Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Aku berdiri di depan kaca kamar mandi yang besar dengan badan telanjang tanpa sehelai apapun, badan masih segar setelah terkena air hangat dan wangi dari sabun mandi batangan yang aku usapkan pada seluruh tubuhku.
Badanku memiliki berotot dan proporsional karena aku rajin berolahraga, otot di lenganku akan sangat mudah mengangkat wanita seukuran istriku untuk aku bawa ke kasur.
Pandanganku lalu turun ke arah selangkanganku, ada benda yang tak tertulang yang bahkan tetap menunjukkan gagahnya walau tidak dalam keadaan tegang. Otot dan guratan jelas menghiasi pusaka kebangganku itu.
Setelah puas memandangi tubuhku, aku segera keluar dari kamar mandi, mengganti piyamaku dan berjalan menghampiri istriku yang telah duduk sambil bersandar di atas tempat tidur dan sedang memainkan handphone miliknya.
"Gimana harimu yang?" tanyaku sambil mengambil buku yang berada di nakas tempat tidur dan membuka batas halaman terakhir yang kubaca.
"Seperti biasa aja kok, mas. Ngurus rumah sama main dengan anak-anak," balasnya dengan lembut.
Aku lalu menatap istriku yang masih sibuk dengan handphonenya.
"Terima kasih ya sayang, udah bikin aku bersyukur memiliki kamu", balasku dengan memberinya ciuman di keningnya.
Aku benar-benar bersyukur memiliki istri sepertinya.
Istriku tidak menjawab kata-kataku, kali ini dia mendekatiku dan berusaha untuk bersandar di dadaku, aku lalu segera menarik istriku ke dalam pelukanku.
Suasana di kamar itu lalu menjadi hening, kami seakan sibuk dengan dunia kami masing-masing.
"Mas,” panggil istriku dengan pelan.
“Hmm…” balasku singkat tanpa menoleh ke arahnya.
“Aku ingin memperbaiki kualitas seks kita yang......" Istriku tidak menyelesaikan kata-katanya. Dari nada suaranya, dia terlihat sangat ragu untuk mengatakannya.
Aku menoleh ke arah istriku, yang kini terlihat jelas sangat bingung dan ragu.
"Tumben bahas seks," ujarku yang kini fokus menatap ke arah istriku. Aku lalu segera menutup buku dan menaruhnya di nakas kembali.
Selama menikah dengan istriku, bisa dikatakan istriku sering malu-malu membahas urusan ranjang, jadi ini membuatku penasaran dia yang tiba-tiba membahasnya.
"Iya Mas, nampaknya kurang banget ya", ujarnya dengan lirih. Ekspresi wajahnya terlihat sedih.
"Iya, banget Yang, Aku juga gak tega dengan kamu tiap selesai pasti nyeri karena kering gitu", ujarku sambil membelai rambutnya.
Selama menikah, kami memang sedikit memiliki masalah di ranjang. Istriku pasti selalu kesakitan ketika bermain denganku karena milikku yang besar.
"Tapi kamu enggak kecewa, bosan atau apa mas?" tanya istriku. Ekspresi wajahnya terlihat khawatir.
"Kecewa sama bosan? Enggak lah, biasa aja sih Yang, Mungkin sekarang kita gak pernah rutin aja untuk main lagi,” ucapku berusaha untuk menenangkannya.
“Kenapa sih tiba-tiba bahas ginian?” tanyaku yang tiba-tiba mulai curiga.
“Gak apa-apa kok, Mas. Hehehe,” balasnya dengan canggung.
Aku menatap istriku, mencoba untuk memberitahukan bahwa dia bisa menceritakan keluhannya padaku. Bukankah itu tugas seorang suami?
"Hmm jadi gini mas, temenku mau ngajakin kumpul buat saling menyelesaikan masalah ranjang gitu, temanku ternyata juga pada punya masalah,” ujar istriku yang akhirnya mulai membuka mulutnya.
Alisku terangkat, sedikit bingung dengan maksud dari istriku.
"Ngobrolin gitu? Ayok aja biar sekalian kenal teman-temanmu,” ucapku yang langsung menerima tawaran itu.
Selama ini aku tahu bahwa istriku sering melakukan arisan bersama dengan teman-temannya, tapi aku belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka karena aku sibuk bekerja.
"Jadi gini Mas, temanku itu memiliki masalah juga di ranjang bersama dengan suaminya,” ujar istriku mulai bercerita. “Mereka lalu bereksperimen untuk merangsang seks mereka sampai akhirnya jadi doyan seks gitu.”
“Rangsangannya gimana?” tanyaku yang masih bingung dengan arah pembicaraan ini.
"Itu… Kencan dengan pasangan temannya, Mas, dan saling memberi solusi serta meningkatkan rangsangan seks mereka, Mas,”
Aku mengangguk mengerti, sepertinya mereka membicarakan masalahnya lalu saling menawarkan solusi.
"Ohh… jadi semacam saling ngobrol gitu ya? Misalnya aku ngobrol dengan temen wanitamu dan sebaliknya gitu?" tanyaku yang mulai mengerti.
Istriku mengangguk.
"Nah iya Mas, konon katanya bisa meningkatkan hubungan ranjang dengan pasangan yang sedikit kendor," balasnya.
"Tapi bukannya masalah kita karena ukuranku yang besar ya? Masa aku mau cerita itu ke teman wanitamu,” ujarku mengutarakan masalah kita berdua. Aku juga sedikit malu jika harus menceritakan hal itu ke teman istriku.
Bagaimana jika mereka tidak percaya dan ingin melihatnya? Kan gawat!
"Hmm… masalah kita memang itu sih, Mas,” ujar istriku dengan pelan. “Tapi… sebenarnya bukan hanya ngobrol aja sih,” lanjutnya yang kembali terdengar ragu.