/0/21612/coverorgin.jpg?v=e60d6bd2c0a776a47dc1740ac270ceed&imageMogr2/format/webp)
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, yang mengagetkan Anjani.
Sontak Anjani mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi. Ia tau Barata baru menyelesaikan mandi besarnya.
Terlihat rambutnya yang basah, sambil mengusap-usap dengan handuk.
Sesaat ia berpikir dan baru menyadari kalau semalam dirinya menemani tidur tuan Barata. Seorang entrepreneur sukses, yang usianya baru menginjak tiga puluh tahun.
Anjani masih berbaring di ranjang. Tubuhnya masih terasa lemas, ia enggan untuk segera beranjak dari ranjang sebab permainan semalam bersama Barata yang menguras tenaga hingga terenggut kesuciannya.
Barata menatap dingin ke arah Anjani. Dan berjalan menghampiri Anjani yang masih berbaring dengan selimut masih menutupi tubuhnya yang belum memakai sehelai benang.
Secepat kilat tangan Barata menarik selimut yang menutupi tubuh Anjani,
"Cepat bangun! Dan tinggalkan kamar ini, sebelum putri kecilku mengetahui kamu ada di kamarku!" bentak Barata menunjuk ke arah pintu kamar.
Anjani tersentak, melihat sikap Barata yang tiba-tiba berubah garang. Anjani cepat- cepat meraih selimutnya dan menutup kembali tubuhnya sambil duduk.
"Tuan, ada apa?" tanya Anjani bingung, matanya menatap Barata tajam.
Barata tersenyum sinis dengan menarik kedua ujung bibirnya ke bawah.
"Huh, Kenapa? Pertanyaan tolol! Bukankah transaksi kita sudah selesai? Cepat ke luar, sebelum aku menyeret kamu!" teriak Barata yang semula matanya menyipit, berubah melotot ke arah Anjani.
Anjani kaget, tubuhnya gemetar melihat Barata mengeluarkan amarahnya. Cepat -cepat Anjani menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dan turun dari ranjang hendak memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai untuk dikenakan kembali.
Anjani berpikir secepat itu Barata berubah, padahal semalam ia begitu lembut memperlakukan dirinya.
"Auuww ...!" jerit Anjani tiba-tiba.
Salah satu tangannya memegang bawah perutnya. Ia merasakan sakit yang amat sangat dan perih di sela-sela kedua kakinya ketika jongkok meraih pakaiannya.
Mendengar jeritan Anjani Barata malah tersenyum sinis, dan tak memperdulikan keadaan Anjani.
Ia meraih amplop berwarna coklat yang tergeletak di atas meja. Rupanya Barata sudah menyediakan amplop itu sejak tadi.
Tanpa disadari Anjani, sebuah amplop berwarna coklat melayang jatuh tepat di atas ranjang depan Anjani berdiri.
Anjani tersentak, mengalihkan pandangan ke wajah Barata yang berdiri menyilangkan kedua tangannya ke dadanya dengan menatap garang Anjani.
"Cepat Ambil dan ke luar, itu upahmu yang sudah menemaniku tidur semalam!" suara kasar Barata dengan angkuhnya, seolah menertawakan perbuatan Anjani gadis kampung yang bodoh.
Anjani menatap amplop coklat di depannya. Ia tau, uang itu sangat dibutuhkannya untuk biaya operasi ibunya.
Ia rela menjual tubuhnya ke Barata seorang majikannya yang terkenal kaya-raya dengan julukan Sultan. Yang terkenal sangat dingin terhadap wanita. Dan selalu memandang rendah wanita. Ia mengira hampir semua wanita bisa dibelinya dengan uang. Dan semua wanita mayoritas mata duitan.
Ia menikahi Ayudya seorang model papan atas, hanya sebuah perjodohan
Barata tak mau mengecewakan orang tuanya. Apalagi ia anak semata wayang dan pewaris tunggal. Yang mana orang tuanya seorang konglomerat ternama di negeri ini.
Anjani terdiam, gadis kampung yang usianya baru menginjak dua puluh tahun itu, tak berani mengatakan sepatah katapun. Sesekali ia memandang Barata lewat sudut matanya.
Anjani berusaha melangkah dengan tertatih-tatih menahan sakit pada kedua kakinya. Ia memunguti satu per satu pakaiannya, sesekali mendesah menahan sakit yang luar biasa pada organ intimnya. Ia berusaha memakai kembali pakaiannya.
Barata sepertinya tak sabar, melihat Anjani lama memakai pakaiannya. Ia kembali membentak Anjani agar Anjani cepat- cepat meninggalkan kamar.
"Cepat ... Tinggalkan kamar ini! Jangan manja, kau sudah aku bayar. Aku tak suka wanita manja!" bentak Barata lagi, dengan mata melotot mengarah wajah Anjani, ia tetap tak perduli melihat ekspresi wajah Anjani yang merasakan sakit.
Tanpa berpikir panjang Anjani menarik seprai yang tampak ada noda merah. Ia harus menghilangkan noda itu sebelum Ayudya istri Barata pulang dari luar kota yang mendapat tugas membintangi iklan disalah satu produk kosmetik yang bekerja sama dengan Brand Ambasador.
Sakit rasanya, sakit sekali mendengar kata-kata kasar Barata. Bahkan rasa perih yang tadi Anjani rasakan tak ada apa-apanya dibanding mendengar ucapan Barata mengusir dirinya bak binatang.
Namun, rasa sakit yang dirasakan Anjani perlahan hilang, ketika terlintas bayangan ibunya merintih menahan kesakitan.
Anjani tak bisa membayangkan lagi, betapa bingungnya Arini adiknya menunggu kiriman transfer darinya.
Hanya demi uang, Anjani menjalankan semua ini. Ia tak mau kehilangan ibunya, ia tak perduli hinaan dan makian yang ke luar dari mulut Barata.
Anjani meraih amplop yang tegeletak di atas ranjang. Perlahan ia melangkah hendak ke luar kamar.
Namun belum sampai Anjani ke luar, tiba -tiba Barata menghentikan langkah Anjani.
Anjani membalikkan tubuhnya menghadap Barata. Dengan cepat Barata melempar seprei yang barusan diambilnya dari lemari, tepat mengenai wajah Anjani.
Anjani tersentak. Ia hanya diam dan tak bisa berbuat apa- apa. Anjani paham apa yang dilakukan Barata. Ia melangkah mendekati ranjang, untuk membenahi seprai yang belum terpasang. Dan ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaannya untuk menemui Aura yang ada di kamar sebelah.
Tanpa Anjani sadari, dua bola mata Barata terus mengawasi gerak Anjani yang naik turun membenahi letak seprai.
Entah tiba-tiba Barata merasakan tubuhnya kembali panas, desir darah birahinya naik kembali saat melihat tubuh sintal Anjani yang tampak montok berisi.
Barata tak bisa mengendalikan nafsunya, ia segera berdiri melangkah mendekati Anjani yang sudah berdiri hendak meninggalkan kamar.
Tanpa pikir panjang, Barata mendekap tubuh Anjani dari belakang.
Anjani tercekat, dengan mata memandang lurus ke depan. Ia bingung, ia tak berani menghindar dari dekapan tangan kekar Barata. Anjani yakin, kalau Barata ingin mengulangi apa yang tengah dilakukan semalam.
Padahal Anjani tak ingin mengulangi perbuatan laknat itu. Namun Anjani tak kuasa menolak.
Anjani takut kalau sampai menolak, ia bakalan dipecat dari pekerjaannya sebagai pengasuh Aura putri Barata yang baru berusia lima tahun.
/0/24828/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/10955/coverorgin.jpg?v=69772ca41bef2e53ed297222af23b379&imageMogr2/format/webp)
/0/22524/coverorgin.jpg?v=20250323172304&imageMogr2/format/webp)
/0/21120/coverorgin.jpg?v=fdd38c3480a108ed83ad83ab658c83c4&imageMogr2/format/webp)
/0/17208/coverorgin.jpg?v=cb00cab493b840a194801d08d4971e3b&imageMogr2/format/webp)
/0/10935/coverorgin.jpg?v=20250122182948&imageMogr2/format/webp)
/0/7746/coverorgin.jpg?v=20250122152236&imageMogr2/format/webp)
/0/12785/coverorgin.jpg?v=153588d744f4bc5fa37cdc4c5dfeda32&imageMogr2/format/webp)
/0/22830/coverorgin.jpg?v=20251020183322&imageMogr2/format/webp)
/0/20413/coverorgin.jpg?v=20241128095111&imageMogr2/format/webp)
/0/12242/coverorgin.jpg?v=3f4c35df759a421233796731ef9d1aa0&imageMogr2/format/webp)
/0/23176/coverorgin.jpg?v=20250427002829&imageMogr2/format/webp)
/0/18635/coverorgin.jpg?v=2a204666c0747c88c2ca61d06ceff386&imageMogr2/format/webp)
/0/22438/coverorgin.jpg?v=b720023cdad6b864ab6eade86bda3767&imageMogr2/format/webp)
/0/25598/coverorgin.jpg?v=8497fb7f6bf778aadd1230b6f1287d16&imageMogr2/format/webp)
/0/27411/coverorgin.jpg?v=20251225120318&imageMogr2/format/webp)