Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"De-derren ... berhenti!!"
Rindu menangkup pipinya sendiri yang terasa panas setelah sebuah tamparan dengan keras menyentuh bagian tersebut.
"Pleaseeee ...." Sebuah permohonan lainnya dari mulut Rindu keluar.
Pria yang melakukan semua itu adalah Derren, pacar Rindu sendiri. Pria yang kini bertolak pinggang di depannya meski Rindu akhirnya tersungkur di lantai setelah tamparan lainnya yang ia terima. Derren tidak peduli. Ia mendekat dengan langkah pelan namun hentakkan kakinya di lantai seolah menjadi denting lonceng yang menggema di telinga dan membuat Rindu menarik mundur tubuhnya dengan waspada, tangan Derren yang besar menjambak rambut panjang Rindu dan membuat ia menengadah menatap pria yang berjongkok dengan congkak di hadapannya, merasa memiliki kuasa lebih atas gadis itu.
“Sayang, masih berpikir buat ninggalin aku, hah?” Derren mengusap pipi Rindu yang merah menyingkirkan tangan gadis itu yang sedari tadi memegang pipinya sendiri yang terasa nyeri. Derren menatapnya dengan tajam hingga Rindu tidak mau menengadah untuk menatap balik pria di depannya ini, ia takut, segala apa yang Rindu lakukan memiliki potensi untuk dilukai.
“Kamu tahu aku enggak akan pernah lepasin kamu, kan?”
“Bunuh!!! bunuh aku sekarang!!” Rindu menatap nanar pada pria berbadan kekar itu, ia mengeratkan giginya hingga gerahamnya terasa sakit namun Rindu mengabaikannya karena begitu bencinya pada pria brengsek ini.
“Sayang, kalau kamu mati siapa yang aku pukul lagi? hahaha.” Pria itu menyeringai kemudian tertawa dengan jahat membuat Rindu ingin mencekiknya kuat namun ia sudah pasti tidak akan menang melawan Derren.
“Pakai baju yang aku beli buat kamu di atas meja, kita pergi satu jam lagi!” Derren melepaskan tangannya dari rambut Rindu, ia kemudian melangkah ke arah pintu keluar. “Ahh ... jangan lupa tutupi lukamu juga.”
“Aarrrrrrrrrgggghhhh!!” Rindu berteriak marah terhadap dirinya sendiri, gadis itu bahkan memukul kepalanya dengan kepalan tangan. Ia membenci tahun terakhir dalam hidupnya ini. Bagaimana mungkin orang tuanya mempercayakan Rindu pada pria berhati iblis dan psikopat seperti Derren yang kapan pun bisa membunuhnya. Gaun mewah yang Derren pilihkan bahkan tampak menjijikan untuk Rindu pakai.
Rindu Kinasih adalah seorang gadis berusia 24 tahun yang bagi orang tuanya usia Rindu saat ini sudah matang untuk ia berkeluarga, hingga pada tahun lalu ayahnya meminta Rindu menikah dengan seorang pria yang keluarganya sudah mereka kenal baik. Derren Aji Putra, seorang anak dari bos ayahnya saat bekerja di Jakarta, begitu dekatnya hubungan antara ayah Rindu dengan papanya Derren sejak dulu sehingga mereka sering mengunjungi rumah Rindu di kampung halamannya, Ciamis.
Rindu mengenal Derren sejak gadis itu masih duduk di bangku SD dan Derren SMP, keduanya berteman baik bahkan Derren sendiri sering mengirimi Rindu hadiah jika ia berada di Jakarta sedang Rindu di kampung halamannya. Hanya sebatas itu, hingga orang tua Derren mengirim anaknya untuk kuliah di Jepang selama 4 tahun dan keduanya sudah tidak saling berkirim kabar. Hal itu terjadi mungkin juga karena sosial media tidak secanggih hari ini.
Rindu sudah lupa bagaimana Derren dulu, yang jelas secara mengejutkan orang tua Derren sendiri yang meminta Rindu untuk menjadi menantunya. Mereka datang bahkan setelah ayah Rindu sudah tidak bekerja lagi untuk keluarga Derren dan hanya saling mengirim kabar lewat telepon sesekali.
“Kamu kan kenal Derren, Nak, dia anak yang baik. Apa salahnya kamu coba?” rayu ayah Rindu.
Ayah Rindu menjadi orang yang paling antusias ketika keluarga Derren mengutarakan maksudnya mungkin juga karena ayahnya memiliki utang budi besar pada keluarga Derren dan perasaan ingin membalas itu semua muncul. Meski begitu Ayah Rindu sangat mengerti putrinya, ia tidak akan memaksakan kehendak seandainya Rindu menolak.
“Rindu pikirkan dulu ya, Ayah.”
Rindu tidak ingin terburu-buru, ia mungkin mengenal Derren ketika keduanya sama-sama masih kecil namun lain dulu lain sekarang, bahkan Derren tidak ikut ketika orang tuanya yang meminta ia untuk menikah dengan Rindu datang hari itu, mereka bilang Derren belum kembali dari Jepang.
Hingga seminggu setelah permintaan itu disampaikan Derren sendiri yang datang, meminta Rindu untuk menjadi pendampingnya dengan segala perhatian yang ia berikan agar Rindu setuju dengan maksudnya. Derren bahkan menginap di Hotel terdekat agar bisa terus bertemu Rindu selama ia menghabiskan waktu di sana.
“Kita bisa mulai pacaran dulu sebelum kamu mutusin buat setuju," tawar Derren, pria itu memperlakukan Rindu dengan sangat lembut hingga ia berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagi pula Derren adalah pria tampan yang menjadi idola banyak orang, ia kaya dan memiliki segala yang diinginkan untuk menjadi seorang pasangan. Rindu pasti seseorang yang amat beruntung.
Derren tampak sangat bahagia, ia bahkan berlutut untuk mencium punggung tangan Rindu. Mungkin benar jika orang bilang perjodohan tidak seburuk yang di bayangkan. Ketika itu, Rindu yang baru menyelesaikan kuliahnya di minta untuk ikut Derren ke Jakarta bekerja di perusahaan milik keluarganya yang bergerak di bidang tekstil namun Rindu menolak tawaran pekerjaan itu karena ia tidak enak harus masuk melalui jalur orang dalam, meski begitu Rindu tetap menerima ide untuk pergi ke Jakarta mencari pengalaman hidup di kerasnya ibukota.
Derren membantunya mengurus semua hal termasuk kontrakan yang akan Rindu tinggali, cukup mewah untuk seseorang yang baru mau mulai bekerja bahkan kamarnya sudah di lengkapi pendingin ruangan dan mini refrigerator. Derren membayarnya untuk setengah tahun pertama. Sekali lagi semua kebaikan itu membuat Rindu merasa tidak enak.