Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
DILEMA SUAMI BAYARAN

DILEMA SUAMI BAYARAN

diara_di

5.0
Komentar
283
Penayangan
23
Bab

Barra Farzan, lelaki muda yang sudah menyandang status duda. Semua terjadi begitu saja, ia tak menyesal. Namun Barra mulai bosan dengan hidupnya yang selalu pahit, ada keinginan untuk bahagia. Memiliki istri secara benar adalah cita-cita Barra. Mimpinya di aminkan oleh semesta, gadis cantik putri dari konglomerat ibukota benar-benar jatuh dalam pesona Barra. Hubungan yang sempat ditentang itu akhirnya lolos ke jenjang pernikahan seperti apa yang Barra bayangkan setiap malam. Barra menegak manisnya kesempurnaan akad, di dampingi dua keluarga. Ini bukan mimpi, ini benar terjadi. Khayalannya terlaksana, sampai hubungan mereka berhasil diresmikan. Di atas pelaminan, Barra mencuri-curi kecupan di bibir Astra. Keduanya tertawa bahagia. Tanpa Barra sadari seorang wanita berjalan menuju altar pelaminan. Dipenuhi amarah. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Astra. "Dasar pelakor! wanita murahan! Aku ini masih istrimu, Mas. Kamu tega meninggalkan aku dan Beby?" Astra juga Barra terdiam beku, semua pasang mata menatap penuh intimidasi pada Barra dan Astra. Siapa yang tak sensitif saat kata 'pelakor' disebutkan? Rahasia apa yang Barra sembunyikan? Akankah keduanya bisa menjalani kehidupan sepasang suami-istri layaknya rumah tangga lain? Atau Barra akan habiskan hidupnya sebagai suami bayaran? Happy reading. Novel karya diara_di

Bab 1 Prolog

Keinginan Barra tak banyak, ia tahu diri. Tuhan belum membekali Barra dengan harta berlimpah. Barra hanya ingin istri cantik luar dalam. Istri yang bisa menerima Barra lahir dan batin. Sebelum memulai pencariannya, Barra memohon izin untuk mencari pendamping hidup pada dua adik dan ibunya. Satu-satunya orangtua yang Barra miliki.

Jika ada kata yang bisa mendeskripsikan seorang Barra, mungkin adiknya akan mengatakan strong brother. Atau mungkin superhero, atau bisa juga malaikat. Ya, karena mereka tak pernah tahu apa yang Barra lakukan. Yang mereka tahu Barra adalah kepala keluarga yang nyaris sempurna, ia bekerja keras untuk keluarga. Ketika di rumah, Barra juga tak segan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

"Saya akan membayar 1 milyar jika kau bersedia menikahi anakku secara hukum dan agama."

Otak dan hatinya tak sinkron. Menikah tapi dibayar, ini jelas salah. Hati kecil Barra berkata tidak, ini bukanlah hal yang benar. Tapi isi kepalanya mendorong Barra untuk menerima tawaran tersebut. Tawaran menggiurkan itu sukses merontokkan keteguhan iman Barra.

Siapa yang tak khilaf ketika diiming-imingi sejumlah uang dengan nominal yang begitu banyak. Barra bekerja sebagai staf disalah satu perusahaan kecil dengan gaji UMR. Bukan tak cukup lagi, tapi sangat kurang untuk hidup Barra dan keluarga. Ia harus pontang-panting mencari pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Barra telah menjual seluruh harta peninggalan sang ayah demi mengobati penyakit Ibunya.

"Baik, saya bersedia." Ucap Barra lantang. Ia pikir ini adalah rejekinya, pantang menolak rejeki yang datang.

Kepala Barra kini sudah dipenuh dengan angka. Tiga ratus juta untuk operasi ibu, empat ratus lima puluh juta untuk beli rumah, seratus lima puluh juta untuk buka rumah makan. Sisanya akan ia gunakan untuk biaya pengobatan rutin sang Ibu dan sekolah adik-adiknya. Barra tak peduli dengan siapa ia akan menikah. Mungkin ini memang akhir pencariannya, Tuhan mengabulkan permohonannya. Barra sangat yakin melakukan itu, ia tanda tangani secarik kertas yang diberikan Tuan Hiro padanya, tanpa membaca terlebih dahulu. Barra hanya membawa badannya saja, bahkan harga diri Barra sudah dibeli oleh Tuan Hiro.

Pria tersebut mendatangi rumah mewah sore hari sepulang bekerja. Sebelumnya Barra sudah mengabarkan pada Alby kalau ia ada lembur sampai pagi. Motor vespa jadul milik Barra melaju membelah jalanan sempit. Ia harus melewati jalan tikus untuk menghindar dari razia polisi. Maklum saja, motor tua itu sudah lama mati pajak.

Sesekali Barra berhenti mengecek alamat dengan benar. Satu blok lagi Barra akan sampai ke alamat tujuan. Ia kembali berhenti sesaat, di depan pagar besi yang tingginya mencapai dua setengah meter. Pagar tersebut berwarna coklat berhias aksen ukiran bunga berwarna emas. Barra kembali menggeser layar ponselnya.

Tiga kali ia mengulangi membaca alamat tersebut, tetap sama. Tiba-tiba Barra merasa grogi, bukan karena ia akan ijab qobul. Melainkan gugup karena ia akan memasuki istana. Seumur hidup Barra, baru sekali ini ia berada di titik terdekat dengan rumah mewah.

Pertama yang di lakukan Barra adalah, turun dari motor dan menyentuhkan ujung jarinya ke gerbang tersebut. Barra mencium harum aroma uang di sana, seketika hatinya bersorak gembira. Setelah dibawa masuk oleh seorang satpam, Barra diserahkan pada penata busana. Didandani ala pengantin, ya jelas. Kan emang dia mau nikah. Hehe.

Barra mematut dirinya di cermin kaca. Sempurna, pujinya pada ketampanannya sendiri. Seorang ibu paruh baya membawa dirinya ke ruangan besar, sudah ada penghulu dan saksi. Tak banyak manusia yang hadir di sana, Barra masa bodo. Ia tak mengenal satupun. Tibalah waktu Barra mengucapkan janji pernikahan. Ijab qobul pernikahan seharusnya menjadi momen sakral pengikat hubungan. Tapi mereka mempermainkan itu. Barra clingukan mencari sosok gadis yang di klaim calon istrinya. Fokus Barra teralih saat Pak penghulu memberi secarik kertas robekan, benar-benar tak ada niat. Kertas berisi nama mempelai pria yang tak lain adalah dirinya, dan mempelai perempuan.

Annisa yuzawa, gadis yang akan sah menjadi istri Barra beberapa detik lagi. Dari namanya sudah cantik, Barra berharap dapat uang juga dapat gadis cantik. Gadis blasteran Jawa dan Jepang. Barra sudah menduga-duga kalau ia akan dapat gadis sempurna, hidupnya akan berubah menjadi sultan dalam semalam. Yey. Teriak Barra kegirangan di dalam hati. Tanpa memikirkan alasan dibalik pernikahan bayaran itu.

"Saya terima nikah..."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah."

"Alhamdulillah."

Seorang Bapak memimpin do'a, setelahnya gadis cantik itu berdiri di depan Barra, mencium punggung tangannya. Namun ada yang aneh, Barra seperti merasakan basah di punggung tangannya setelah dikecup gadis itu. Ah mungkin hanya perasaannya saja.

Semua orang bubar, termasuk orangtua Annisa.Barra tak paham, lagi-lagi Barra bersikap tak acuh. Lagian ia sudah dapat perempuan cantik. Hanya tinggal Annisa, Barra dan asisten rumah tangga di rumah megah bak istana itu.

"Ayo, Mas. Ke kamar." Ajak Annisa.

Baru ini Annisa bicara sejak dua jam lalu mereka bertemu. Barra menyipitkan mata, lumayan agresif menurutnya. Saat di kamar, Annisa yang memulai memimpin permainan. Barra bersiap menembakkan senjatanya. Ia tegang, gugup dan ada rasa takut menyakiti sang istri. Ini pengalaman pertama bagi Barra, ia akan serahkan keperjakaannya pada istri sementara. Baru ia tarik napas pelan.

Sleepp! Annisa lebih dulu memasukkannya. Tanda tanya kedua, meski Barra belum pernah melakukan itu, tapi naluri lelakinya bisa membaca. Ronde pertama berlangsung selama 1.5 jam, bukankah itu waktu yang luar biasa untuk sekali klimaks? Tentu saja. karena dalam waktu sepanjang itu Barra dua kali mencapai puncak, sedangkan Annisa baru sekali. Barra terjatuh lemah di sisi tubuh polos gadisnya. Ia duduk mencari bercak merah, benar. Ternyata Annisa bukan perawan. Barra tak ambil pusing, karena ia memang berlaku sebagai suami bayaran.

Annisa tak banyak bicara, tapi sikapnya aneh menurut Barra. Baru saja Barra akan terlelap, tangan Annisa sudah kembali mengusik kejantanannya. Dia bermain agresif. Ronde kedua dimulai. Pertahanan Annisa begitu kuat, sesi kedua berjalan lebih lama. Istirahat tiga puluh menit, lagi. Barra diusik tidurnya. Semalam penuh mereka bercinta. Barra sampai kewalahan. Paginya dia harus mengirim surat izin ke perusahaan tempatnya bekerja, badannya seperti patah tulang. Seluruh sendinya terasa pegal.

Hal seperti itu terjadi selama tiga hari, dan selama itu Barra tak masuk kantor. Ia juga tak pulang kerumah. Barra rasa ada yang mereka sembunyikan, Barra ingin melarikan diri dari sana. Hari ke empat Barra menyandang gelar suami, tepat hari minggu. Barra bisa gunakan untuk kabur jika ia tak bisa istirahat.

"Den, ada Tuan besar ingin ketemu." Panggil Bi Sumi. Sial, Barra benar-benar sial. Keinginan kabur harus ia kubur, Tuan Hiro memberi ancaman keras pada Barra. Secarik kertas yang dibubuhi tanda tangannya sore itu ternyata surat perjanjian pernikahan. Barra terikat pernikahan itu selama satu tahun, ia tak bisa lari. Setelah satu tahun, ia baru bisa bebas. Awalnya Barra berpikir akan mempertahankan pernikahan itu. Namun setelah mengarungi bahtera rumah tangga selama empat hari, Barra menyadari ada yang tak beres.

Tuan Hiro sudah mengirimkan surat resign ke tempat Barra bekerja. Shok! Satu kata yang menggambarkan kondisi Barra sekarang. Dia tidak bisa berbuat apapun, nyatanya Tuan Hiro sudah membeli tubuh dan harga diri Barra selama satu tahun. Barra bergidik takut membayangkan waktu selama itu. Baru jalan hari ke empat saja Barra sudah kena demam. Apalagi satu tahun.

Tuan Hiro mengulurkan botol berukuran sedang, warnanya gelap jadi Barra tak bisa menebak maksud dan tujuan Tuan Hiro dengan botol itu. Barra meringis malu setelah membaca lebel yang ada di bagian luar. Tapi kenapa Tuan Hiro sampai memberinya obat kuat. Terlalu rumit untuk Barra mengerti keluarga konglomerat itu. Annisa terlihat menuruni tangga, seperti biasa ia selalu pasang wajah datar.

"Mas, ayo ke kamar." Ajaknya. Selalu saja kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Barra merasa tak sanggup kalau harus melayani istrinya itu, badan Barra masih terasa remuk. "Nanti malam saja, An. Masih ada Tuan Hiro di sini." Jawab Barra pelan dan lembut.

Tuan Hiro sudah hendak membuka mulut, entah kalimat apa yang akan diucapkan. Tapi hanya menguap. Mereka langsung panik saat senjata sudah ada di tangan Annisa. Barra mendekat, pelan ia ambil senjata itu dan ia bawa Annisa ke kamar atas. Menuntaskan gairah yang tak mampu Barra puaskan.

Akankah Annisa melepas Barra setelah perjanjian itu selesai? Atau justru mereka terlibat skandal hubungan gelap?

Bersambung..

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh diara_di

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku