DILEMA SUAMI BAYARAN
endap seperti seorang maling. Ia sangat hati-hati untuk mencapai pintu keluar, tak ingin gerakan
. Ia khawatir Annisa akan menyanderanya lagi, sehingga r
nnisa tampak biasa saja. Ia tak mencari keberadaan suami ketiganya. Entah bagaimana bisa seseorang berubah dalam waktu sesingkat itu. Kema
sannya Barra telah kabur dari rumah tersebut. Yang menjadi hal utama adalah ketenangan Annisa. Kini perempuan te
Denis yang menemani belanja. Denis adalah suami kedua Annisa, ia me
ahami kondisi kesulitan bagi orang-orang menengah kebawah. Selain lebih mudah untuk ditekan dan diancam,
memiliki paras yang hampir mendekati kata sempurna. Dari ketiga pria yang menjaba
lima pagi, namun ia ketiduran. Alhasil ia terbangun kesiangan, Ibu dan dua adikny
dari usahanya mencari pundi-pundi rupiah untuk m
g telah dibayar untuk menjadi budak seks Annisa. Namun pek
satpam kantor yang hafal dengan
dulu ya Pak." Barra berlalu cepat meninggalkan s
menangkap jarum jam yang telah menunjuk pukul setengah sepuluh. Akan tetapi, seluruh pegawai
akan naik ke lantai berikutnya. Keresahan menumpulkan akal Barra, ia tak mengingat bahwa Astra calo
prokk
h ke kanan-kiri setelah menginjakkan kaki di lantai lima belas, ia ngibrit ber
kalau dia menjabat sebagai Pimpinan?!!" Sindiran pedas menyambut kedatangan Barra Farzan. Astra yang kala itu berada di
roperti tersebut. Ia Kakak tunggal dari Astra Bustomi. Ia terkenal
mencondongkan sedikit tubuhnya untuk memberi hormat, lalu ia mengungkapkan permintaan ma'
Zen melontarkan kalimat pedas, Barra semakin menciut. Astra berus
malukan Barra." Bisik A
demi sedikit, dengan kep
atakannya datar, tak lagi menggunakan intonasi
yang ikut tegang menyaksikan tontonan gratis depannya. Banyak juga yang menahan untuk tak mengeluarkan suara tawanya. Mereka ingin mentertawakan reaksi Ba
luruh furniture, bersihkan seluruh toilet di sana dan.. satu lagi, setelah sele
aan. Lalu, apa sebutan yang cocok untuk seorang Barra Farzan yang kini diganjar dengan hukum
ngin sekali ia menolak dan meng
as Zen lagi. Ia tak membiarkan calon adik iparnya semena-mena. Hanya dirinya
ju ruangan cleaning servis untuk mengga
sa mengerjakan semua itu. Namun yang tak biasa adalah besarnya lant
at kantor. Termasuk Astra di dalamnya. Astra menyusul Barra yang tengah
disanggah. Zen melarang keras Astra membantu Barra, den
ang jauh dari kata bijak tersebut. Astra yakin, Z
en, memasuki ruangan masing-masing. Sedangkan
kain pel. Ia sangat kelelahan hari itu, usai membuatkan
ya. Barra terlalu lemah untuk mengamati wajah para petinggi. Barra menyandarkan punggung di dinding dan me
a menemukan tubuh Barra teronggok di lantai yang menurutnya kotor. Miris, ia bersyukur bukan Zen yang menemu
n untuk Barra. Astra membangunkan pria tersebut, kemudian dengan langkah sempoyongan Ba
kan menuju restoran yang ada di mall tersebut. Ia tahu Barra menghabiskan banyak energi untuk melakukan semua aktivitas hu
Astra hanya menemani, ia sudah kenyang melihat cara Barra meny
tersendat, Barra menarik lengan Astra dengan gerakan cepat. Bersembunyi di balik maneken.
?!" Tanya Astr
ihat dengan jelas kalau Annisa memergoki dirinya. Ia menggapit lenga
t. Barra sangat takut kalau i