ini adalah kisah tentang seorang wanita bernama Silvia. Silvia terpaksa bercerai dengan suami yang telah berselingkuh dengan mantan pacarnya. rasa duka yang ia alami bisa terobati dengan kehadiran sahabat lamanya dan juga dokter Dana yang baru ia kenal akibat suatu tragedi kecil yang ia alami saat mencoba menguntit suaminya. Namun disaat hatinya mulai bisa diluluhkan kembali oleh dokter Dana, ayahnya yang sudah hilang sepuluh tahun ternyata kembali dan ternyata seorang konglomerat. Namun ayah yang disayanginya menjodohkan dia dengan laki-laki lain, yaitu seorang anak dari orang yang telah menolong ayahnya. bagaimana kisah perjalanan cinta Silvia? apakah dia akan memilih dokter dana yang sudah menyembuhkan luka hatinya, atau dengan jodoh pilihan ayahnya yang belum pernah ditemuinya? dan apakah mantan suaminya akan melepaskan Silvia begitu saja, saat tahu bahwa mantan istrinya menjadi seorang wanita terhormat? selamat membaca😃
Pazel memegang pundak Silvia dengan kedua tangannya.
"Sayang, jangan pergi. Maaf karena tadi Abang emosi. Abang berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
Laki-laki yang berstatus suami Silvia itu mencoba menenangkan istrinya yang sedang tergugu menangis sambil memangku lututnya dilantai. Selalu seperti itu. Pria itu selalu lepas kendali jika amarahnya sedang memuncak.
Dia tidak segan-segannya mengeluarkan kata-kata kasar, bahkan sampai mengucapkan kata talak. Dan setelah itu dia akan membujuk wanita yang sudah dinikahinya dua tahun lalu itu.
"Apa maksud Abang tidak akan mengulanginya? Abang sudah mengucapkan kata cerai di depan Ibu," ucap Silvia tergugu.
Dia sudah merasa putus asa menghadapi sikap suaminya yang kasar. Hal yang paling menyakitkan adalah saat suaminya mengucapkan kata talak dan mengusirnya.
Ditambah lagi dengan mertuanya yang tidak pernah menghargai keberadaan Silvia. Ingin rasanya dia mundur dari pernikahannya yang baru seumur jagung. Tapi dia selalu meyakinkan hatinya bahwa tidak ada rumah tangga yang tidak ada cobaannya.
Sesaat Pazel memikirkan sebuah cara agar dia tidak jadi bercerai dengan istrinya.
Kemudian dia ingat kalau tamannya pernah bercerita bahwa dia sudah mengucapkan talak untuk istrinya, tapi karena dia masih sayang pada istrinya dia tidak jadi menceraikan istrinya. Dia segera melakukan kewajibannya sebagai suami untuk membatalkan perceraian itu, karena masih dalam masa idah. Dia pun segera memberitahu Silvia akan hal itu.
"Sayang. Abang pernah dengar, kalau kita melakukan kewajiban kita sebagai suami istri, cerainya akan batal," ucap Pazel dengan memegang kedua tangan Silvia.
Tapi tangis Silvia semakin menjadi. "Aku tidak mau diduakan Bang. Aku tidak mau dikhianati."
Melihat tangis Silvia yang semakin menjadi, Pazel tersenyum kecil sambil mengelus kepala istrinya.
"Abang tidak menduakan kamu. Kamu jangan banyak pikiran. Lihat tubuhmu sudah kurus kering. Mulai sekarang kamu harus banyak makan dan jangan banyak pikiran, ok?" bujuk Pazel
"Lagi pula, kenapa kamu bisa berpikiran kalau Abang selingkuh. Ibu itu hanya salah bicara, kamu malah menanggapinya serius. Sekarang, hapus air mata kamu ya, Sayang? Abang gak mau lihat kamu kayak begini. Sekarang kamu mandi, ya. Abang mandiin ya, Sayang."
Melihat keseriusan Pazel, akhirnya Silvia luluh juga, baginya pernikahan itu sakral, tidak untuk main-main. Selagi bisa dia akan berusaha untuk mempertahankan rumah tangganya.
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, mereka melanjutkan ritual pembatalan perceraian.
Mereka melakukan kewajiban mereka malam itu sebagai pasangan suami istri yang sah.
Perasaan sedihnya berubah menjadi bahagia. Dia sangat mencintai suaminya. Wanita cantik dengan lesung pipi itu menatap suaminya yang tertidur pulas setelah menyelesaikan ritual malam yang indah itu.
Ditatapnya wajah tampan suaminya yang sedang terbang ke alam mimpi. Hidung mancung, kulit putih bersih tanpa ada bulu di wajahnya. Wajah inilah yang dulu membuat dia meninggalkan pekerjaan yang baru dirintisnya sebagai seorang desainer muda.
Pandangannya seketika dialihkan ke laci meja riasnya, karena dia mendengar suara getar dari tempat tersebut. Dia turun dari ranjang dan membuka laci meja riasnya. Ternyata benar. Di sana ada benda pipih milik suaminya. Ada satu panggilan tidak terjawab. Terdengar lagi ada notifikasi dari satu aplikasi
Matanya membulat membaca pesan dari aplikasi itu. Sayangnya dia tidak dapat membuka aplikasi tersebut. Namun dia sudah dapat membaca pesan itu dengan sangat jelas.
Pagi harinya Pazel bersiap untuk ke kantor. Dia terlihat tegang. Dia mencoba menyembunyikan raut wajah kehawatiran yang terlihat di wajahnya.
Namun Silvia dapat menangkap sinyal wajah suaminya. Untuk itulah pagi ini dia berdandan dengan rapi. Untuk suatu misi yang akan ia jalankan.
Seperti biasa Silvia menyiapkan sarapan di meja makan. Kali ini dia ikut sarapan tanpa banyak bicara dan menghiraukan mertuanya.
Mertua Silvia yang bernama Rohana hanya menatap anak dan menantunya secara bergantian. Kali ini dia menjaga agar mulutnya tidak bicara sembarangan dengan mengisi mulutnya dengan nasi goreng buatan Silvia tanpa henti.
Setelah sarapan, Pazel pamit untuk berangkat ke kantor. Dia tidak terlalu memperhatikan Silvia yang sudah berpakaian rapi, karena ingatannya sudah ada di tempat lain. Dia berjalan menuju ibunya dan mencium tangan ibunya, setelah itu dia mencium kening Silvia. Silvia pun tidak lupa untuk mencium punggung tangan suaminya sebelum berangkat bekerja. Itu dia lakukan setiap Pazel berangkat bekerja, agar rezeki suaminya selalu diberkahi dengan do'a darinya sebagai seorang istri.
"Apakah ini yang terakhir kalinya aku bisa mencium tanganmu, Bang? Karena aku sudah tidak merasakan kehangatan tanganmu yang dulu lagi. Mungkinkah ini suatu pertanda," batin Silvia
Rohana yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik Silvia merasa sedikit heran. Karena tidak biasanya Silvia berdandan rapi. Apalagi ini masih pagi.
"Biasanya jam seperti ini dia masih pakai daster. Kenapa hari ini dia rapi sekali? Mau ke mana dia? Apa dia akan meninggalkan rumah ini? Jika dia pergi, siapa yang akan mencucikan pakaianku dan Pazel? Siapa yang masak dan beres-beres rumah? Enak ada dia dirumah, pagi-pagi sudah ada sarapan, pakaian tinggal terima bersih. Kayak ada pembantu gratis. Dia juga gak banyak neko, kayak pembantu-pembantu kurang ajar itu. Untung mereka bekerja belum sebulan. Jadi aku gak perlu membayar mereka saat mereka berhenti," gerutunya dalam hati. Wajah Bu Rohana menampakkan berbagai macam ekspresi. Kadang tersenyum, kadang bersungut seperti orang marah.
Setelah Pazel keluar, mertuanya yang selalu ikut campur urusan anak dan menantunya itu bertanya. "Kamu ga jadi pergi kan Silvia?" tanya Bu Rohana.
"Ngga, Ibu."
"Alhamdulillah, tapi kamu mau ke mana pagi-pagi sudah rapi?"
"Aku mau ke pasar membeli bahan makanan kita Bu. Aku pamit ya Bu." Silvia mencium tangan mertuanya dan menyambar tasnya yang ada di meja. Bergegas dia keluar, karena ojek Online yang dia pesan sudah menunggu.
Bab 1 Maaf karena tadi Abang emosi
22/01/2024
Bab 2 Menguntit
22/01/2024
Bab 3 Perkenalan
22/01/2024
Bab 4 Jangan panggil aku Mas Dok
22/01/2024
Bab 5 Terpergok sedang selingkuh
22/01/2024
Bab 6 Terima kasih atas nasehat Dokter
22/01/2024
Bab 7 Berebut kaca mata
22/01/2024
Bab 8 Terungkap satu rahasia
22/01/2024
Bab 9 Sadar kalau sedang di jebak
22/01/2024
Bab 10 Aku bukan menantumu lagi
22/01/2024
Bab 11 Ibu sambung rasa ibu kandung
22/01/2024
Bab 12 Kedatangan sahabat
22/01/2024
Bab 13 Dituduh perempuan tidak benar
22/01/2024
Bab 14 Belum pernah memegang kaki wanita lain
22/01/2024
Bab 15 Merasa di awasi
22/01/2024
Bab 16 Terjatuh di kamar mandi
22/01/2024
Bab 17 Bertemu malaikat penolong
22/01/2024
Bab 18 Berkenalan dengan malaikat penolong
22/01/2024
Bab 19 Di luar ekspektasi
22/01/2024
Bab 20 Memberi kejutan
22/01/2024
Bab 21 Saatnya memberi pelajaran
22/01/2024
Bab 22 Dengan selingkuhannya maksud ayah
23/01/2024
Bab 23 Jangan gue penasaran
23/01/2024
Bab 24 Menerima surat cerai dan undangan
05/02/2024
Bab 25 Dicium paksa
08/02/2024
Bab 26 Dilecehkan mantan
08/02/2024
Bab 27 Menghadiri acara pernikahan mantan
09/02/2024
Bab 28 Kejutan
10/02/2024
Bab 29 Kejutan 2
11/02/2024
Bab 30 Bertemu Kaila
12/02/2024
Bab 31 Bertemu calon mertua
17/02/2024
Bab 32 Menerima lamaran
18/02/2024
Bab 33 Senangnya dijaga dua orang ayah
19/02/2024
Bab 34 Penyesalan mertua
20/02/2024
Bab 35 Persiapan pertunangan
20/02/2024
Bab 36 Kekacauan di acara pertunangan
21/02/2024
Bab 37 Kekacauan dua
22/02/2024
Bab 38 Kekacauan tiga
23/02/2024
Bab 39 Seharusnya kita langsung menikah saja
07/03/2024
Bab 40 Dasar laki-laki tidak bersyukur
08/03/2024