WANITA INCARAN CEO TAMPAN
mana,
a pucat, ada bulir keringan di keningnya. "Bisakah kau m
alan, akan ke kantor sebentar l
Mr. Marlino sedangt tidak baik. Kau harus kemari," ucap S
da apa? Ke
tidak banyak." Sean men
os besar di rumah sakit. Muka bantal, piyama warna biru muda. Sean risih
sakit? Mengapa harus aku yang menjadi korbannya? Tidak cucu dan kakeknya, sama saja. Aku
masih ngantuk sekali. Harusnya Chris berada di sini sekarang," gumam Sean, mende
Aku rasa kau sedang bersiap bertemu dengan
hubungi adalah Sean, asisten yang merangkap segala hal. Pukul tiga dini hari, saat tengah terlelap dan
nyak laporan dikerjakan. Rasa kantuk menyerang, tetapi mata harus tetap fokus berkendara
t bonus. Gajiku paling tidak t
ka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, padahal Mr.
ayah dan anak itu beberapa tahun terakhir terjalin tak harmonis, pendapat mereka selalu bersebera
, tak akan pulang bila proyek belum selesai. Hanya Chris, aku harap dia bisa membu
tip sekilas, memastikan bila tidur Marlino tak terusik. Sean memilih di luar, keberadaannya di sana bisa m
engan sang kakek beberapa tahun silam membayanginya. Marlino layaknya kakek, bos
ita di luar sana cukup membuat telinga mendenging," ucap Sean. Memilih duduk di kursi tungg
ja, mungkin hanya kelelahan dan juga ... pikir
t bersama rekan bisnis Chris, persiapan berjalan lima puluh persen. Ipad hitam di tangannya kemba
an. Pria itu membawa sekuntum mawar merah, kemudian mend
gaimana denga
a pusing sejenak. Tangannya mencengkeram kurs
Sean?" tanya
menunggu kedatanganmu." Sean menepuk bahu Chris. Penampilannya lebih segar, piyama
lagi. Tangannya memutar gagang pintu, mengintip keadaan di dalam ruang. Sebelum mendor
a tua itu membuka matanya. Chris takut menganggu waktu istirahat Marlino. Decita
Chris. Seolah mempertanyakan keberadaan pria muda itu di dalam ruangan. La
yakin kakek akan banyak bertanya. Chris menela
ris? Pekerjaanmu banyak hari i
denganku? Kerutan be
ama kali, Kek, bukan orang lain. Ap
nya aku sendiri. Sean adalah asistenku juga. Kau belum tentu b
ggeram, menahan amarahnya. "Aku yang
ganku, apalagi kau? Kau a
ngan samakan aku dengan Da
ya pucat, tatapan sayu. Pria tua itu mengambil s
an penyakitku kemarin. Lihatlah kenyataannya, Nak. Kau
erdebar, kemudian melihat sekumpulan kalimat berjejeran rapi. Pelan-pel
memberikan kecupan hangat. "Maaf, sempat meraguka
bila aku tak ada bagaimana dengan nasibmu? Jo bukan ayah yang baik. Pekerjaan adalah pr
menangis, memeluk tubuh tua M
lit untuk memenuhi permintaanku? Ini adalah permi
k. Kau bersamaku, di sini. Jangan berpiki
bisa melawan lebih lama lagi. Tugasku sudah selesai, Chris, kau pun
ng tipis, tidak mengatakan apapun. M
enerima dengan tangan terbuka. Berat, Chris membayang
lu, aku hanya ingin menikah dengan dia. Aku yakin k
sihmu hari ini." Helaan napas berhembus,
kan waktu untuk bisa bertemu denganmu," mohon Chris. Gelis
Chris. Nyawaku sendiri belum tentu panjang. Kau harus secepatnya menika
besok Lily sudah kembali dan akan aku ajak
ekasihku. Akhir-akhir in
ekasihmu, terima nasib menikah dengan wanit
tak memiliki kesempatan kedua. Kemudian mengangguk
ga mawar merah. Marlino
ku," jaw
nkah dia bekerja di toko bunga
bunga ini spesial dariku, kekasihnya. Tentu memiliki makna yang berbeda." Chr
no tertawa. "Apa dia men
Tidak, aku rasa. Dia tidak tahu aku s
lu ... wanita
ganku." Chris berdehem. "Mungkin
ku. Aku yakin Lily menjaga jarak dar
au harus ingat janjimu,
u t
tampak berpikir. "Apa
adalah kebahagiaan unt
begitu khawatir dengan keadaanmu?" Dah
inya, Chris. Jo pandai berakting. Se