/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
"Mas Adam, aku mau kita bercerai!" seru Fani dengan santai tanpa beban.
Adam yang tengah memainkan tangan mungil putrinya terkejut, ditatapnya wajah istrinya yang baru pulang dari kemarin. Adam mencium kening Sasa putrinya yang baru berumur satu bulan itu.
"Maksud kamu apa, Yang. Sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Adam lembut memapah istrinya untuk duduk di tepi ranjang.
"Aku serius, Mas. Aku mau pisah!" kata Fani sambil menatap Adam.
"Yang, kalau ada masalah kita bicarakan baik-baik tidak seperti ini. Apa karena aku enggak mentransfer uang kemarin kamu marah terus minta pisah sama aku," ujar Adam dengan mencoba tenang menghadapi wanita yang begitu dicintainya.
Fani menatap pria yang sudah hampir dua tahun itu menjadi suaminya, tapi sayangnya Adam hanya seorang dosen lepas. Sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhannya selama ini, walaupun ia mencintainya. Namun, hampir satu tahun ini Fani sudah selingkuh dari suaminya.
Fani yakin kalau Sasa anak Adam karena selama ia selingkuh dengan Raka, tidak pernah melakukan hubungan intim. Wanita itu sudah berjanji setelah melahirkan akan meminta pisah dari Adam.
"Bukan, tapi aku mau pisah karena aku sudah ada pria lain," ucap Fani santai.
Adam terdiam, ia begitu ingat sudah berapa kali diperingatkan oleh Devan kalau Fani ada main di belakangnya, tetapi karena rasa cinta yang mendominasi ia mengabaikan apa yang di katakan sahabatnya itu.
Wajah yang tadinya terlihat santai dan tenang, sekarang Fani bisa melihat rahang suaminya mengeras dan terdengar suara gemeretak dari giginya menahan marah.
Kedua tangan Adam mengepal untuk tidak sampai hilang kendali dengan apa yang didengarnya langsung dari mulut wanita yang hampir dua tahun ini menjadi istrinya.
"Tinggalkan dia, aku akan menerima mu lagi demi Sasa," kata Adam dengan wajah dingin.
"Keputusanku sudah bulat, Mas. Maaf selama ini belum pernah menjadi istri dan ibu yang baik buat mu dan Sasa," ucapnya sambil menatap Adam, "semoga kamu dapat perempuan yang baik sepertimu."
Fani berjalan menuju ke lemari dan mulai mengambil kopernya, saat wanita itu sudah selesai mengemas pakaiannya dia segera meninggalkan Adam dan putrinya di kamar. Perempuan itu terkejut saat membuka pintu ada Mirna mertuanya.
"Fani Mama mohon, Nak. Jangan tinggalkan Adam dan putrimu, kasihan dia masih kecil masih membutuhkan asi dan kasih sayang seorang Ibunya," kata Mirna sambil menangis.
"Maaf Mam, ini sudah jadi keputusan Fani. Lagian Sasa tidak pernah aku kasih asi, jadi Mama enggak usah khawatir," ucap Fani
Tiba-tiba Wanita paruh baya itu bersujud di depan Fani, memohon supaya tidak meninggalkan putra dan cucunya, tetapi apa di kata Ibu dari bayi itu melangkah keluar meninggalkan mertuanya yang sedang terduduk di lantai dengan tangis pilunya.
Adam yang baru keluar dari kamar hendak mengejar Fani langkahnya langsung terhenti saat melihat wanita yang sudah melahirkannya terduduk di lantai sambil menangis.
"Mama," kata Adam terkejut
"Adam kamu kejar Fani, Nak. Tolong kamu bujuk dia untuk kembali ke rumah, Dam," ucapnya dengan suara melemah sedetik kemudian Mama Mirna pingsan di dekapan putranya.
Dari tangga Nadia terkejut melihat apa yang terjadi, ia langsung menghampiri Om dan Neneknya sambil berucap, "Ada apa ini?" tanya Nadia
"Nadia mana Rangga?" tanya Adam dengan wajah khawatir.
"Ada apa Om?" Rangga bertanya saat sampai di dekat kamar Adam.
"Angga tolong Nenek pingsan," kata Adam panik.
"Om tenang saja, sayang kamu ambil air putih kasih ke Om Adam biar tenang!" titah Rangga
Tanpa menunggu lama Nadia segera menuju dapur untuk mengambil air buat Adam yang terlihat shock saat melihat neneknya pingsan. Gadis itu segera kembali ke ruang atas, dia menatap pria yang terlihat sedih saat ini.
/0/3300/coverorgin.jpg?v=20250120140908&imageMogr2/format/webp)
/0/16375/coverorgin.jpg?v=e56af4b1eb7de8d02d28ff39bff2e150&imageMogr2/format/webp)
/0/7181/coverorgin.jpg?v=02e2309afd9e880864f952ad2dce18d3&imageMogr2/format/webp)
/0/26437/coverorgin.jpg?v=7defb1e099e0469d5d8b819df5e17a97&imageMogr2/format/webp)
/0/20189/coverorgin.jpg?v=b7deb36926a430a8e6c2e9b1ef3f5ab6&imageMogr2/format/webp)
/0/15938/coverorgin.jpg?v=59c6ca5eeba18378adc4c852a8d8f203&imageMogr2/format/webp)
/0/20947/coverorgin.jpg?v=ab10417d839e86efa38945687e702b18&imageMogr2/format/webp)
/0/28486/coverorgin.jpg?v=20251201182532&imageMogr2/format/webp)
/0/3442/coverorgin.jpg?v=0a56bfc676e163a82416d76a1a12aa4d&imageMogr2/format/webp)
/0/23719/coverorgin.jpg?v=b0f31d54efa502ed420aea6fbd79536b&imageMogr2/format/webp)
/0/20183/coverorgin.jpg?v=e68f92e0bd9403ae9542515c81ab2ee3&imageMogr2/format/webp)
/0/10982/coverorgin.jpg?v=d1deb3cc642b3b22d527c0877824c548&imageMogr2/format/webp)
/0/15756/coverorgin.jpg?v=21a1f6cc7c52f87c8b6bec46767b9984&imageMogr2/format/webp)
/0/18016/coverorgin.jpg?v=c433198e5cf2153ea10bac61cea62a83&imageMogr2/format/webp)
/0/4237/coverorgin.jpg?v=d5c82edae8e3ddb94afa88c3aac83db7&imageMogr2/format/webp)
/0/18915/coverorgin.jpg?v=42c00b78c9227407354760d92aebd1c6&imageMogr2/format/webp)