Azizah, terpaksa melamar pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga demi membantu ibunya mencari uang untuk membayar hutang ayahnya yang si tukang judi. Tetapi karena ketulusan hatinya, dia malah dilamar sebagai menantu. Apakah sang majikan adalah jodoh yang diimpikannya? Saksikan perjalanan kisahnya.
"Azizah Puspita. Di sini pendidikan formal tidak diutamakan. Yang penting kamu bisa bekerja dengan baik. Diharuskan menginap. Apa kamu sanggup?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat anggun. Dia adalah Nyonya rumah yang bernama Anita Bimantara.
Azizah mendapatkan informasi dari seorang tetangganya, kalau di rumah besar itu sedang membutuhkan seorang pembantu. Sudah pasti ia menerima pekerjaan itu, karena ia memang melamar dan membutuhkan pekerjaan itu demi untuk menghidupi dua orang adiknya yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah dan makan sehari-hari. Ibunya hanya seorang buruh cuci keliling, sedangkan ayahnya setiap hari kerjaannya hanya berjudi dan mabuk-mabukan. Maka dari itu dia berinisiatif untuk membantu ibunya menghasilkan uang. Meski harus menjadi seorang pembantu.
"Iya, Buk. Saya sanggup," jawabnya dengan senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya setiap hari. Baginya hidup susah bukanlah suatu hal yang harus ditangisi. Hidup akan terasa indah bila dihiasi senyum syukur serta usaha yang maksimal, lalu untuk hasil, pasrahkan kepada Tuhan Yang Maha Berkuasa.
"Tapi kamu kan masih muda. Apa kamu mau dan tidak malu bekerja sebagai pembantu?"
"Aku mau, Buk. Sebab aku sudah mencari pekerjaan seharian ini, tapi gak dapat-dapat. Saat aku di jalan ketemu sama Pela sepupu aku, dia ngasih tahu kalau di sini lagi butuh pembantu rumah tangga, aku senang banget. Buatku, pekerjaan apa pun tidak masalah, Buk. Yang penting halal."
"Apa orang tuamu akan mengizinkan jika kamu bekerja di rumah ini? Diharuskan menginap lho."
"Jika saya diterima, saya akan minta izin dulu sama ibu saya, Buk."
"Azizah...."
"Ya, Buk?" Azizah merasa dia tidak akan diterima bekerja, karena dia melihat Nyonya rumah itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu untuk mengatakannya.
"Kalau begitu, kamu bisa mulai bekerja besok pagi. Sekarang kamu pulanglah, beri tahu ibumu kalau kamu akan bekerja di sini mulai besok pagi." Mendengar kata-kata Nyonya Anita, Azizah sangat senang bukan kepalang. Ternyata dugaannya salah.
"Terima kasih, Buk. Saya pamit pulang dulu."
Anita menatap punggung Azizah yang berlalu dibalik pintu besar rumahnya. Dengan pakaian sederhana, dan rambut panjang terurai, kecantikan gadis remaja yang masih berumur sembilan belas tahun itu terlihat cantik alami. Anita kagum sekaligus prihatin dengan kesederhanaannya saat pertama dia melihat Azizah.
"Kasihan sekali. Dia masih muda dan cantik. Tapi harus menjadi pembantu rumah tangga untuk menghidupi keluarganya," batinnya.
Sesampainya di rumah, Azizah mendapati adiknya Ainun sedang membujuk Akbar yang sedang menangis. Akbar adalah adik bungsunya yang masih berumur empat tahun.
"Kenapa Akbar menangis, Dek?" tanyanya ke Ainun sambil menggantikan Ainun menggendong Akbar.
"Dia minta makan, Kak. Nasi gak ada. Lalu dia menangis dan gak mau berhenti," terang Ainun yang ikut tersedu karena menahan tangisnya juga.
"Ibu belum pulang, ya?" tanya Azizah seraya terus mengelus kepala adiknya agar mau diam. Matanya juga mulai berembun, namun dia berusaha agar tidak menangis di depan adik-adiknya.
"Belum, Kak. Tapi tadi Ayah yang pulang, beliau nanyain Kakak, terus pergi lagi," sungut Ainun yang kecewa dengan sikap Ayahnya yang tukang judi dan mabuk.
"Ayah bilang apa aja, Dek?"
"Kata Ayah, kalau Kakak pulang, jangan pergi ke mana-mana. Ada yang mau dibicarakan sama Kakak, begitu."
Akbar yang berada dalam gendongan Azizah masih saja menangis minta makan. Azizah tidak tega melihat adik-adiknya kelaparan. Akhirnya dia memberanikan diri untuk berhutang ke warung tetangganya.
"Kamu tinggal dulu di rumah sama kak Ainun ya, Dek? Kakak akan beli beras untuk kita masak," ucapnya dengan lembut.
"Jangan lama-lama, ya Kak...."
"Ya, Dek."
"Semoga Bi Ijah mau menghutangiku beras, telur dan minyak goreng, Ya Allah. Aamiin," batin Azizah sambil menengadah ke langit, sebelum dia melangkahkan kakinya ke warung.
Kebetulan, warung kelontong tidak jauh dari rumahnya. Hanya berjarak dua buah rumah. Jadi tidak memakan waktu lama untuk sampai di warung itu.
Setelah menunggu dua orang ibu-ibu yang juga belanja sayuran membayar belanjaannya, Azizah memberanikan dirinya untuk bicara. "Bi..., A-a...." Ucapannya tersendat.
Pemilik warung kelontong tersenyum melihat Azizah yang seperti orang ketakutan. "Apa, Azizah? Kamu mau beli apa? Kok malah gugup, kayak mau ngomong sama pacar?" tanyanya dengan ramah sambil bercanda, agar kegugupan Azizah hilang.
"Sudah pasti mau ngutang lah, Ma. Makanya dia gugup kayak gitu," timpal anak gadis Bi Ijah yang seumuran dengan Azizah yang tiba-tiba datang dari belakang pemilik warung kelontong itu.
Mendengar kata-kata anaknya yang kasar Bi Ijah memarahinya. "Jaga mulut kamu Pela...."
"Emang betul, kan Azizah? Kamu kan memang datang ke sini untuk nambah hutang, kan!" bentaknya seketika.
"Pela! Dia itu masih saudara sepupumu! Kenapa ngomong seperti itu. Biarpun dia ngutang, apa salahnya. Nanti kalau dia sudah punya uang juga pasti dibayar," ujar Bi Ijah.
"Halah, paling tunggu dia ubanan atas bawah gak bakalan bisa bayar hutang. Yang ada malah hutangnya yang tambah numpuk!" Bola mata Pela melotot saat dia menghina Azizah.
Meski harga dirinya terasa diinjak-injak, Azizah tidak mau melawan hinaan dari sepupunya, karena dia ingat dengan adiknya yang menangis kelaparan di rumah. Dia mengabaikan wanita bernama Pela itu dan bicara kepada Bi Ijah. "Bi.... Bolehkah aku ngutang beras, minyak goreng sama telur lima biji dulu, Bi?" katanya sambil menahan air mata yang sudah menganak gunung.
Bab 1 Melamar pekerjaan
16/11/2024
Bab 2 Minta izin
16/11/2024
Bab 3 Dia memang salah
16/11/2024
Bab 4 Hari pertama bekerja
16/11/2024
Bab 5 Anggap saja sebagai hadia
16/11/2024
Bab 6 Dia masih sangat muda
16/11/2024
Bab 7 Bertemu mantan
16/11/2024
Bab 8 Apa dia pacarmu
16/11/2024
Bab 9 Ada apa Sayang
16/11/2024
Bab 10 Tamparan keras
16/11/2024
Bab 11 Ternyata benar
16/11/2024
Bab 12 Jawaban mengejutkan
16/11/2024
Bab 13 Datang untuk melamar
16/11/2024
Bab 14 Saya tidak berbohong
16/11/2024
Bab 15 Menjadi dilema
16/11/2024
Bab 16 Membeli kucing dalam karung
16/11/2024
Bab 17 Nah! Ini hutang ibumu
16/11/2024
Bab 18 Bukti pembelian
16/11/2024
Bab 19 Usulan bagus
16/11/2024
Bab 20 Jangan bohong
16/11/2024
Bab 21 Kenapa gelap sekali
16/11/2024
Bab 22 Sepertinya harus bicara
16/11/2024
Bab 23 23
03/12/2024
Bab 24 24
02/12/2024
Bab 25 25
04/12/2024
Bab 26 26
05/12/2024
Bab 27 27
06/12/2024
Bab 28 28
07/12/2024
Bab 29 29
08/12/2024
Bab 30 30
09/12/2024
Bab 31 31
10/12/2024
Bab 32 32
11/12/2024
Bab 33 33
12/12/2024
Bab 34 34
13/12/2024
Bab 35 35
14/12/2024
Bab 36 36
15/12/2024
Bab 37 37
16/12/2024
Bab 38 38
17/12/2024
Bab 39 39
18/12/2024
Bab 40 40
19/12/2024
Buku lain oleh Neny nina
Selebihnya