WANITA INCARAN CEO TAMPAN
a hari ini Lily tidak masuk kerja. Siapa
suh di waktu terbilang pagi. Kemeja hitamnya tak lagi tertata r
ran. Hasil tetap nihil. Tiga gelas air putih dihabiskan,
ken
dian berdehem pelan. "S
hadiranku di sini, Chris. Masalah yang kau pikirkan terlalu be
atirkan kondisi Mr. Marlino, kau boleh kembal
lahnya, Sean. Aku sedang memikirkan cara untuk membawa Lily bertemu kakek. Bagaimana aku bisa be
Jadi ... yang kau pikir
n penawaran terbaik untukku. Waktu tiga hari harus membawa kekasih ke rumah."
a?" tanya Sean, m
enikah dalam waktu dekat, lagi pula aku belu
, kau harus menikah sebelum dua puluh delapan tahun. Mr. Marlino sudah menjel
t. Dua manusia yang diikat oleh janji dan komitmen. Aku tid
an menikah." Se
, Sean. Kakek berharap aku segera menikah. Aku takut bila tak bisa me
i depan Chris. "Kau ingin mengabulkan permintaan k
tin wanitamu. Kenapa kau membuat hidupmu menjadi banyak beban? Lagi p
nku, Sean?" Chris mendelik,
yakin dia akan menolak, bahkan bisa saja sekarang tengah pergi ke luar kota.
entuannya, kepala terasa ingin meletup. Pria itu
membutuhkanmu. Aku akan ke rumah sakit bila semua sudah s
mengan
enepuk lembut bahu pria yang menjadi bosnya, turut merasakan kegelisa
abu-abu. Senyuman dan wajah Lily membayangi, pria itu
dup. Jangan pernah salah memilih, bila
gat kecil. Atau mungkin ... tidak akan ada. Lily bebas bersama pria mana saja, aku tidak mau hal itu t
diri tak bisa dicari? Bahkan orang kepercayaanku pun sulit men
ekarang ka
mencari tempat lebih nyaman. Membiarkan sapaan pegawainya, sesekal
ris melajukan dengan kecepatan tinggi
ertingkat. Tempat yang jarang dikunjungi sebelumnya
arkan saja. Aku butuh wanita itu," uca
r. Seorang wanita paruh baya tersenyum, menyambut deng
tak ke sini, Ti
berubah menjadi bahagia. Di hadapan wanita itu bibirnya menyung
*
iri satu jam di depan La Madame Florist, masih dan terus menanti wanitanya.
ereka tak tahu keberadaan wanita itu sekarang, bahkan semua nomor diblokir. Tak
is Chris. Tangannya terkepal kuat. "Bila bertem
awa bertemu Marlino? Pria itu tak akan membawa wanita sembarang ke rumah, terl
." Chris menghel
ali memalingkan wajah bersamaan dengan helaan napas berhembu
ap aneh, bahkan orang-orang juga melihat ke arahmu dan aku.
"Tidak. Aku haru
tak lagi bekerja di sini. Sudah ayo ke kantor saja. Banyak pekerj
aku harus menerim
n terbaiknya, Chris. Lagi pula menerima wanita itu terdenga
itu, aku akan kehilangan kesempatan bersama Lily. Meski dia sempat menolak
ris. Wanita pilihan Mr. Marlino pun belum tentu buruk untukmu, atau mungkin ... jauh le
Perasaan tak bisa dipaksakan, Sean. Aku hanya
ingat pertemuanmu dengan Lily hanya beberapa kali. Kali
erasakannya, hatiku memilihnya." Chris
tangannya menepuk dahi perlahan.
arang?" gumam Sean, sangat jelas
tahu itu, untuk apa
, darah menghilang seketika. Kemudian menelan ludah pelan-pelan.
an seseorang. Wajah sang asisten pucat pasi. Kenin
ken
ngkah asistennya. "Kau harus kembali ke rumah sakit. Mr. Marlino pingsan. Kondisiny
is, matanya melebar be
ean membuka pintu, mendorong paksa tubuh besar bosnya hingga kepalan
rtambah, gesit menyalip beberapa mobil yang menghalangi. Di kursi penumpang, Chris duduk
Sean. Bisa kau turunkan ke
duk tenang, kita akan seg
mobil tersebut berhenti di parkiran khusus. Hanya membutuhk
rlino ingin bertemu
u tak mau, Chris menuruti keinginan sang asisten. Kemudian
. Wajahnya pias, bibirnya memucat. Bahkan tangan kirinya gemetar. Se
anmu dingin?
masa depan Chris akan berbeda arah. Perjodohan itu tentu akan segera berada di
eningnya menger
"Aku hanya mempersiapkan diri saja. Sebentar la
kembali melirik sekilas ke arah Chris. "Ka
eleng. "Aku
u terbuka lebar, pria tua itu menoleh,
"Bagaimana dengan kekasihmu, Ch
pandangan. Sean melirik Chris sek
u." Chris menghembuskan napas.
. "Akhirnya, ini yang aku nantikan. Pe
a bertemu dengan