Menikah Karena Mata
mbali m
dengan ayahnya malam sebelumnya tentang perjodohan yang mendadak itu. Namun, sebelum dia sempat
i ini?" tanya Tara dengan nada c
, mencoba menenangkan hatinya. "
erkas, tapi cuma sebentar kok. Temenin aku, ya?
nginan untuk mencari distraksi dari kekacauan yang sedang
lagi. Aku je
kantor tempat Tara bekerja yang mana juga menjadi tempat ayahnya bekerja. Sepanjang perjalanan, Tara terus bercerita ten
ih menunggu di lobi. Tara melangkah cepat ke ruangan kerj
enuju pantry yang ada di dekat lift. Ketika pintu lift terbuka, seseorang keluar dan
Abim
Maheswari di tempat ini, terlebih setelah percakapan panas dengan ayahnya kemari
pelan, seolah memastikan
mbuatnya merasa aneh, seolah lelaki itu tahu sesuatu yang di
an dari mana. "Saya... juga kerja di sini, ban
tatapan intens yang membuatnya tidak nyama
Abimana m
gannya. "Maheswari, udah selesai!" katanya sambil berjalan mendekat. Saat me
ngan tatapan bingung. "Ka
npa beban. "Dia anaknya Pak Raharja, bos besar d
elemas. Kata-kata Tara seol
anak dari keluarga Raharja? Kelu
engajak Abimana berbincang ringan tanpa mengetahui keterlibatan adik
iri di sana, merasa seperti semua potong
erdiam, pikiranny
dijodohkan denganku? Tidak mungkin. I
setiap kata yang Tara dan Abimana tu
Kok bengong?" suara Tar
memaksakan senyum. "Tidak apa-apa,
ilatan pengertian di matanya, seolah dia tahu sesuatu yang Maheswari
ranya terdengar lebih lembut daripada sebelumnya. Ia
ah dia tahu tentang perjodohan ini, namun suaranya tercekat. "
kafe di dekat sini," usul Tara tanpa
sung memimpin jalan menuju kafe terdekat dan menoleh k
sorot mata Tara yang penuh harapan, dia
wari semakin merasa terjebak. Di satu sisi, ia ingin berbicara dengan Tara dan memberi tah
uka percakapan tentang pekerjaannya dan betapa sibuknya proyek yang sedang ia tangani. N
heswari, ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Ini bukan tempatn
g menoleh, bingung dengan nada serius Abimana.
mengumpulkan keberanian. "Kak, ada
nya dengan bingun
jutkan, "Aku... Ayah menjodohkan ku dengan se
baru saja didengarnya. Ia menatap Maheswari, lalu Abimana, b
rdengar, hampir tak percaya.
engangguk pelan. "Ya, Tara. Ini semua
gka, sahabatnya dan adiknya, yang selama ini ia anggap hanya sebatas k
a baru tahu, Kak. Aku sama bingungnya. Tapi Ayah
emua yang terjadi. Suasana hening, han
oal ini dari awal. Tapi sekarang kita di sini, dan aku rasa, ada alasan kuat kenapa per
a nggak ada yang kasih tahu aku dari awal? K
f, Kak. Aku baru tahu semalam, dan aku sendiri belum sia
a semua terjebak dalam situasi ini, Tara. Tapi aku yakin,
hwa percakapan ini tidak akan selesai dalam satu hari. Dengan berat hati, ia mena
kan beban berat di pundaknya. Pertemuan ini mungkin hanya