Menikah Karena Mata
p melalui celah-celah tirai jendela, membangunkan dunia yang masih terlela
ang menenangkan. Aroma kopi yang baru diseduh menguar dari dap
an-jalan kota masih sepi, menunggu untuk mulai hidup dengan aktivitas sehari-hari. Setiap elemen
rambut panjang itu, kini dirinya sedang sibu
ia dengan cup kopi yang sudah kosong karena tu
a tersebut, dari raut wajahnya saja sud
anda berikan pada saya?" Tan
ghubungi saya dan akan saya berikan
yang diberikan padanya, seakan tidak terima d
sung terselesaikan dengan u
lasar cafe tersebut. Membuat pandang
u tepat waktu. Harusnya ia bisa sampai di kampus setengah jam lalu t
kening. Ia berlari sekuat tenaga agar tidak
sudah tertutup rapat, rasanyajahnya, peluh sudah membasahi dahi se
to
mohon maaf saya
an yang di dapatkan, justru Mahe
uh, wanita itu langsung berwajah masam
ada apa di jalan?" T
ucing
enandakan hari ini dengan stab
.
pon seseorang dan marah-marah. Raut wajahnya sudah me
g, bidang ini buk
langsung pada Presdir. Saya hanya
handphonenya kembali berderin
ali menghembuskan na
erluan apa menghubungi say
n terima kasih karena Pak Abimana mau menjadi asisten
eberatan karena hanya diperlukan
n saya selama satu tahun. Kontraknya bahka
ak oleh ayahnya. Ia harus segera prot
an kembali nanti. Saya sudah te
mana kangsung bergegas m
mengetuk pintu dengan pelan dan penuh keyakinan. Se
ruang kelas prodi management?" Tanyanya k
, betul ini ruang
iri walaupun dirinya merasa gugup karena dit
akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya
elas namun, dirinya terfokus pada kehadiran seo
as, wanita itu juga sama terk
luar kota jadi biasanya kita belajar jarak jauh dan menggunakan
apa?" Tanya A
kelas prodi managem
n mengajar dengan Mr. Rendy tetapi saya m
i terfokus pada wanita tadi. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya
rsebut, kali ini sedikit lebih intens. Wani
h Mr. Rendy. Saya harap semuanya bisa bekerja sama dengan baik selama saya di sini," lan
melalui LMS dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Namun, pikirannya masih berusaha me
at duduknya. Pandangannya lurus ke depan, seolah ingin menghin
ri, tetapi melihat Abimana sekarang sebagai asiste
ngnya. Sebelum benar-benar meninggalkan kelas, ia melir
n tenang, tapi cukup keras un
eengganan. "Ya, Pak?" suaranya dingin, lebih form
tahu namaku?' B
an karena mulut
mana mencoba mengatur nadanya agar tidak te
kuti Abimana keluar kelas. Ketika mereka sampai di koridor yan
i ta