Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
“Tuan Carlous, Nyonya Muda sudah siap di kamar pengantin.”
Darion memasuki ruangan yang untuk sekarang disebut sebagai
kamar pengantin. Setelah dirinya dan istrinya mengikat diri dalam sebuah
perjanjian suci dengan Tuhan, dia menghampiri istrinya yang telah disiapkan
untuk santapannya malam ini.
Ditatapnya sosok wanita muda yang tertunduk di sisi ranjang,
dengan gaun malamnya yang berwarna putih dengan sedikit campuran oranye. Wanita
muda itu menatap Darion sesaat dan tertunduk lagi, menghindari kontak mata
dengannya.
“Jika kau tak ingin melakukannya, katakan sekarang!” Suara
dingin Darion memenuhi ruangan.
Dinginnya cukup untuk menusuk kulit sang wanita muda
itu—Nesyval. Tak menjawab dan justru membisu, Nesyval menggenggam erat
tangannya sendiri yang berada di atas pangkuannya.
“Jika kau tidak menjawabku, maka aku akan menganggap kau
menginginkannya. Kau tahu, ini kesempatan terakhirmu untuk mengusirku. Karena
begitu aku mulai, aku tak akan berhenti.”
Pria berusia 24 tahun itu lantas berjalan mendekati Nesyval.
Membuat gadis itu mulai semakin gugup untuk menghadapi takdirnya sendiri. Dan
dengan tak sabar, Darion menarik satu lengan gadis itu cukup kasar untuk
bangkit. Dengan mudahnya, gadis itu tertarik, bahkan tampak terkejut dengan tenaga
Darion yang tak main-main.
Mereka berhadapan langsung di sana. Darion bisa melihat
betapa kecil dan lemahnya Nesyval di depannya. Nesyval kemudian menengadah
menatap suaminya yang tinggi besar, dia sangat takut dengan kekuatan Darion
yang bisa melukainya dalam sekali hantam.
Apalagi begitu mata Darion dengannya bertemu, Nesyval bisa
merasakan betapa tajam menusuknya mata itu. Seolah siap untuk menyakitinya
kapan pun dia mau. Dan yang Darion lihat, Nesyval ketakutan setengah mati,
sampai dia bisa merasakan getaran di tangannya.
“Ck!” Pria itu mendecak dan melepaskan tangan Nesyval yang
dia genggam, dan Nesyval seketika goyah sesaat, dia benar-benar tak punya
kekuatan untuk menghadapi suaminya.
“Hey, apa kau takut padaku?” Darion mengernyitkan dahinya,
karena merasakan ketakutan istrinya cukup dalam padanya sekarang, membuatnya merasa
jika dirinya memang semengerikan itu.
“Aku tidak tertarik untuk menyakitimu, tahu. Tak perlu
setakut dan sesungkan itu!” Darion menghela nafasnya berat dan melemparkan
bokongnya ke kasur.
Sementara Nesyval menaruh kedua tangannya di depan dadanya,
dia tampak sekali sedang ketakutan. Darion melihat pergerakannya meski tak
menatapnya secara langsung. Dia kemudian menarik Nesyval ke pangkuannya dalam
sekali tarikan, dan berhasil membuat gadis itu memekik kaget. Berakhir di
pangkuan Darion, dengan kedua pasang mata mereka bertemu.
“Kutanya padamu sekali lagi, apa kita perlu melakukannya,
atau tidak?” tanya Darion serius.
“M-melakukan apa?” Dengan gugup, Nesyval menatap Darion
dengan matanya yang gemetar.
“Malam pertama,” tekan Darion, dia tampaknya cukup kesal
karena Nesyval balik bertanya.
Nesyval terdiam sesaat. Dia teringat akan pengasuhnya yang
mengatakan jika dia harus melakukan malam pertama dengan Darion, jika ingin benar-benar
menjadi istri Darion. Jika tidak, Darion mungkin akan meninggalkannya di sini.
Dan Nesyval kemudian menganggukkan kepalanya.
“Kau sungguh mengangguk?” Darion mengernyitkan dahinya.
“Ya, T-tuan,” ucap Nesyval dengan sedikit gemetar.
“Tuan? Kau pikir aku siapa? Aku suamimu. Tak mungkin kau
tidak tahu nama suamimu sendiri, kan?” Darion dibuat heran dengan cara
memanggil Nesyval pada dirinya.
Nesyval menatap Darion penuh keraguan.
“Darion.”
“Apa?” Nesyval mengerjapkan matanya.
“Namaku Darion.”
“O-oh, ya. Baik, Darion.”
“Bagus. Sekarang biarkan aku melakukan apa yang ingin aku
lakukan dan harus kita lakukan. Aku tahu kau mungkin akan benci ini. Tapi
tahanlah!” tekan Darion seraya menaruh wajahnya di tekuk Nesyval yang
terjangkau olehnya dengan mudah.
Nesyval mengangkat bahunya saat merasakan sengatan listrik menjalar
di punggungnya. Dan pinggangnya menggeliat halus. Nesyval memejamkan matanya,
membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Dia tak ingin memberontak dan membuat
pria ini marah lalu menyakitinya.