/0/23828/coverbig.jpg?v=20250607090706&imageMogr2/format/webp)
Siapa sangka wanita misterius yang dikenalnya lewat aplikasi kencan ternyata adalah Direktur Utama di rumah sakit tempat Rayhan bekerja. Awalnya, Rayhan hanya ingin mengalihkan pikirannya dari luka lama-ditinggalkan begitu saja oleh kekasihnya, Dr. Karina Ayunda, seorang spesialis bedah kandungan yang memilih menikah dengan rekan sejawatnya. Alasannya sederhana namun menyakitkan: Rayhan, meskipun seorang dokter umum yang cerdas dan berdedikasi, dianggap tidak cukup ambisius karena memilih tidak melanjutkan pendidikan spesialis. Rasa kecewa dan harga diri yang terluka membuat Rayhan menarik diri dari dunia asmara. Tapi pertemuan virtual dengan seorang wanita bernama "El" membuatnya penasaran. Obrolan mereka nyambung, topik-topik berat terasa ringan, dan perlahan-lahan luka lama terasa lebih samar. Namun saat Rayhan dipanggil untuk menghadiri rapat mendadak di lantai eksekutif rumah sakit, hatinya nyaris berhenti berdetak. Wanita yang selama ini ia ajak bicara di dunia maya... berdiri di depan ruang rapat dengan balutan jas resmi dan sorot mata dingin. "Selamat pagi, saya Dr. Elvira Maheswari, Direktur Utama rumah sakit ini." Dan saat itu, Rayhan sadar-permainan ini jauh lebih rumit dari yang ia kira.
Rayhan menatap layar ponselnya dengan penuh kebingungan. Aplikasi kencan yang baru saja ia unduh tampaknya tak banyak memberikan pilihan. Sebagian besar profil tampak membosankan, hanya sekadar foto-foto biasa dengan deskripsi yang klise. Namun, satu profil menarik perhatiannya. Seorang wanita dengan senyum lembut, rambut panjang yang tergerai rapi, dan matanya yang tajam seolah memancarkan kepercayaan diri yang luar biasa. Nama pengguna: Elvira.
Rayhan menarik napas panjang. Perasaannya campur aduk. Dalam beberapa minggu terakhir, ia merasa hancur. Ditolak oleh Karina, kekasih yang sangat ia cintai. Semua karena ia tak bisa melanjutkan pendidikan ke spesialis, sesuatu yang membuat Karina merasa seolah ia tidak cukup baik untuknya. Karina memilih Dr. Alvin, seorang rekan sejawat yang juga spesialis bedah kandungan. Mereka menikah setelah berbulan-bulan pacaran, meninggalkan Rayhan dengan perasaan tak berharga.
Kini, setelah beberapa waktu menyendiri, Rayhan merasa butuh sedikit pelarian, meskipun ia tahu perasaan itu hanya sementara. Ia tak berharap banyak dari aplikasi kencan ini. Namun, entah kenapa, ada sesuatu tentang profil Elvira yang menarik hatinya. Pesan pertama ditulisnya dengan hati-hati, berusaha menahan perasaan cemas yang mulai muncul.
"Halo Elvira, senang sekali bisa menemukan profilmu di sini. Sepertinya kita punya beberapa kesamaan dalam minat. Apa kamu suka musik jazz?"
Tak lama setelahnya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.
"Halo Rayhan, terima kasih sudah menghubungi. Ya, aku suka musik jazz, terutama yang klasik. Sepertinya kita bisa berbicara banyak hal."
Rayhan tersenyum sendiri membaca balasan itu. Obrolan mereka berlanjut begitu alami. Topik-topik sepele tentang musik, film, hingga buku yang mereka baca bersama. Elvira tampak cerdas dan memiliki pandangan hidup yang luas. Mereka saling bercerita tentang pekerjaan, tentang kehidupan mereka yang kadang tidak sejalan dengan harapan, tapi tetap berusaha bertahan. Setiap kali Rayhan menatap layar ponselnya, rasanya dunia terasa sedikit lebih ringan.
Seiring berjalannya waktu, percakapan mereka semakin intens. Meski tak pernah bertemu langsung, Rayhan merasa ada kedekatan emosional yang tumbuh. Namun, di balik kebahagiaan kecil ini, ada kegelisahan yang tak bisa ia hilangkan. Apakah Elvira tahu siapa dirinya sebenarnya? Ataukah dia hanya melihatnya sebagai pria biasa, tanpa tahu bahwa ia adalah seorang dokter yang kini terjebak dalam bayang-bayang kesedihan?
Hari itu, suasana rumah sakit tampak lebih sesak dari biasanya. Rayhan baru saja menyelesaikan shift pagi, namun otaknya terasa lelah. Pikirannya kembali terjebak dalam kenangan pahit tentang Karina. Terkadang, rasa cemburu dan marah datang begitu tiba-tiba, mengingatkan pada kenyataan bahwa ia hanya dipandang sebelah mata oleh orang yang paling ia cintai.
"Rayhan!" teriak Dr. Rizal, kepala departemen yang dikenal dengan kepribadiannya yang ceria, namun juga tegas.
Rayhan terkejut dan menoleh. "Ya, dok?"
"Dapat panggilan rapat mendadak di ruang eksekutif. Terkait beberapa perubahan di rumah sakit. Kamu datang, ya?" Dr. Rizal berkata sambil melambaikan tangan.
Rayhan mengangguk, berusaha terlihat santai meski hatinya sedikit gelisah. Rapat dengan pihak manajemen pasti bukan hal yang menyenankan. Namun ia tidak punya pilihan lain selain memenuhi kewajibannya.
Ketika ia berjalan menuju ruang eksekutif, suasana di koridor rumah sakit terasa lebih hening daripada biasanya. Sepertinya hari itu ada suasana yang berbeda. Sesampainya di pintu ruang rapat, ia mendengar suara beberapa orang sedang berdiskusi. Ia merapikan jas putih yang dipakainya dan menarik napas dalam-dalam. Namun, apa yang ia lihat ketika pintu terbuka membuatnya terhenti sejenak.
Di depan meja rapat besar, duduk seorang wanita dengan postur tegak dan wajah yang penuh ketegasan. Wanita itu mengenakan jas hitam yang terlihat elegan dan sangat profesional. Rambut panjangnya diikat rapi, meninggalkan lehernya yang jenjang terlihat semakin menonjol. Dan matanya-mata yang sama dengan yang ia lihat di aplikasi kencan-memandangnya dengan tatapan yang begitu tajam, seolah menilai siapa dirinya.
"Selamat datang, Dr. Rayhan," suara wanita itu terdengar datar namun penuh wibawa.
Rayhan merasa dunia seakan terhenti sejenak. Ia menatap wanita itu, berusaha mencari petunjuk. Mengapa wajahnya terasa begitu familiar? Dan mengapa suara itu terdengar begitu tenang, padahal ada ketegangan yang jelas terasa di udara?
"Elvira?" gumamnya pelan, tidak percaya.
Wanita itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Dr. Rayhan, saya Dr. Elvira Maheswari. Saya Direktur Utama rumah sakit ini."
Seketika, segala percakapan ringan yang mereka lakukan di aplikasi kencan terasa jauh dan tak berarti. Kenyataan bahwa wanita yang selama ini membuatnya merasa hidup kembali ternyata adalah sosok yang sangat berkuasa di rumah sakit ini membuat perasaan Rayhan tercampur aduk-antara terkejut, bingung, dan cemas. Apa yang akan terjadi sekarang?
"Sepertinya kita punya beberapa hal yang perlu dibicarakan, Dr. Rayhan." Elvira tersenyum, namun senyumnya tidak menyiratkan kehangatan. Itu lebih seperti senyum yang penuh perhitungan.
Rayhan merasa keringat dingin mulai mengalir di punggungnya. Dunia terasa semakin sempit. Ini bukan sekadar pertemuan bisnis-ini adalah pertemuan yang mengubah segalanya.
Bab 1 Sebagian besar profil tampak membosankan
10/04/2025
Bab 2 Antara Atasan dan Rahasia
10/04/2025
Bab 3 Tiga hari berlalu
10/04/2025
Bab 4 Mereka bilang ini hanya klarifikasi
10/04/2025
Bab 5 organisasi rumah sakit yang dulu ia pimpin
10/04/2025
Bab 6 Rumah yang Tak Pernah Ada
10/04/2025
Bab 7 seorang perempuan biasa yang pernah jatuh
10/04/2025
Bab 8 Tiga tahun lalu
10/04/2025
Bab 9 ia tidak mencari kenyamanan
10/04/2025
Bab 10 tempat tinggal terakhir
10/04/2025
Bab 11 Direktur Bayangan
10/04/2025
Bab 12 statusnya hanya dokter umum
10/04/2025
Bab 13 Rumah itu masih sama
10/04/2025
Bab 14 Gedung Komite Etik Medis
10/04/2025
Bab 15 membaca berulang kali
10/04/2025
Bab 16 keindahan pagi
10/04/2025
Bab 17 Aku datang karena aku butuh kau tahu
10/04/2025
Bab 18 Cinta yang Dipaksa Diam
10/04/2025
Bab 19 menyerahkan segalanya
10/04/2025
Bab 20 Hari itu mendung
10/04/2025
Bab 21 Tamu Tak Diundang
10/04/2025
Bab 22 bukan kemenangan
10/04/2025
Bab 23 merasa rapuh
10/04/2025
Bab 24 Rumah Tanpa Pintu
10/04/2025
Bab 25 Ada kelegaan
10/04/2025
Bab 26 Tertarik pada Kebenaran
10/04/2025
Bab 27 kebingungannya
10/04/2025
Bab 28 Jangan ada yang disembunyikan
10/04/2025
Bab 29 Keduanya
10/04/2025
Bab 30 mengendalikan bisnis gelap
10/04/2025
Buku lain oleh Tengku Asraa Fariza
Selebihnya