergi meninggalkan ruang makan.

Tangan pria lima puluh tahun itu mengepal kuat, marah besar dengan tingkah laku putranya, tidak sopan di hadapan keluarga besar.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Om Kos

Om Kos

Romantis

5.0

Warning! Explicit mature content included Mergokin pacar tidur sama teman sekampus, diusir dari kos, kucing kesayangan dilempar keluar rumah, ditambah hujan deras yang sedang mengguyur kota Pahlawan. Sungguh perpaduan sempurna untuk melatih kesehatan mental! Padahal semua ini hanya karena telat bayar kos sehari aja, malah dia ditendang dari rumah yang sudah diamanahkan untuk ia rawat oleh mendiang pemilik rumah. Ujian berat inilah yang sedang melanda hidup Mariska. Seolah Ujian Akhir Semester tak cukup membuatnya berdebar-debar karena harus pandai mengatur jadwal kuliah di sela kesibukannya bekerja. Namun, kata orang badai selalu datang bersama pelangi. Di tengah sadisnya ujian hidup yang harus Mariska hadapi ternyata takdir malah membawanya menuju tempat kos baru yang lebih modern, bersih, dengan harga sewa murah. Belum lagi jantungnya ikut dibuat berdebar kencang saat tahu pemilik kos ternyata pria muda, lajang, dan rrrr- hottie. Plus satu lagi yang bikin lebih jantungan, saat si Om kos malah ngotot ngajakin Mariska nikah detik ini juga. Kok bisa?! Apa alasannya? Ingin menghindar, tapi tak punya pilihan. Belum lagi saat keduanya semakin dekat malah Mariska jadi lebih sering mendapatan mimpi yang terasa seperti Deja Vu. Tanpa sadar memori gadis ini dipaksa kembali ke masa lalu di mana sebuah tragedi mengerikan menimpa keluarganya. Sanggupkah Mariska bertahan menjadi salah satu penghuni kos yang diisi oleh sekumpulan manusia nyentrik dengan beragam profesi tak terduga? "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku agar tak mudah menyerah." Ares tak menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui jalan takdir paling manis meskipun terasa tragis bagi keduanya. Lalu bagaimana dengan Mariska? Kapan ia sadar bahwa Ares adalah cinta pertamanya saat masih bocah dulu? Kisah seru mereka hanya bisa dibaca di Om Kos!

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku