Terpaksa Dinikahi Majikan

Terpaksa Dinikahi Majikan

Neny nina

5.0
Komentar
7.4K
Penayangan
42
Bab

Azizah, terpaksa melamar pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga demi membantu ibunya mencari uang untuk membayar hutang ayahnya yang si tukang judi. Tetapi karena ketulusan hatinya, dia malah dilamar sebagai menantu. Apakah sang majikan adalah jodoh yang diimpikannya? Saksikan perjalanan kisahnya.

Bab 1 Melamar pekerjaan

"Azizah Puspita. Di sini pendidikan formal tidak diutamakan. Yang penting kamu bisa bekerja dengan baik. Diharuskan menginap. Apa kamu sanggup?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat anggun. Dia adalah Nyonya rumah yang bernama Anita Bimantara.

Azizah mendapatkan informasi dari seorang tetangganya, kalau di rumah besar itu sedang membutuhkan seorang pembantu. Sudah pasti ia menerima pekerjaan itu, karena ia memang melamar dan membutuhkan pekerjaan itu demi untuk menghidupi dua orang adiknya yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah dan makan sehari-hari. Ibunya hanya seorang buruh cuci keliling, sedangkan ayahnya setiap hari kerjaannya hanya berjudi dan mabuk-mabukan. Maka dari itu dia berinisiatif untuk membantu ibunya menghasilkan uang. Meski harus menjadi seorang pembantu.

"Iya, Buk. Saya sanggup," jawabnya dengan senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya setiap hari. Baginya hidup susah bukanlah suatu hal yang harus ditangisi. Hidup akan terasa indah bila dihiasi senyum syukur serta usaha yang maksimal, lalu untuk hasil, pasrahkan kepada Tuhan Yang Maha Berkuasa.

"Tapi kamu kan masih muda. Apa kamu mau dan tidak malu bekerja sebagai pembantu?"

"Aku mau, Buk. Sebab aku sudah mencari pekerjaan seharian ini, tapi gak dapat-dapat. Saat aku di jalan ketemu sama Pela sepupu aku, dia ngasih tahu kalau di sini lagi butuh pembantu rumah tangga, aku senang banget. Buatku, pekerjaan apa pun tidak masalah, Buk. Yang penting halal."

"Apa orang tuamu akan mengizinkan jika kamu bekerja di rumah ini? Diharuskan menginap lho."

"Jika saya diterima, saya akan minta izin dulu sama ibu saya, Buk."

"Azizah...."

"Ya, Buk?" Azizah merasa dia tidak akan diterima bekerja, karena dia melihat Nyonya rumah itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Kalau begitu, kamu bisa mulai bekerja besok pagi. Sekarang kamu pulanglah, beri tahu ibumu kalau kamu akan bekerja di sini mulai besok pagi." Mendengar kata-kata Nyonya Anita, Azizah sangat senang bukan kepalang. Ternyata dugaannya salah.

"Terima kasih, Buk. Saya pamit pulang dulu."

Anita menatap punggung Azizah yang berlalu dibalik pintu besar rumahnya. Dengan pakaian sederhana, dan rambut panjang terurai, kecantikan gadis remaja yang masih berumur sembilan belas tahun itu terlihat cantik alami. Anita kagum sekaligus prihatin dengan kesederhanaannya saat pertama dia melihat Azizah.

"Kasihan sekali. Dia masih muda dan cantik. Tapi harus menjadi pembantu rumah tangga untuk menghidupi keluarganya," batinnya.

Sesampainya di rumah, Azizah mendapati adiknya Ainun sedang membujuk Akbar yang sedang menangis. Akbar adalah adik bungsunya yang masih berumur empat tahun.

"Kenapa Akbar menangis, Dek?" tanyanya ke Ainun sambil menggantikan Ainun menggendong Akbar.

"Dia minta makan, Kak. Nasi gak ada. Lalu dia menangis dan gak mau berhenti," terang Ainun yang ikut tersedu karena menahan tangisnya juga.

"Ibu belum pulang, ya?" tanya Azizah seraya terus mengelus kepala adiknya agar mau diam. Matanya juga mulai berembun, namun dia berusaha agar tidak menangis di depan adik-adiknya.

"Belum, Kak. Tapi tadi Ayah yang pulang, beliau nanyain Kakak, terus pergi lagi," sungut Ainun yang kecewa dengan sikap Ayahnya yang tukang judi dan mabuk.

"Ayah bilang apa aja, Dek?"

"Kata Ayah, kalau Kakak pulang, jangan pergi ke mana-mana. Ada yang mau dibicarakan sama Kakak, begitu."

Akbar yang berada dalam gendongan Azizah masih saja menangis minta makan. Azizah tidak tega melihat adik-adiknya kelaparan. Akhirnya dia memberanikan diri untuk berhutang ke warung tetangganya.

"Kamu tinggal dulu di rumah sama kak Ainun ya, Dek? Kakak akan beli beras untuk kita masak," ucapnya dengan lembut.

"Jangan lama-lama, ya Kak...."

"Ya, Dek."

"Semoga Bi Ijah mau menghutangiku beras, telur dan minyak goreng, Ya Allah. Aamiin," batin Azizah sambil menengadah ke langit, sebelum dia melangkahkan kakinya ke warung.

Kebetulan, warung kelontong tidak jauh dari rumahnya. Hanya berjarak dua buah rumah. Jadi tidak memakan waktu lama untuk sampai di warung itu.

Setelah menunggu dua orang ibu-ibu yang juga belanja sayuran membayar belanjaannya, Azizah memberanikan dirinya untuk bicara. "Bi..., A-a...." Ucapannya tersendat.

Pemilik warung kelontong tersenyum melihat Azizah yang seperti orang ketakutan. "Apa, Azizah? Kamu mau beli apa? Kok malah gugup, kayak mau ngomong sama pacar?" tanyanya dengan ramah sambil bercanda, agar kegugupan Azizah hilang.

"Sudah pasti mau ngutang lah, Ma. Makanya dia gugup kayak gitu," timpal anak gadis Bi Ijah yang seumuran dengan Azizah yang tiba-tiba datang dari belakang pemilik warung kelontong itu.

Mendengar kata-kata anaknya yang kasar Bi Ijah memarahinya. "Jaga mulut kamu Pela...."

"Emang betul, kan Azizah? Kamu kan memang datang ke sini untuk nambah hutang, kan!" bentaknya seketika.

"Pela! Dia itu masih saudara sepupumu! Kenapa ngomong seperti itu. Biarpun dia ngutang, apa salahnya. Nanti kalau dia sudah punya uang juga pasti dibayar," ujar Bi Ijah.

"Halah, paling tunggu dia ubanan atas bawah gak bakalan bisa bayar hutang. Yang ada malah hutangnya yang tambah numpuk!" Bola mata Pela melotot saat dia menghina Azizah.

Meski harga dirinya terasa diinjak-injak, Azizah tidak mau melawan hinaan dari sepupunya, karena dia ingat dengan adiknya yang menangis kelaparan di rumah. Dia mengabaikan wanita bernama Pela itu dan bicara kepada Bi Ijah. "Bi.... Bolehkah aku ngutang beras, minyak goreng sama telur lima biji dulu, Bi?" katanya sambil menahan air mata yang sudah menganak gunung.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Neny nina

Selebihnya

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku