Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
DICERAI KARENA MANDUL

DICERAI KARENA MANDUL

Miss_Cha_Riyadi

5.0
Komentar
12K
Penayangan
64
Bab

Blurb : Ditinggal selingkuh. Mandul. Dijadikan seorang ibu rumah tangga biasa. Berujung perceraian dengan satu ton tuduhan yang membuatnya merasa kerdil. Apalagi yang kurang bagi Kala? Semuanya berkumpul jadi satu, merobek sisi kemanusiaannya perlahan. Membuatnya mempertanyakan satu hal pada Sang Pencipta, kenapa harus dirinya? Kendati demikian, ada setitik waras yang masih ia punya. Saat mata mereka mengudara, Kala sadar, dirinya sudah tertawan. Pada satu sosok polos yang kelahirannya tak diinginkan oleh sang ibu. Sosok kecil bernama Sheryl Amanta Versha. Pusarannya makin mengerucut, hingga mempertemukan pada secercah rasa yang ia tampik demikian keras. Berhasil kah, ia dengan jalan yang dipilih? *** PS : Biar kalian enggak bingung, judul ini aku ganti untuk menyesuaikan kebutuhan. Judul aslinya KALA MANTARI Jika ingin versi cetaknya bisa hubungi IG Aku ya. Cha.riyadi8888

Bab 1 [Prolog & bab 1]

Sunyi terus menyelimuti ruang yang dihadiri empat orang itu. Satu di antaranya, seorang perempuan berambut lurus sebahu hanya menatap lurus ke depan, tanpa ekspresi. Sementara dua lainnya, menatap si perempuan itu dengan pandangan nelangsa seolah ikut merasakan segala sakit yang ia derita. Ah, masih ada seorang lagi yang sepertinya dia bahagia.

Buktinya, wajah tampan itu bisa menyungging senyum walau sedikit.

"Ini surat dari pengadilan. Saya ambil segera, biar semua urusan cepat beres," kata si pria.

Si perempuan tanpa ekspresi itu hanya mengangguk pelan. Melirik sekilas amplop putih berlogo Pengadilan Agama di salah satu wilayah tempat ia tinggal. Surabaya.

"Saya pamit kalau begitu. Masalah yang dibicarakan di pengadilan sebelumnya, sudah saya urus. Dua atau tiga hari lagi, akan ada yang datang untuk minta tanda tangan kamu."

Lagi-lagi si perempuan itu mengangguk.

"Bu, Pak, Janu pamit. Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Janu selama ini. Saya pulangkan Tari ke rumah kalian kembali."

Isakan kecil lolos dari bibir wanita paruh baya yang sedari tadi memperhatikan interaksi dua orang di depannya. Tak tahan, dia bangkit dari duduk dan memilih masuk ke kamar. Mengabaikan pria yang bernama Janu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan yang terakhir kalinya.

"Janu pamit, Pak."

Tangan Janu ditepis pelan oleh orang yang dipanggil Bapak. Mungkin kecewa, marah, kesal dan benci terhadap Janu masih teramat tinggi. "Silakan jika sudah selesai."

Janu hanya mengangguk, "Saya pamit. Jaga diri baik-baik, Tari."

****

Sengaja ia memilih menempuh jarak puluhan kilo di malam ini. Doanya terperanjat penuh sembunyi. Besar harapnya pada sang waktu, agar keping sakitnya perlahan lepas satu per satu. Cukup baginya, dua tahun dibuang penuh sia-sia. Berkubang pedih dan meredupkan cahaya dirinya sendiri.

Masa lalu memang demikian hebat menggerus tingkat kewarasannya. Untuk itu lah, di sini ia sekarang. Mengambil satu keputusan besar bernama damai. Butuh tekad kuat, keinginan gigih, serta keyakinan penuh, kalau jalan yang ia pilih adalah yang terbaik.

Menurut versinya.

Lagu lawas era delapan puluhan mengiring sepanjang perjalanan darat yang dia jalani. Sengaja ia memilih menggunakan bus travel ketimbang kereta atau pesawat. Ia ingin menikmati setiap meter jarak yang dibentang oleh Sang Pencipta. Menaruh keping demi keping sakit yang dimiliki pada setiap pemberhentian bus yang dia tumpangi. Siapa tahu, keping itu dibawa oleh angin ke pusat badai lalu diremukkan hingga tak bersisa. Lalu ia terlahir kembali, mungkin selayaknya kupu-kupu yang menyudahi masa metamorfosisnya.

Semoga.

Dilirik jam tangan perak di pergelangan kirinya, sudah menunjuk waktu tengah malam. Matanya mengedar, sebagian penumpang sudah terlelap tidur. Hanya dirinya dan sang supir yang masih terjaga-mungkin. Diembuskan napas pelan, ia mencoba peruntungan sekali lagi untuk memejamkan mata yang demikian sulit baginya.

Benar saja. Matanya ternyata masih segar untuk memperhatikan sorot cahaya lampu dari arah berlawanan. Ponsel yang sedari tadi tergeletak di sandaran kursi, dia ambil. Mengecek sekali lagi pesan terakhir yang dikirim oleh sahabatnya. Membaca baris demi baris alamat yang sepertinya ia sudah hapal di luar kepala saking seringnya dibaca. Tempat tujuannya kali ini.

Jakarta.

"Mas, Jakarta itu seperti apa?" Tangan si perempuan dengan terampil menata piring dan juga lauk di meja makan.

Pria yang menjadi lawan bicaranya tertawa. "Kota yang enggak pernah tidur. Sumpek."

Perempuan itu hanya menanggapi dengan ber-o-ria.

"Makanya aku pilih buat usaha di Surabaya. Walau sama-sama kota besar, enggak sesumpek Jakarta. Lagian, aku bisa ketemu kamu kan, Nduk."

Alih-alih tersipu, si perempuan berambut sebahu itu malah menepuk pelan bahu suaminya. "Sudah, makan saja. Gombalmu enggak laku."

"Tari, aku serius lho."

Perempuan bernama Tari itu hanya tersenyum menanggapi. "Iya, aku juga serius. Sekarang waktunya makan, bukan gombal."

Gelembung ingatan itu pecah, membuat si perempuan merengap. Mengambil napas buru-buru sebanyak yang ia bisa. Meneguk dengan kasar air mineral yang selalu ia sediakan di dekatnya. Sudah sejauh ini malah ia mengingat hal sepele yang dulu hanya dianggap obrolan selingan menjelang makan malam.

Hanya mengingat hal itu saja, tetes air mata kembali membasahi pipi. Cukup, Tari. Cukup!

***

"Mau kamu apa, sih, Nak?" Seorang wanita paruh baya melemparkan dirinya ke sofa empuk begitu tiba di rumah yang cukup besar itu.

"Dia enggak becus, Ma. Masa iya aku pertahanin."

"Iya, Mama tahu. Tapi hari Senin kamu sudah mulai kerja. Mama bukan enggak mau dititipi anak kamu. Mama sayang banget sama Sheryl, Nak. Sayang banget. Tapi Mama enggak sanggup ngikutin gerak Sheryl. Dia butuh pengasuh. Mama yang ngawasin kerja mereka."

Pria yang diajak bicara sama frustrasinya dengan wanita yang sudah lebih dulu memijat pangkal hidungnya. Raut lelahnya jelas tercetak di wajahnya yang kini menatap sang ibu dengan pandangan prihatin.

"Maafin, Aria, ya Ma. Ini salah Aria."

Wanita paruh baya itu terenyuh. Di hadapannya, bersimpuh anak lelaki kebanggaannya sampai kapan pun. Anak yang kini benar-benar menjadi sosok yang mampu membuatnya kagum. Bukan sekadar pencapaian dalam karir, bukan. Wanita itu tidak terlalu mengharap hal itu. Akan tetapi, sikap dan juga perbuatannya yang membuat sisi lembut sang wanita yang usianya tak lagi muda itu bangga.

"Setiap orang punya masa lalu, Nak."

"Tapi karena Aria, Mama jadi ikutan susah. Harusnya Aria membahagiakan Mama."

"Mama sudah sangat bahagia, Nak." Diusapnya kepala pria yang sudah duduk bertumpu pada pangkuannya itu.

"Sheryl jangan dijaga oleh wanita tadi. Cari yang lainnya aja, ya, Ma. Kali ini, Aria janji lebih kooperatif."

"Benar, ya. Jangan bikin Mama pusing sama kamu yang banyak mau, lho."

Pria itu terkekeh. "Iya, Ma."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Miss_Cha_Riyadi

Selebihnya

Buku serupa

GADIS BIASA VS BOSS MAFIA

GADIS BIASA VS BOSS MAFIA

Lucyana
4.9

AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku