/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Bab 1
Seorang gadis bernama Kinanti sedang berlari meninggalkan kampus setelah menerima telepon dari pamannya yang mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dia berlari tergesa-gesa, hingga tanpa sengaja menabrak seorang pria yang tengah berbicara di telepon. "Iya, aku akan ..."
Bedebug
Suara ponsel yang terjatuh di lantai terdengar cukup keras. Pria itu tampak kesal dan menatap Kinanti dengan tajam. "Hey apa kamu tidak bisa melihat apa-apa? Kamu ....?" Dia terkejut setelah melihat siapa yang menabrak dan menjatuhkan ponselnya dia tampaknya mengenal Kinanti dan seketika itu juga, kemarahannya mereda.
Namun, Kinanti tidak memberi kesempatan untuk berbicara dengannya dan terus berlari. "Hey, tunggu! Kamu tidak bisa pergi begitu saja!" teriak pria itu.
Namun, Kinanti yang sedang berkabut tidak menghiraukan teriakan pria itu. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana cara dia bisa segera sampai di rumah. Meski begitu, dia sempat menoleh dan menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca. "Ada apa dengannya? Dia biasanya tidak seperti ini," gumam pria yang bernama Brian itu.
Brian tahu betul bagaimana sifat Kinanti yang ceria dan jarang tampak murung. Itulah yang membuatnya tertarik pada Kinanti. Namun sayangnya, Kinanti tidak melihat Brian sebagai pria yang mencintainya.
"Ayo Brian, bukankah kamu harus berangkat sekarang?" sahut mamanya dari dalam mobil.
Brian masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Kinanti, namun dia tidak bisa mengejarnya karena harus berangkat ke luar negeri.
"Aku sudah bilang, Ma, tidak usah menjemput ku. Aku bisa pergi sendiri!" protes Brian.
"Tapi, Brian, papamu hanya khawatir kamu tidak berangkat tepat waktu," jawab mamanya.
Brian merasa kesal, kenapa dia harus terlibat dalam bisnis haram papanya dan ditunjuk sebagai seorang ketua mafia untuk menggantikan papanya?
Dengan wajah tegas dan postur tubuh yang tinggi dan berisi, Brian memang tampak cocok menjadi ketua mafia. Ditambah dengan rambut halus di wajahnya yang menambah kesan tegas.
Brian bahkan pernah beberapa kali membunuh musuh papanya, dan itulah yang membuatnya akhirnya dipilih sebagai ketua mafia untuk menggantikan papanya.
"Kamu harus membuat papamu bangga, Brian!" pesan sang mama. Brian hanya menjawab dengan masuk ke dalam pesawat pribadinya.
Sementara itu, Kinanti tengah menangisi kepergian ayahnya. Dia tidak menyangka akan kehilangan sosok yang begitu ia sayangi. "Ayah, bangunlah. Aku mohon, bangunlah untukku!" tangis Kinanti.
"Sudahlah Kinanti, kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian ayahmu," ujar bibinya, Martha.
"Iya Kinanti, jangan sedih. Masih ada Paman dan Bibi," tambah pamannya.
Namun, Kinanti tetap menangis histeris di sisi jenazah ayahnya. Bahkan komentar Citra, sepupunya, semakin membuatnya sedih. "Untuk apa kamu menangisi orang yang sudah meninggal, Kinanti. Dia juga tidak akan bisa bangun lagi."
"Kalian tidak pernah tahu rasanya kehilangan, pedihnya kehilangan orang yang kita sayangi. Kalian tidak tahu, karena kalian belum merasakannya," gumam Kinanti dalam hati.
Proses pemakaman berlangsung, dan untuk terakhir kalinya, Kinanti menatap ayahnya. Hingga timbunan tanah menutupi jenazah ayahnya.
"Ayo kita pulang, Ma.Pa, Kinanti, ayo pulang!" ujar Citra.
Kinanti sebenarnya masih ingin menemani ayahnya di pemakaman, namun Martha dan Rachel tetap besikeras mengajaknya pulang.
Bahkan, perkataan Citra semakin menyakitinya. "Kamu sangat menyusahkan, Kinanti!"
/0/21167/coverorgin.jpg?v=0eaf36107d3953be702842be2e46ecb6&imageMogr2/format/webp)
/0/19016/coverorgin.jpg?v=fa0a7ea0d31a1a092582abff71ac8703&imageMogr2/format/webp)
/0/8553/coverorgin.jpg?v=6d785eaa780a19d00967451b2fad3061&imageMogr2/format/webp)
/0/10432/coverorgin.jpg?v=55eec7bd8c6ddef6ed23f46ede30247b&imageMogr2/format/webp)
/0/15598/coverorgin.jpg?v=f653fa1c67a8c0cb568160fc4e500d33&imageMogr2/format/webp)
/0/22079/coverorgin.jpg?v=c68721a27793d35ee564bdf9390490d5&imageMogr2/format/webp)
/0/13205/coverorgin.jpg?v=9af290515da8dd995ad0829d60f3154b&imageMogr2/format/webp)
/0/6480/coverorgin.jpg?v=20250120180002&imageMogr2/format/webp)
/0/18593/coverorgin.jpg?v=6e047c6fb701d65303e74f9099744b7b&imageMogr2/format/webp)
/0/8523/coverorgin.jpg?v=20250122182438&imageMogr2/format/webp)
/0/18467/coverorgin.jpg?v=20240826144605&imageMogr2/format/webp)
/0/12466/coverorgin.jpg?v=20250122183243&imageMogr2/format/webp)
/0/15244/coverorgin.jpg?v=20250123120615&imageMogr2/format/webp)
/0/13462/coverorgin.jpg?v=0c616a1344722e20590590b6ebde98df&imageMogr2/format/webp)
/0/17434/coverorgin.jpg?v=1de4f94e2e2aba3ab8d4e61d73353126&imageMogr2/format/webp)
/0/21438/coverorgin.jpg?v=0b02ebfe9498379b9de835ace5234dfc&imageMogr2/format/webp)
/0/17059/coverorgin.jpg?v=5f6e058de49b1d2b018b68b106d57469&imageMogr2/format/webp)
/0/18008/coverorgin.jpg?v=c117440b6886cefdb6e9950c4468fbbf&imageMogr2/format/webp)
/0/14244/coverorgin.jpg?v=0aaba09d9c7fd5816b0b9970f63d080d&imageMogr2/format/webp)
/0/7242/coverorgin.jpg?v=9dd27e4d10822b34509e52f3feb4289f&imageMogr2/format/webp)