Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
"Jangan, mas. Aku ingin kita tinggal sendiri. Dikontrakan kecil juga tidak apa-apa. Yang penting hanya kita berdua!" tolak Audy, wanita berparas cantik yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan seorang pria bernama Dion, yang sudah satu tahun dipacarinya. Dion, hanya bisa menghela nafas panjang mendengar penolakan sang istri.
Serba salah. Itu yang dirasakan pria itu saat ini. Mengingat sang ibu, Ningsih, yang sejak tadi malam, sebelum ijab kabul berlangsung hari ini, terus memohon agar dirinya tetap tinggal di rumah mewah peninggalan sang ayah, meski dirinya telah menikah.
Ningsih memang sudah tua. Usianya tahun ini sudah 60 tahun. Wanita dengan sifat agak pemaksa itu hanya memiliki Dion saat ini. Sebab Dion adalah anak satu-satunya yang ia miliki. Meninggalkan Ningsih hidup dirumah besar itu sendirian, sebenarnya juga agak membuat Dion khawatir. Meski pekerja yang bekerja disana tergolong cukup banyak. Tapi tetap saja, Ningsih butuh seseorang untuk menjaganya di hari tuanya.
"Tapi sayang, kasihan mama. Dia sudah tua. Apa lagi rumah itu terlalu besar untuk dihuni sendirian. Lagipula, kalau ada kamu bersamanya, aku akan tenang saat bekerja!" jawab Dion kemudian. Audy menggeleng pelan. Gambaran tatapan mengintimidasi wanita yang saat ini telah resmi menjadi mertuanya, saat ia pertama kali dibawa oleh Dion untuk berkenalan kembali teringat olehnya. Audy bisa merasakan ketidaksukaan dari raut wajah Ningsih saat itu. Meski entah kenapa, wanita itu akhirnya merestui mereka.
"Tapi mas sudah janji kita akan tinggal terpisah dengan mama. Kita sudah membicarakan semua ini sebelumnya, mas!" kata Audy tetap menolak. Dion memijit pelipisnya pertanda berpikir.
"Kasihan mama Audy! Dia sudah tua!" jawab Dion lirih.
"Kita sudah membicarakan semua ini, mas. Kita akan mengunjungi mama setidaknya dua kali dalam seminggu. Lagi pula, mama kan tinggal sendiri dirumah. Ada asisten rumah tangga yang jumlahnya lebih dari satu orang. Ada satpam, ada tukang kebun!"
"Tapi mereka bukan keluarga yang sebenarnya. Atau, kamu sebenarnya tidak menyukai mama?"
"Bukan begitu...." Audy menyela dengan cepat. Namun kata-katanya terhenti, sebab ia bingung harus menjelaskan apa yang ia rasakan dengan baik agar Dion mengerti. Ningsih lah yang tidak menyukainya. Audy sadar akan hal itu. Dan ia tak mau hubungannya dan Ningsih makin memburuk jika satu rumah. Dan sejujurnya, Audy juga merasa dirinya tidak akan cocok dengan Ningsih. Audy terlahir di dalam keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang guru. Dan ibunya penjual sarapan pagi. Ia juga bukan gadis dengan pendidikan tinggi. Mungkin hal itu yang membuat Ningsih tidak menyukainya. Dion adalah anak satu-satunya dari keluarga nigrat Gusnidarma. Pendidikannya tinggi, dan lulusan luar negri. Mungkin hal itulah yang menyebabkan Ningsih selalu menatap Audy dengan tatapan tak suka. Bahkan sampai saat acara ijab kabul dan resepsi berlangsung siang ini.
Tok
Tok
Tok
Sebuah ketukan terdengar dari luar kamar hotel dimana Audy dan Dion kini berada. Tiba-tiba bulu kuduk Audy meremang, seakan tau siapa yang kini ada di balik pintu itu.
"Biar aku yang buka!" ujar Dion sambil berdiri dari duduknya. Audy mengikuti langkah sang suami dengan ekor matanya. Menghitung dari angka satu sampai lima, sambil memicingkan matanya pasrah.
"Dion, sayang!" suara Ningsih terdengar dibarengi dengan helaan nafas Audy yang terdengar lelah. Ningsih melirik ke arah Audy sambil tersenyum dibuat-buat. Membuat Audy merasa perutnya bergolak.
"Audy, sayang. Selamat datang dikeluarga Gusnidarma!" ucap Ningsih sambil masuk ke dalam kamar, melewati Dion yang terlihat begitu senang sangat ibu menyambut Audy. Audy menarik bibirnya membentuk senyum. Memaksa senyum lebih tepatnya, kemudian membiarkan Ningsih memeluk tubuhnya dengan erat. Entahlah. Biasanya pelukan terasa hangat. Tapi pelukan Ningsih terasa begitu dingin bagi Audy.
"Sudah ma. Istriku tidak bisa bernafas!" ucap Dion sambil tergelak, menutup pintu dan bergerak mendekat ke arah ibu dan istrinya sambil menyunggingkan senyum.
"Aduh, maaf sayang!" ucap Ningsih.
"Saking bahagianya mama lupa. Hahaha!" sambungnya, lalu melepaskan pelukannya di tubuh Audy. Di tatap nya Audy dengan tatapan lembut. Tatapan yang belum pernah diberikannya pada Audy sebelum ini. Audy sedikit kaget mendapat tatapan penuh kasih sayang itu. Ia ragu sejenak.
"Jadi, bagaimana, apa kita langsung pulang sekarang? Atau kalian mau menginap di sini satu malam ini?" Ningsih mulai berbicara lagi seraya duduk di samping menanti barunya itu. Dion melirik ke arah Audy. Pembicaraan mereka tadi belum selesai sama sekali, dan keputusan belum mereka ambil.