Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam

Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam

icher

5.0
Komentar
3.6K
Penayangan
56
Bab

Morgan menculik dan menyekap seorang wanita bernama Vallen yang kemudian ia siksa baik secara mental mau pun fisik, dan juga menjadi budak nafsunya. Morgan melakukan semua itu karena ingin membalaskan dendamnya pada sang wanita dan ternyata sang wanita sama sekali tidak mengingat siapa Morgan. Apakah dendam bisa mengalahkan perasaan cinta yang sesungguhnya masih tersimpan di hati Morgan untuk Vallen? Saat kesalah pahaman dan sebuah insiden yang akhirnya membuat mereka saling membenci, adakah kesempatan untuk mereka kembali saling mencintai?

Bab 1 Aku Bukan Vallen-mu!

"Jangan biarkan dia pergi dari kamar ini!" titah Morgan pada Leo.

"Baik, Tuan Muda." Leo menjawab dengan sangat patuh.

Morgan yang hanya mengenakan jubah tidur berwarna putih dan sendal rumah berwarna senada, berjalan meninggalkan ruangan yang nyatanya adalah sebuah kamar itu. Morgan baru saja melampiaskan kekesalannya pada seorang wanita yang baru saja ia temui tadi pagi dan langsung membuat Morgan merasakan kebencian yang teramat dalam padanya.

Pria bermata biru itu berjalan menuju kamarnya dan kemudian duduk di sebuah kursi pada balkon kamarnya. Ia menyalakan sebatang tembakau yang dibungkus rapi dengan kertas bermerekkan sebuah perusahaan rokok yang terkenal. Dengan kasar, Morgan mengembuskan asap rokoknya itu ke udara dan menatap langit kelam yang saat ini sama seperti suasana hatinya. Gelap tidak bercahaya sedikit pun, dan hening dalam kesendirian.

"Ternyata kau sungguh datang untuk menerima hukuman dariku, Vallen!" lirih Morgan dan tatapannya menerawang jauh.

Morgan menyebut nama seseorang yang selama ini tersimpan dalam hatinya. Yang tak pernah bisa ia miliki dan tak pernah bisa ia dapatkan. Wanita bernama Vallen, yang selama sepuluh tahun ini sudah mengisi penuh ruang di hati Morgan. Membuatnya menjadi pria yang sangat dingin dan kejam, serta sangat tidak memiliki perasaan sedikit pun.

Padahal, ia adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan ternama dan berada di urutan teratas sebagai perusahaan yang memiliki aset dan saham tertinggi di negara itu. California, tempat Morgan tinggal selama ini dan enggan meninggalkan tempat yang sudah memberikannya sejuta kenangan. Terutama, bersama wanita bernama Vallen yang tadi ia sebutkan dengan nada tertahan dan seperti sedang menahan kepedihan yang dalam.

"Tuan, wanita itu terus saja menjerit dan mengamuk. Dia bahkan berusaha melukai dirinya sendiri," ucap Leo yang entah sejak kapan berada di belakang Morgan.

"Dasar pelacur sialan! Apa yang dia ributkan?" umpat dan tanya Morgan pada Leo.

"Dia hanya mengatakan dua kalimat, Tuan."

"Apa itu?"

"Bebaskan aku dan aku bukan Vallen-mu!" jawab Leo menirukan apa yang wanita itu katakan.

Leo sebenarnya sangat takut mengatakan hal ini pada tuannya itu. Namun, setelah sepuluh tahun bekerja pada Morgan, Leo sama sekali tidak pernah membawa satu orang pun wanita ke dalam rumahnya itu. Morgan bahkan tidak pernah terlihat dekat dengan wanita mana pun selama ini. Itu pula sebabnya, Leo sangat terkejut saat tadi Morgan tiba-tiba datang dengan membopong seorang wanita di atas pundaknya dan wanita itu dalam keadaan tidak sadar tentunya.

"Biarkan saja dia! Kalau memang dia mau mati, itu lebih bagus!" ucap Morgan pada akhirnya dan melanjutkan hisapan pada batang gulungan tembakaunya.

"Baik, Tuan." Leo hanya berani menjawab sebatas itu.

Leo sangat tahu sampai di mana batas kesabaran tuannya. Morgan sudah sangat banyak melenyapkan orang yang ia tidak sukai atau yang berusaha untuk bermain-main dengannya dan bisnisnya. Bahkan, keluarganya sendiri sudah menjadi musuh terbesarnya saat ini. Morgan terlihat sebagai seorang pria yang hidup sebatang kara, padahal ia masih mempunyai keluarga yang utuh. Hanya saja semenjak sepuluh tahun belakangan ini hubungan mereka tidak dalam keadaan baik. Bahkan, Morgan sudah menjebloskan salah satu adik kandungnya ke dalam penjara karena sudah membuatnya marah saat acara peresmian perusahaan barunya yang baru ia buka setahun yang lalu.

Leo pergi dari kamar Morgan dan membiarkan pria itu sendirian lagi. Tidak banyak kata yang Morgan ucapkan saat tubuhnya perlahan bangkit dari tempat duduknya. Morgan membuang batang rokok yang masih separoh dihisapnya it uke lantai dan menginjaknya dengan kasar serta menggesek-gesekkan kakinya di atas puntungan rokok itu.

"Dasar wanita! Selalu saja merepotkan dan tidak bisa membuatku tenang sebentar saja!" geram Morgan dan mulai mengayunkan langkahnya keluar kamar.

Morgan kembali menyusuri lorong rumahnya dan membuka pintu kamar yang tadi sudah ia tinggalkan. Di depan kamar itu tentu saja sudah ada Leo yang berdiri dengan raut wajah datar, meski hatinya merasa sedikit cemas dengan keadaan gadis yang ada di dalam kamar tersebut. Pasalnya, baru saja Leo mendengar pecahan kaca dan tiba-tiba saja suara wanita yang sedari tadi tak berhentinya berteriak itu mendadak diam setelah sebuah jeritan panjang yang menyayat hati.

"Dasar wanita murahan tidak tahu diri kau! Beraninya kau mencoba untuk mati setelah membuatku menjadi hidup tapi serasa seperti sudah mati?" Hardik Morgan pada wanita yang kini sudah tergeletak di lantai dengan berlumuran darah, dan luka sayat di pergelangan tangannya.

"Leo!" pekik Morgan memanggil ajudan kepercayaannya itu.

"Ya, Tuan Muda," jawab Leo dengan setengah berlari menghampiri Morgan.

Leo berusaha tetap tenang setelah melihat keadaan wanita di depannya itu, meski ia akui sempat terkejut dengan pemandangan tragi situ.

"Apa yang kau lakukan dengan berdiri di sana? Cepat angkat tubuh wanita sial ini dan segera bawa ke kamarku. Panggil Dokter Bram untuk segera datang ke sini!" Suara titah dan amarah Morgan terdengar sangat memekakkan telinga dan menyakitkan jantung. Tapi itu sudah menjadi hal biasa bagi Leo dan sudah menjadi makanan sehari-harinya selama sepuluh tahun belakangan ini.

"Baik, Tuan Muda." Leo menjawab dan mendekati wanita yang sepertinya masih setengah sadar itu.

Saat Leo baru saja akan menyentuh tubuh wanita itu untuk mengangkatnya, tangannya langsung ditepis oleh Morgan dengan kasar dan tubuhnya bahkan digeser secara kasar pula oleh majikannya itu. Leo sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada tuannya itu.

"Minggir kau! Jangan berani kau menyentuh wanita ini!" ucap Morgan dengan kasar dan langsung mengambil alih tugas yang tadi ia titahkan pada Leo.

Dengan sedikit melongo, Leo menyaksikan bahwa Morgan sudah menggendog tubuh wanita itu dengan kedua tangannya dan berjalan menuju ke kamarnya. Leo tidak mau mendapatkan masalah lagi dan langsung saja menghubungi Dokter Bram dan memintanya segera datang ke kediaman Morgan Scorheart itu. Setelah melakukan tugas itu, Leo mengikuti Morgan yang pasti sudah sampai di kamarnya saat ini. dari ambang pintu dapat Leo liat bahwa Morgan sedang membalut luka di pergelangan tangan wanita itu dengan kaus dalam yang biasa ia kenakan.

Wanita itu sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan Leo menyadari baru pertama kali ini Morgan terlihat begitu sangat membenci seorang wanita dan sangat peduli secara bersamaan. Leo melihat Morgan yang merawat luka wanita itu dengan sangat hati-hati dan tidak terlihat sisi kejam yang tadi baru saja ia keluarkan dan tunjukkan pada wanita yang dibawanya pulang itu.

"Tuan, sebenarnya apa yang terjadi dan siapa Nona Muda ini?" tanya Leo dengan sedikit lancang setelah memberanikan diri untuk bertanya pada Morgan.

Mendengar pertanyaan Leo, tatapan membunuh dari Morgan menyala dengan sangat jelas dan menatap pada Leo. Tentu saja Leo merasa sedikit bergidik ngeri dan langsung menunduk takut di hadapan Morgan. Ia menyadari kalau pertanyaannya sudah membangkitkan setan kemarahan dalam diri Morgan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh icher

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku