Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Lilin terakhir sudah menyala. Aku tersenyum hangat, seperti suasana di ruangan ini. Tidak sabar rasanya melihat ekspresi wajah Mas Satya setelah melihat kejutan kecil ini. Pasti dia akan bahagia.
Kue berukuran sedang berwarna cokelat aku keluarkan dari kotaknya. Di atasnya sudah tertulis indah, 'Happy Anniversary'. Ya. Ini ulang tahun pernikahanku dengan Mas Satya yang pertama.
Kue manis ini aku letakkan di atas meja. Kemudian memperhatikan semuanya sekali lagi. Sempurna. Biarkan puluhan lilin ini yang menyala, dan lampu dipadamkan.
Tinggal menunggu 10 menit. Mas Satya mengatakan tadi pagi akan pulang jam sembilan.
Aku memilih duduk di sebuah sofa panjang yang terletak di dekat sebuah rak buku. Lalu menanti ...
Waktu terus berjalan. Jarum tidak pernah berhenti berputar. Namun, Mas Satya belum kunjung datang.
Aku menilik lagi ke arah jam. Sudah lebih 30 menit dari yang seharusnya. Mungkin karena terlalu lelah mengurus semua kejutan ini dari tadi, aku jadi mengantuk. Kurebahkan tubuh, sekadar terpejam untuk beberapa saat. Telinga ini juga sensitif. Aku bisa segera terbangun jika mendengar suara Mas Satya datang.
Lalu ....
"Sayang ...."
Aku tersentak, lalu membuka mata. Menemukan wajah lelah Mas Satya di hadapan. Panggilannya barusan membuatku tersadar.
"Mas baru pulang?" tanyaku, lalu melirik jam. Pukul dua dini hari.
"Maaf ...." ucap Mas Satya, lirih dan tulus. Meski sebenarnya kecewa melihat semua persiapan gagal total, aku tetap memaksakan tersenyum.
"Nggak papa. Mau makan apa, Mas? Atau aku siapin air hangat? Mas mau mandi?" tawarku sambil bangkit dari posisi berbaring.