Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Gairah Liar Pembantu Lugu
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Suamiku Ternyata Adalah Bosku
Suara tawa seorang anak perempuan bersama pria membuat keadaan di rumah menjadi sangat ramai.
Selalu seperti itu disaat pagi hari Qiena menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.
"Sarapan sudah siap," kata Qiena membawa satu nampan dan menatanya di meja makan.
"Waw...terima kasih Mommy," ujar Yasmine anak perempuan dan suaminya serempak.
Meski ada pembantu Qiena sudah terbiasa melayani kebutuhan suami dan anaknya. Sehingga pembantu hanya membantu dia merapikan rumah dan menjaga Yasmine saat dia sibuk di perusahaannya.
"Sean kau jadi berangkat ke Texas nanti ?"
"Ya aku akan pergi. Tapi aku pergi setelah Yasmine selesai sekolah, aku akan membawanya kesana untuk berjalan-jalan." Senyum tipis Qiena terlihat, entah harus merasa bersyukur atau dia kecewa karena Sean tidak pernah melakukan hal yang sama untuknya.
"Qiena ada apa ? Apa kau keberatan ?" tanya Sean dan Qiena otomatis menggelengkan kepalanya.
"Tentu tidak apa-apa. Berapa lama kalian akan pergi ?"
"Lusa kami sudah kembali." Qiena lagi hanya bisa tersenyum simpul.
"Mama tidak ikut ?" tanya Yasmine lucu membuat Qiena menjadi haru, anak umur lima tahun saja bisa mengerti tapi kenapa Sean selalu acuh tak acuh dengannya.
"Mama ada pekerjaan sayang, makanya mama tidak bisa ikut," jawab Sean.
Pagi itu Qiena tidak bisa langsung berangkat ke perusahaannya. Dia harus menyiapkan koper kecil untuk Yasmine juga. Agar semua yang dibutuhkan Yasmine di Texas nanti tidak merepotkan Sean__suaminya.
Setelah siap Qiena menarik napasnya lalu menaiki tangga menuju kamar dia dan Sean. Dilihatnya foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding kamar dan Qiena tahu dia sangat nekat memilih menikah dengan Sean saat itu.
"Qiena kamu sudah sepantasnya menikah. Usiamu sudah dua puluh delapan tahun tapi kamu hanya selalu bekerja dan bekerja. Papa dan Mama tidak ingin kamu menua seorang diri tanpa ada yang menemani."
"Papa punya calon yang pas buat kamu. Dia masih singel dan anak dari teman papa. Namanya Sean, ya meski dia sudah berumur tiga puluh dua tahun, tapi dia masih sangat tampan. Kalian pasti cocok, kamu mau menemuinya ?"
Sean adalah Pria mapan dari keluarga terpandang sesuai dengan yang ayahnya katakan, meski tampan wajah Sean selalu datar, mata elangnya yang selalu disukai oleh Qiena tidak pernah menatap Qiena dengan hangat. Suaminya itu hanya akan berbicara dengannya jika ada hal yang perlu mereka bahas.
Semua ingatan itu terngiang di kepala Qiena. Dua tahun menikah dengan Sean dan akhirnya mereka mengadopsi Yasmine karena Sean yang meminta. Qienna setuju karena dia memang sangat menyukai anak-anak, dan baginya itu ide yang baik.
Selama ini mereka tidur bersama tapi Sean tidak pernah menyentuhnya lebih, Sean adalah sosok pria yang baik dan suami yang baik pula. Tapi dia tidak pernah menjadi suami yang hangat bagi Qiena.
Awal menikah mereka setuju untuk memulai pendekatan dan menjalani rumah tangga yang semestinya tapi kesibukan mereka berdua seolah menjadi jarak untuk keduanya memahami satu sama lain dan sepertinya Qiena semakin lama semakin merasa sendiri. Warna kehidupan setelah menikah tidak pernah singgah dalam hidupnya karena sikap Sean yang seolah enggan dekat dengannya terlebih memperhatikannya, namun Qiena masih menunggu Sean. Dia tidak keberatan jika Sean memiliki sikap dingin dia masih bisa bertahan meski entah sampai kapan.
Lelah dengan perihal hatinya dia memutuskan menelpon sekertarisnya dan mengatakan kalau dia tidak enak badan. Qiena memutuskan mengurung diri diruang kerjanya sehingga saat Sean pulang mengambil perlengkapan Yasmine, Sean tidak tahu kalau Qiena ada disana.
****
"Daddy," teriak Yasmine bahagia melihat sang ayah sudah berada didepan pagar sekolahnya.
"Hai sayang, ayo." Sean mengecup pipi putrinya dan penjaga wanita yang ditugaskan menunggu Yasmine disekolah berpamitan untuk kembali ke mansion mereka.
"Selama aku pergi tolong perhatikan makan dan tidur Qiena. Kau mengerti Stella ?"
"Iya tuan, saya akan memperhatikan nona Qiena."
Stella adalah orang kepercayaan Sean untuk menjaga Yasmine namun juga terkadang ditugaskan Sean untuk memperhatikan istrinya. Stella akan melaporkan pada Sean apa saja yang dia tahu jika Sean bertanya.
Dia dan Yasmine pergi ke Texas menaiki pesawat pribadi yang dia miliki dan setelah sampai disana hal yang pertama Sean lakukan adalah mengajak anaknya untuk berjalan-jalan.
Sean begitu menyayangi Yasmine, dan dia beruntung karena Qiena menyetujui permintaannya.
Mereka terlihat sebagai keluarga yang normal saat memiliki Yasmine, Qiena juga selalu pulang tepat waktu. Membuat Sean bersyukur karena itu.
****
Selama Sean dan Yasmine pergi ke Texas, Qiena menyibukkan diri dengan pekerjaannya di kantor. Banyak tawaran kerjasama yang diterima Qiena membuat jadwal pekerjaannya padat untuk dua bulan kedepan, Amber sekertarisnya bahkan tidak bisa bernapas melihat jadwal bos sekaligus sahabatnya itu.
"Miss, sudah jam pulang kantor apa saya sudah bisa pulang ?" tanya Amber dan Qiena tersenyum melemparkan pena yang tengah dia pegang.
"Kau temani aku dulu bertemu dengan Rose dan Tifany."
"WHAT ?! hey ini sudah waktunya aku pulang, aku ada kencan dengan seseorang."
"Yakin ? setahu ku kau tidak memiliki kekasih Am, ayo ikut saja. Aku akan membayar mu double hari ini." Amber yang awalnya masam langsung sumringah. Qiena hanya bisa geleng kepala melihat sahabat sekaligus sekertarisnya itu.
Pertemuan para wanita disebuah café membuat beberapa pasang mata pria melihat kearah mereka, gaya yang terlihat berkelas dengan tas-tas mahal yang mereka bawa serta pakaian yang mereka kenakan juga bukan pakaian yang harganya biasa. Kenapa mereka menjadi pusat perhatian ? semua tak luput dari Qiena yang mengajak mereka bertemu di café pinggir jalan yang biasa menjadi tongkrongan para muda-mudi di London.
Lily terus kesal karena pilihan tempat yang dilakukan Qiena, tapi bagi Qiena dia menyukai café tersebut. Pemandangan yang langsung melihat ke hamparan rumput luas memperlihatkan orang-orang yang dengan bebas duduk disana dengan pasangan atau keluarga mereka, juga pemandangan London Eye yang masih saja membuat Qiena terpesona.
"Kau tahu dari mana tempat ini ? makanannya sangat enak ternyata."
"Sean, dia pernah mengajak ku dan Yasmine kesini. Aku suka tempatnya, terlihat sangat nyaman dengan pemandangan yang indah."
"Wah.aku tidak menduga ternyata Sean tahu selera mu Qin," ujar Rose salah satu sahabat Qiena yang menjadi seorang istri aktor ternama di London.
Wajah Qiena yang tadinya baik-baik saja berubah sendu dan tentu saja sahabatnya tahu akan hal itu. Lily mengusap bahu Qiena, mereka semua tahu kehidupan rumah tangga Qiena karena tak jarang mereka saling bercerita kehidupan pribadi mereka satu sama lain. Bukankah itu untungnya memiliki sahabat. Menurut mereka Sean Gibert adalah pria sukses yang ingin dimiliki semua wanita, karena selain kaya, tampan, refutasinya juga baik. Sean tidak pernah terdengar bermain-main dengan wanita seperti sahabatnya Prime Alexander.
"Kau bisa meminta cerai jika sudah tidak tahan dengan pernikahanmu Qin, kau perlu seseorang yang mencintaimu." Rose mengatakan pendapatnya.
"Aku berpikir Sean memiliki kelainan seksual." Sebuah pukulan mendarat dikepala Lily akibat ucapannya yang membuat Amber kesal. "WHAT ! Aku berkata opini ku, apa kalian tidak merasa aneh dengannya. Mereka satu kamar selama tiga tahun, dan dia tidak tertarik meniduri sahabat kita ini yang tidak usah diragukan lagi kecantikannya." Qiena yang tadinya lesu akhirnya tertawa. Lily memang paling bisa diandalkan untuk membuatnya merasa lebih baik.
"Ku pikir Sean memiliki masa lalu yangn buruk dengan wanita, itu sebabnya dia merasa belum siap untuk mendekatimu Qin." Pendapat Amber yang mungkin bisa menjadi pertimbangan Qiena untuk menunggu Sean bersikap hangat kepadanya.
"Pria memang menyebalkan ! apa mereka pikir uang, popularitas cukup untuk membuat wanitanya merasa baik-baik saja." Rose sepertinya mulai kesal.
"Hey..hey...cukup Qiena saja yang murung hari ini, kau tidak perlu ikut-ikut." Mereka semua tertawa karena Lily lagi, dan pandangan Qiena tertuju pada sepasang suami istri yang terlihat bahagia. Tanpa dia sadari perasaan yang dia tahan selama ini tercurah begitu saja membuat sahabatnya terdiam mendengarkan semuanya.
"Keinginanku sangat simpel saat menerima Sean. Aku ingin mengenalnya lebih dekat begitupun dia, lalu kami saling jatuh cinta dan memiliki anak yang lucu. Setiap harinya kami akan terus jatuh cinta hingga ada kalanya kerikil kecil seperti cemburuku membuat sedikit bumbu di pernikahan kami, namun itu hanya akan membuat kami terus saling mencintai sampai mati."
Rose menoyor kening Qiena dan berkomentar "Bukankah itu salah satu cerita novel yang kau pinjamkan pada ku saat kita masih sekolah dulu ?" Mereka lagi-lagi tertawa, memang benar itu cerita novel favorit Qiena, tapi benar juga jika dia sangat ingin hal itu terjadi antara dia dan Sean.
Dia menginginkan hubungannya dan Sean berjalan normal, bukan seperti sebuah drama yang harus mereka mainkan demi menyenangkan hati orang tua mereka dan juga orang-orang yang mengenal mereka dari luar.
Amber yang paham betul kegundahan Qiena mengusap telapak tangan Qiena, mungkin Qiena lelah karena sudah tiga tahun dia menunggu Sean tapi nyatanya tidak ada kemajuan di hubungan keduanya selain tanggung jawab Qiena yang berubah menjadi seorang ibu.
Qiena lalu melihat ponselnya kemudian mengumpat, Amber yang juga tahu situasi ikut mengumpat dan mereka buru-buru menuju parkiran mobil.
"Hey...kalian mau kemana ?" teriak Lily dan Rose bersamaan.
*****
Qiena dan Amber terburu-buru masuk kedalam sebuah restoran, terlihat Sean sedang berdiri disamping Yasmine yang sedang murung. Tamu undangan sepertinya sudah berpulangan karena suasana restoran itu sudah sepi. Qiena berlutut di depan Yasmine yang terlihat sedih.