/0/21612/coverorgin.jpg?v=e60d6bd2c0a776a47dc1740ac270ceed&imageMogr2/format/webp)
Tak pernah ia bayangkan sebelumnya jika akan menjadi seorang CEO di sebuah perusahaan besar seperti ini. Galih dan Arga Baskoro mempercayakan padanya anak perusahaan Baskoro yang ada di sebagian Jawa dan Bali.
Tapi dia beruntung didampingi seseorang yang sempurna untuk menjadi mentor sekaligus pembimbingnya yaitu Charli. Tangan kanan dari keluarga Baskoro itu dipercayakan untuk mendampinginya di Bali sampai dia benar-benar bisa menghandle semuanya sendiri.
“Ntar malam hang out yuk Dik! Masa iya sudah mau sebulan disini kamu mengeram saja di mansion. Nggak bakal Kakak cariin tempat yang aneh-aneh kok tenang aja!” ajak Charli.
“Memang ada Kak?”
Charli hanya terkekeh mendengar pertanyaan itu. Randika memang seorang pemuda yang berbeda. Jika yang lain akan berlomba lomba untuk memamerkan kekayaan untuk menarik gadis cantik tapi Randika bahkan tidak pernah mau memakai fasilitas mobil-mobil mewah yang dimiliki kakak iparnya di sini.
“Kita ke Trunyan, disana kita bisa lihat Danau Batur dari atas. Weekend kita kesana”
“ Lihat mayat Kak?”
Yaelah kurang kerjaan bener sih Dik. Kita manjat bukit sama itung-itung olahraga aja.”
“Ehhmmm ...”
“Nggak usah kebanyakan mikir, kayak orang susah aja kamu Dik”
“Tapi pekerjaan Randika kan masih banyak Kak, takutnya besok tambah keteteran kalau kita pergi camping”
“Yaaahhh... sekali-kali! Jangan terus-terusan, nanti stress sama kerjaan”
“Ya udah Randika ikut deh”
TOK.. TOK
Seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangan, dia adalah sekretaris Charli yang juga membantu tugas tugas Randika.
“Ada perwakilan dari Nusa Corp yang datang pagi ini. Saya sudah persilahkan mereka diruang meeting kita”
“Ok terima kasih Mon, sebentar lagi kami kesana” jawab Charli.
Setelah Mona pergi mereka segera bersiap siap ke ruang meeting. Pagi ini mereka memang ada janji bertemu dengan klien dari salah satu perusahaan besar yang ada di Bali untuk mengadakan kerja sama.
“Tapi Randika masih harus menyelesaikan berkas ini Kak, bagaimana? Tidak apa-apa jika Randika tinggal? “
“Jangan! Nanti siang berkas itu kita bawa untuk meeting dengan Bimantara Corp. Haishhh ... kakak iparmu memang menyebalkan! Kenapa harus kita yang dibikin pusing dengan perusahaannya disini? “ Randika tertawa kecil mendengar keluhan itu .
Perusahaan Baskoro memang baru melebarkan sayapnya di pulau ini, jadi akan sangat menguras energi dan pikiran untuk membuatnya berdiri dengan kokoh.
Sudah ada seorang wanita cantik dan laki laki parubaya di ruangan itu. Mereka terlihat berdiri ketika melihat Charli telah hadir di ruangan itu.
Tanpa membuang waktu Charli segera memulai pembicaraan tentang rencana kerjasama mereka. Di awal dia memang sengaja tidak memperkenalkan diri karena merasa sudah mengenal pria parubaya di depannya .
Pria itu adalah pemilik Nusa Corp yang dikenal dengan nama Sigit Wijaya, pria berdarah Inggris Indonesia yang terkenal ramah walau ia adalah seorang pengusaha ternama.
Gadis cantik yang datang bersama Sigit terlihat sering mencuri pandang pada Charli yang sibuk dengan presentasinya. Sosok Charli yang tampan dan terlihat dewasa memang mampu menarik perhatian kaum hawa.
Charli bernafas lega setelah menyelesaikan presentasi yang kadang di selingi pertanyaan dari Sigit. Dan pria tua itu juga terlihat begitu puas dengan uraian Charli tentang proyek mereka.
“Ok sepertinya kita memang harus bekerjasama tuan Charli. Oh iya ini putri saya Lily yang saat ini menjadi wakil CEO di Nusa Corp, dia yang akan meneruskan dan merealisasikan proyek ini. Saya mohon bimbingannya.”
“Panggil saja saya Charli, dan terimakasih sudah percaya dengan perusahaan kami. Kami akan melakukan yang terbaik untuk proyek ini. Jangan merendah, saya rasa saya yang harus belajar dari nona Lily “ kata Charli dengan mencoba tersenyum ramah pada wanita bernama Lily itu.
Mereka juga menyempatkan diri untuk makan siang bersama di sebuah restoran. Charli tahu jika Lily selalu mencuri pandang padanya, tapi ia tidak peduli .
Baginya wanita adalah makhluk paling rumit sedunia, dia tidak akan mengikuti jejak sahabatnya yaitu Arga dan Danny yang bertekuk lutut jika didepan istri mereka. Dia lebih menikmati kesendiriannya.
**
Dan benar saja, weekend ini. Charli dan Randika ingin menghabiskan waktu mereka camping ke bukit Trunyan. Charli sengaja memilih tempat itu karena tidak terlalu ramai walau weekend seperti ini.
Akses jalan yang menanjak dan tempat yang masih sepi dari fasilitas menjadikan tempat itu belum diminati pengunjung yang ingin menikmati kenyamanan
Masing-masing dari mereka membawa tas carrier atau tas pendaki agar bisa membawa semua yang dibutuhkan jika sampai di atas sana.
“Wiih keren Kak!” seru Randika yang melihat track yang akan mereka lewati.
Sebuah jalan setapak yang dikanan kirinya masih benar-benar hutan asli. Selain mereka ternyata ada beberapa orang yang bertujuan sama dengan mereka.
Setelah berbasa basi dan saling berkenalan mereka akhirnya naik ke atas bukit. Mereka menggunakan jasa lokal guide untuk membawa mereka keatas.
Selain lebih tahu track mana yang aman, guide juga tahu aturan-aturan tempat itu. Karena banyak tempat di Bali yang mempunyai aura spritual atau magis kuat yang tidak semua orang tahu tata cara atau peraturan untuk menghadapinya.
“Sepi ... tapi asyik” kata Randika yang sudah duduk di depan tendanya. Dia, Charli dan beberapa pendaki lainnya sedang berbincang di bawah langit yang cerah malam itu.
“Besok Danny sama Istrinya datang ke Bali, mereka mau honeymoon katanya!”
“Bukannya harusnya Minggu kemarin?” tanya Randika karena ia yang kemarin mengurus tiket keberangkatan dan akomodasi pengantin baru itu.
“Dia punya urusan yang harus diselesaikan dulu. Kakak udah handle semua keperluan mereka, nggak usah khawatir”
“Kak Charli nggak mau nikah kayak mereka?” tanya Randika.
/0/17330/coverorgin.jpg?v=20240419170253&imageMogr2/format/webp)
/0/20470/coverorgin.jpg?v=22c5d8ad1727cb6933d7c40772c3b5da&imageMogr2/format/webp)
/0/16375/coverorgin.jpg?v=20240705142955&imageMogr2/format/webp)
/0/20189/coverorgin.jpg?v=b7deb36926a430a8e6c2e9b1ef3f5ab6&imageMogr2/format/webp)
/0/20183/coverorgin.jpg?v=20241030112355&imageMogr2/format/webp)
/0/10982/coverorgin.jpg?v=d1deb3cc642b3b22d527c0877824c548&imageMogr2/format/webp)
/0/18016/coverorgin.jpg?v=c433198e5cf2153ea10bac61cea62a83&imageMogr2/format/webp)
/0/17290/coverorgin.jpg?v=20240408181855&imageMogr2/format/webp)
/0/13903/coverorgin.jpg?v=10c21d93a6cb287c2602787318157aa1&imageMogr2/format/webp)
/0/21448/coverorgin.jpg?v=2da3699e0441bf95c1b7cb8c9d116469&imageMogr2/format/webp)
/0/3300/coverorgin.jpg?v=4148652b25728b3b2080e523a0b4cb9a&imageMogr2/format/webp)
/0/3993/coverorgin.jpg?v=600e9952cc3ac9f855c3c0798bb2e3d6&imageMogr2/format/webp)
/0/12233/coverorgin.jpg?v=05f875a58b3e39ee83c9a208b7c0a82f&imageMogr2/format/webp)
/0/29659/coverorgin.jpg?v=64ca82833c68c4aac2d853d95979f5bd&imageMogr2/format/webp)
/0/30995/coverorgin.jpg?v=383f18e6bbf05c51dc35788488cf49fc&imageMogr2/format/webp)
/0/6608/coverorgin.jpg?v=dd8b100eddfbaaa683050abe78bc4fdb&imageMogr2/format/webp)
/0/23828/coverorgin.jpg?v=20250607090706&imageMogr2/format/webp)