Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikah Karena Mata

Menikah Karena Mata

jesselyn76

5.0
Komentar
30
Penayangan
5
Bab

Di altar, ketika tirai penutup diangkat, Abimana melihat Maheswari berdiri di depan altar dengan mata yang membuatnya terhenyak. Mata yang sama dengan mata ibunya, mata yang telah membayangi setiap malamnya. "Apakah kamu tahu siapa aku?" tanya Abimana, suaranya bergetar Maheswari menatapnya dengan bingung. "Aku hanya tahu kita dijodohkan dan kamu adalah asisten dosen di kampusku. Kenapa?" Abimana tidak bisa menjelaskan perasaannya yang campur aduk. Saat malam pernikahan mereka dihadapkan pada rahasia yang lebih dalam-bahwa Maheswari adalah penerima donor mata dari ibunya-Abimana terjebak dalam konflik batin yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Bab 1 Pertemuan Singkat

Pagi hari dimulai dengan lembutnya cahaya matahari yang perlahan menyelinap melalui celah-celah tirai jendela, membangunkan dunia yang masih terlelap. Suasana terasa segar dan damai, dengan udara pagi yang dingin dan bersih.

Burung-burung mulai berkicau ceria, menciptakan simfoni alam yang menenangkan. Aroma kopi yang baru diseduh menguar dari dapur, menyebar ke seluruh rumah dan menambah kehangatan suasana.

Daun-daun di pohon-pohon yang basah oleh embun berkilau dalam cahaya matahari pagi, sementara jalan-jalan kota masih sepi, menunggu untuk mulai hidup dengan aktivitas sehari-hari. Setiap elemen pagi hari bergabung dalam harmoni yang membuat setiap awal hari terasa penuh potensi dan harapan.

Tak pernah terbayangkan oleh sosok wanita berambut panjang itu, kini dirinya sedang sibuk membersihkan noda kopi pada kemeja miliknya.

"Maaf Nona, saya tidak sengaja," ujar sosok pria dengan cup kopi yang sudah kosong karena tumpah dan membasahi kemeja wanita di hadapannya.

Tak terbayangkan seberapa jengkel wanita tersebut, dari raut wajahnya saja sudah tak enak dipandang karena merenggut.

"Lalu, solusi apa yang bisa anda berikan pada saya?" Tanyanya dengan kesal dan sinis.

"Ini kartu nama saya, anda bisa menghubungi saya dan akan saya berikan uang ganti rugi untuk pakaian anda.

Wanita itu langsung menepis kasar kartu nama yang diberikan padanya, seakan tidak terima dengan tindakan pria yang berada di hadapannya.

"Anda pikir semua akan langsung terselesaikan dengan uang? Saya juga punya uang!"

Setelahnya, ia pergi meninggalkan Selasar cafe tersebut. Membuat pandangan sang pria menatapnya dengan kesal.

Itulah Maheswari, terkenal dengan kerapian dalam berbusana dan selalu tepat waktu. Harusnya ia bisa sampai di kampus setengah jam lalu tetapi, ia terlambat karena harus berdebat dengan pria tidak tahu diri.

Keringatnya sudah membasahi kerah baju dan kening. Ia berlari sekuat tenaga agar tidak terlambat meghadiri kelas di semester baru.

Diketuknya pintu kelas yang sudah tertutup rapat, rasanya sangat gemetar sebab panik.

Maheswari tidak bisa mengontrol raut wajahnya, peluh sudah membasahi dahi serta tengkuknya karena berlari dan panik.

Tok tok tok

"Selamat pagi, mohon maaf saya terlambat Pak."

Bukan kalimat sindiran atau usiran yang di dapatkan, justru Maheswari disambut dengan gelak tawa.

Seolah kesadarannya kembali dengan penuh, wanita itu langsung berwajah masam sebab sang dosen belum tiba di kelas.

"Tumben banget telat, ada apa di jalan?" Tanya Dian, sahabatnya.

"Ada kucing garong."

Sungguh sial, Maheswari akan menandakan hari ini dengan stabilo merah sebagai hari sialnya.

....

Di lain tempat, terdapat sosok pria yang sedang menelpon seseorang dan marah-marah. Raut wajahnya sudah menggambarkan betapa risih dan tidak suka akan sesuatu.

"Sudah saya bilang, bidang ini bukan passion saya."

"Saya harap kamu bisa mengatakannya langsung pada Presdir. Saya hanya akan datang di pertemuan ini saja!"

Setelah panggilan itu selesai, handphonenya kembali berdering menampilkan nama "Mr. Rendy"

Lantas pria itu kembali menghembuskan napasnya dengan kesal.

"Selamat pagi Pak, ada keperluan apa menghubungi saya?" Tanyanya dengan sopan.

Pria bernama Rendy itu menjawab, "saya mau mengucapkan terima kasih karena Pak Abimana mau menjadi asisten dosen terkhususnya, di mata kuliah yang saya ampu."

"Tidak masalah Pak, saya tidak keberatan karena hanya diperlukan untuk satu pertemuan ini saja."

"Tidak Pak, anda akan menjadi asisten dosen saya selama satu tahun. Kontraknya bahkan sudah anda tanda tangani," ujar Pak Rendy.

Sungguh kacau, Abimana berhasil dijebak oleh ayahnya. Ia harus segera protes setelah pertemuan pertama ini usai.

"Baiklah Pak, akan saya bicarakan kembali nanti. Saya sudah terlambat masuk selama 15 menit."

Telepon disudahi dan Abimana kangsung bergegas mencari kelas 'Management'

Mencoba untuk menetralkan detak jantungnya, Pria itu mengetuk pintu dengan pelan dan penuh keyakinan. Semoga saja hari pertama ini bisa mengubah pikirannya.

"Selamat Pagi semuanya. Apakah benar ini ruang kelas prodi management?" Tanyanya kepada seluruh mahasiswa di penjuru kelas.

"Selamat pagi Pak, betul ini ruang prodi management."

Abimana berjalan dengan penuh rasa percaya diri walaupun dirinya merasa gugup karena ditatap oleh banyak mahasiswa di kelas tersebut.

"Oke, sebelum memulai perkuliahan hari ini. Saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya Abimana Raharja selaku asisten dosen Mr. Rendy."

Pandangan Abimana mengedar ke seluruh penjuru kelas namun, dirinya terfokus pada kehadiran seorang wanita yang tampak tidak asing di matanya.

Bisa Abimana lihat dengan jelas, wanita itu juga sama terkejut saat melihat ke arahnya.

"Pak, ngajar kami sampai kapan? Mr. Rendy sering ada urusan ke luar kota jadi biasanya kita belajar jarak jauh dan menggunakan LMS saja," tanya salah satu Mahasiswa yang duduk paling depan.

"Nama kamu siapa?" Tanya Abimana padanya.

"Saya Chandra, ketua kelas prodi management B angkatan 2021."

"Salam kenal Chandra, saya akan bergantian mengajar dengan Mr. Rendy tetapi saya memiliki kontrak selama satu tahun di sini."

Abimana mengangguk singkat kepada Chandra, lalu pandangannya kembali terfokus pada wanita tadi. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, ia mengenal sosok itu dari suatu tempat yang ia sambangi pagi hari.

Tatapannya kembali bertemu dengan wanita tersebut, kali ini sedikit lebih intens. Wanita itu menundukkan kepala, terlihat canggung.

"Baiklah, untuk kelas hari ini, kita akan memulai dengan materi yang telah disiapkan oleh Mr. Rendy. Saya harap semuanya bisa bekerja sama dengan baik selama saya di sini," lanjut Abimana, berusaha mengalihkan pikirannya dari perasaan tak menentu yang melingkupinya.

Setelah memberikan penjelasan singkat mengenai tugas dan jadwal kelas ke depan, Abimana membagikan materi melalui LMS dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Namun, pikirannya masih berusaha mencari tahu siapa wanita yang kini duduk di barisan tengah itu. Wanita yang berdebat dengannya di pagi hari.

Saat kelas berakhir, Maheswari tidak segera beranjak dari tempat duduknya. Pandangannya lurus ke depan, seolah ingin menghindari tatapan Abimana yang sejak awal sudah membuatnya gelisah.

Hatinya masih terasa kesal atas insiden di pagi hari, tetapi melihat Abimana sekarang sebagai asisten dosennya menambah lapisan ketegangan yang berbeda.

Di sisi lain, Abimana dengan cepat mengemas barang-barangnya. Sebelum benar-benar meninggalkan kelas, ia melirik ke arah Maheswari yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Maheswari," panggilnya dengan tenang, tapi cukup keras untuk membuat wanita itu menoleh.

Maheswari mendongak, wajahnya masih menyiratkan keengganan. "Ya, Pak?" suaranya dingin, lebih formal daripada saat mereka berdebat di Selasar cafe.

'Dari mana dia tahu namaku?' Batin Maheswari.

'Apa jangan-jangan karena mulut toa milik Dian?'

"Bisakah kita bicara sebentar di luar?" Abimana mencoba mengatur nadanya agar tidak terdengar seperti perintah, tetapi tetap tegas.

Setelah beberapa detik ragu, Maheswari akhirnya berdiri, mengikuti Abimana keluar kelas. Ketika mereka sampai di koridor yang cukup sepi, Maheswari memutuskan untuk lebih dulu berbicara.

"Pagi tadi..."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh jesselyn76

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku