Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Seorang pria muda berusia dua puluh dua tahun berlari melewati pintu rumah sakit. Dia menggendong anak perempuan yang kaki dan tangannya berlumuran darah. Usia anak itu sekitar empat tahunan.
Diikuti empat orang suster yang membawa dua korban kecelakaan lainnya, pria itu berlari dengan tangan gemetar. Wajahnya nampak begitu panik setelah anak dan sepasang nenek kakek itu masuk ruang UGD yang berbeda.
Sekitar dua jam yang lalu.
Juanda Alfarisi, pemuda yang baru saja pulang dari Singapura berniat untuk pulang ke kampung halamannya di daerah sekitar Cilacap.
Saat perjalanan, Faris, sebutan untuk pemuda itu. Dia terjebak hujan hingga akhirnya harus menepikan mobil cukup lama sekitar satu jaman.
Lalu saat hujan sudah reda, Faris langsung melajukan mobil. Tanpa menghiraukan sebuah peringatan disepanjang jalan. Peringatan yang bertuliskan 'JALAN RAWAN LONGSOR DIHARAP PUTAR BALIK'.
Faris hanya berpikir positif, meski jalan di sana terlihat cukup licin. Tetapi, ketika melewati sebuah jalan belokan mobil Faris terhenti. Faris melihat sebuah pohon tumbang yang menghalangi jalan.
Faris berpikir untuk memutar balik, tapi tidak jadi. Pandangannya tertuju pada kepulan asap dibalik pohon itu. Karena penasaran ia menghampiri pohon.
Sungguh, suatu kejadian yang tak pernah diduga Faris. Ia kaget saat melihat sebuah mobil yang sudah tertindih. Pohon besar menindih mobil tersebut di bagian depan, sedang belakangnya tertutupi tanah longsor.
Faris turun, mendekati mobil yang nyaris tak terlihat itu. Mencoba membuka pintu depan mobil kemudian. Faris tak bisa melakukan apa-apa, tangannya tiba-tiba gemetar. Di mobil sepasang nenek kakek nampak dalam keadaan mengenaskan. Kepala si Kakek terbentur setir dan tubuhnya tertindih dahan pohon yang tumbang, begitu pun dengan si nenek yang tubuhnya tertindih dahan pohon itu.
Belum usai kekagetannya, Faris mendengar getaran dan bunyi ponsel sontak membuatnya terperanjat. Faris mencoba mencari, ponsel itu ternyata ada di saku celana si kakek. Diambilah ponsel dengan tangan gemetar. Satu panggilan masuk, Hafid angkat perlahan.
"Hallo ...." Faris mendengarkan dengan seksama suara di balik ponsel itu.
"Yah! Ayah, Ayah baik baik aja, kan? Jangan jalan ke jalan biasa, Yah! Hujannya gede lho, Yah, aku takut ayah kenapa napa," Tanya wanita di balik telepon itu.
"Hallo, Mbak."
"Lho? Ini bukan ayah, ya? Ini siapa? Ayah saya mana, ya?" Wanita itu mulai panik.
"Ayah Mbak ...." Faris mengerjap cemas kemudian melihat ke arah mobil. "Di-a kecelakaan, Mbak ...."
"Apa?! Ayah kecelakaan? Gimana keadaannya, Ibu sama Arista gimana kabarnya? Mereka baik baik aja, kan?" sahut wanita itu dengan cemas dan takut.
"Mbak tenang, ya. Saya baru menemukan mereka saya akan bawa mereka ke rumah sakit terdekat, nanti saya kirim alamatnya, Mbak."
"Ya udah, cepat, ya! Nanti saya nyusul." Terdengar suara wanita itu tergesa-gesa.
Berikutnya dia langsung mematikan sambungan telepon. Faris pun bergegas memasukkan ponsel itu ke saku celananya. Ia lalu membuka pintu belakang mobil itu dan matanya membulat seketika, tak kala melihat seorang gadis kecil yang berlumuran darah di kakinya akibat tertimpa tanah longsor.
Tanpa basa-basi, Faris segera mencoba menyingkirkan tanah yang menimbun kakinya, lalu menggendong gadis kecil itu ke dalam mobil miliknya. Tak lupa setelah itu, Faris langsung menghubungi ambulance dan polisi untuk menangani kecelakaan itu.
Ingatan beberapa jam lalu itu cukup membuat Faris termangu. Dirinya yang usai mengelap tangan dengan tisu hanya bisa terduduk lesu, menunggu di depan ruang UGD. Dia menunggu gadis kecil yang tadi ia selamatkan, sementara kakek dan nenek yang tadi di jok bagian depan, mereka dibawa ke ruang UGD yang berbeda.
Faris belum sempat menemui wanita yang menelponnya tadi. Hatinya masih shock mendapati kejadian yang di luar dugaan. Sementara si wanita tadi, setelah diberitahukan alamat rumah sakit, wanita itu langsung menemui pasangan nenek dan kakek.
Lalu Faris mendapatkan amanah dari wanita itu, untuk menunggu si gadis kecil sadar, dan ternyata dia adalah putri dari wanita yang meneleponnya tadi.
Faris masih tertunduk diruang tunggu depan UGD, menatap tangan bekas lumuran darah yang baru saja dia bersihkan. Tak lama, tiba-tiba seorang dokter keluar dari UGD.
Faris langsung berdiri.
"Anda keluarga pasien?" tanya dokter itu.
"Saya yang menyelamatkannya tadi, bagaimana kondisi nya, Dok? Dia baik baik saja, kan?" Faris panik bergegas mendekati dokter.
"Alhamdulillah, dia berhasil melewati masa kritis. Kita hanya tinggal menunggunya sadar saja," jelas dokter.
"Alhamdulillah, syukur kalo begitu. Apa saya boleh melihat nya?" tanya Faris lagi.
"Silahkan, Pak."
"terima kasih, Dok. Saya akan melihatnya."
"Kalau begitu saya permisi." Dokter tersenyum lalu pergi meninggalkan Faris yang lekas masuk menuju ruangan itu.
Faris membuka pintu perlahan. Ia melihat seorang gadis kecil yang sedang terbaring lemah dengan selang di hidung dan infusan di tangannya.
Faris mendekati gadis kecil bernama Arista itu. Ia merasa kasihan dan sedih melihat kondisinya. Faris duduk di samping gadis yang terbaring tak berdaya dan memegang satu tangan gadis itu.
"Hey ... kamu harus kuat, ya. Sebentar lagi ibumu akan datang," ucap Faris dengan lembut.
Jantungnya seketika terenyuh. Entah kenapa Faris begitu merasa terluka saat melihat gadis itu, bahkan ia hampir menitihkan air mata.
Gerakan jari dari gadis kecil itu mengagetkan Faris, ia bergegas memanggil dokter dengan tombol otomatis yang ada di sana. Beberapa saat kemudian dokter pun datang bersama dua orang suster.
"Pak, mohon maaf, Bapak keluar dulu, kami akan memeriksanya dulu. Mohon bapak tunggu di luar," pinta salah seorang suster.
"Baiklah."
Faris menuruti perintah suster itu. Ia pun keluar dan kembali menunggu, duduk disalah satu kursi di sana.
Wanita mengenakan setelan dress selutut dan jeans menghampiri Faris dan langsung menepuk bahu Faris yang sedang tertunduk karena khawatir.