Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri

Istri Sang CEO yang Melarikan Diri

Culprit

5.0
Komentar
198.4K
Penayangan
331
Bab

Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"

Bab 1 Selamat, Kamu Hamil

"Nona Jenessa, selamat! Bayi dalam kandunganmu sangat sehat."

Jenessa Wright berjalan keluar dari rumah sakit dalam keadaan linglung sambil memegang hasil tes kehamilan di dekat dadanya.

Dia melihat ke bawah, lalu tanpa sadar membelai perutnya yang masih rata dan tersenyum.

Dia hamil, dia sedang mengandung bayi Ryan!

Jenessa tersenyum cerah, dia buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk menelepon suaminya, Ryan Haynes, karena ingin berbagi kabar gembira ini. Namun, saat dia hendak menghubungi nomor Ryan, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dia baru saja menerima pesan dari Ryan.

Pesan itu berbunyi, "Datanglah ke Hotel Imodon sekarang juga."

'Hotel Imodon? Kenapa dia tiba-tiba ingin aku pergi ke sana?' Jenessa agak bingung, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. Dia memanggil taksi dan langsung menuju ke hotel yang dimaksud.

Karena Ryan ingin bertemu, dia berniat menyampaikan kabar gembira ini secara langsung.

Di kursi belakang taksi, dia tersenyum dan bertanya-tanya dalam hati mengenai reaksi Ryan setelah mendengar berita kehamilannya.

Jantung Jenessa berdetak kencang karena antisipasi ketika tiba di hotel. Begitu turun dari taksi, dia melihat area lobi dihiasi dengan bunga dan karpet merah yang terlihat baru. Sepertinya ada tamu hotel yang sedang merayakan sesuatu.

Jenessa menghentikan langkahnya, dia tertegun sejenak dan teringat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya dengan Ryan.

'Apa Ryan memintaku datang ke sini karena ingin memberi kejutan?'

Lobi hotel dipenuhi tamu, suara tawa dan obrolan mereka memenuhi udara.

Jenessa berjalan melewati kerumunan, tampilannya yang tidak mencolok sama sekali tidak mencuri perhatian.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan pria tampan dan menawan yang tampak menonjol di antara kerumunan.

Pria itu adalah Ryan Haynes, suami sekaligus ayah dari anak dalam kandungan Jenessa.

Saat senyuman mulai terbentuk di bibirnya, dia melihat wanita yang berdiri di samping Ryan, dan senyumannya langsung membeku.

Wanita itu adalah cinta pertama Ryan, Maisie Powell!

'Sejak kapan Maisie kembali ke kota ini?'

Tubuh Jenessa seolah membeku saat melihat Ryan menjamu para tamu bersama Maisie dan mereka tampak seperti pasangan yang sempurna.

Mereka dikelilingi teman-teman yang memberikan ucapan selamat.

"Maisie, kamu akhirnya kembali ke kota ini. Aku bersulang untukmu!"

"Ryan, akhirnya kamu dan Maisie bersatu kembali setelah terpisah selama bertahun-tahun. Kita harus merayakan hal ini."

Tidak lama kemudian, teman-teman Ryan dan Maisie semakin berani untuk menggoda pasangan itu.

Maisie mengenakan gaun merah yang membalut tubuhnya dengan ketat dan wajahnya dirias dengan sempurna. Dia terlihat anggun saat tertawa kecil setelah mendengar perkataan teman-temannya. "Sudah, jangan menggoda kami. Ryan sudah memiliki istri."

Saat mendengar Maisie membahas Jenessa, para tamu menunjukkan rasa jijik mereka.

"Jenessa? Apa kamu tidak tahu? Ryan menikahi wanita itu hanya untuk menenangkan neneknya!"

"Benar! Kamu adalah wanita yang dicintai oleh Ryan. Perkataanku benar bukan, Ryan?"

Ryan terlihat seperti seorang pangeran dengan setelan jas buatan tangan, dia memancarkan aura percaya diri yang menambah karismanya.

"Baiklah, kalian jangan menggoda Maisie lagi," ucapnya dengan dingin. "Maisie tidak bisa minum, biar aku yang mewakilinya."

Setelah mendengar perkataan Ryan, suara ejekan para tamu menjadi semakin keras.

"Hei Ryan, kamu sepertinya terlalu protektif pada Maisie. Baiklah! Jika Maisie tidak bisa minum, kamu yang harus meminum bagiannya! Kamu tidak boleh pergi sebelum kamu mabuk!"

Di tengah riuhnya godaan mereka, wajah Ryan terlihat tenang, tapi ada senyum yang tersungging di sudut bibirnya.

Maisie berdiri di sebelahnya sambil tersipu malu.

Adegan penuh kasih ini sangat jelas, membuat hati Jenessa seperti ditusuk pisau tajam.

Dia tidak tahu kapan atau bagaimana caranya dia keluar dari hotel. Dia baru tersadar ketika tetesan air hujan yang dingin menerpa wajahnya.

Angin dingin dan hujan gerimis membuat pakaian Jenessa basah dan hujan deras turun dalam waktu singkat, membuatnya kedinginan hingga ke tulang-tulangnya.

Namun, dia hanya berdiri di tempat dan menatap kosong ke arah hujan. 'Kenapa Ryan memintaku untuk datang ke sana? Apa dia sengaja mengundangku datang agar aku dapat menyaksikan kasih sayang mereka dan menyerahkan posisiku sebagai istrinya pada Maisie?'

Napas Jenessa bertambah berat ketika memikirkan kemungkinan tersebut. Ketika melihat keadaan sekeliling dengan bingung, dia berpikir tidak ada yang bisa dia lakukan selain meninggalkan tempat ini.

Dia mengangkat kakinya yang terasa kaku, lalu pulang di tengah hujan. Setelah tiba di depan rumah, dia berdiri di ambang pintu dan menatap rumah yang sangat akrab sambil melamun.

Dua tahun lalu, Keluarga Wright berada di ambang kebangkrutan dan mereka mencoba menyelamatkan situasi dengan menikahkannya ke dalam Keluarga Haynes.

Awalnya Ryan menolak, tapi dia terpaksa setuju karena tekanan dari neneknya yang sedang sakit parah.

Sekarang, kesehatan nenek Ryan telah membaik dan Maisie sudah kembali dari luar negeri. Jenessa berpikir mungkin sudah waktunya dia mengemas semua barangnya dan meninggalkan Ryan.

Jenessa tidak tahu berapa lama dia berdiri di depan rumah sebelum suara mesin mobil terdengar di telinganya.

Lalu dia mendengar suara berat Ryan dari arah samping. "Jenessa, kenapa kamu berdiri di tengah hujan?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku