Andrean Kenzo seorang bandar narkoba yang dijodohkan dengan gadis cantik Tita Shanum, untuk mendapatkan cinta Tita Shanum, dia bersaing dengan musuh bebuyutannya. Siapa yang akan dipilih Tita ketika dia tahu ayahnya yang ia patuhi ternyata bukan ayah kandung.
Tanpa beringsut dari tempat tidur, Aku menjawab pertanyaan ayah.
"Iya, Ayah,"
Kurasakan tangan kekar ayah mengusap kepalaku, lantas mengecupnya.
"Semoga bahagia, Nak,"
Mampukah aku menerima perjodohan ini, pilihan ayah kuyakin tak salah tapi tanpa cinta? Bisakah?
**
Dengan tergopoh kumasuki kelas, telat 3 menit. Beruntung pak Hadi belum masuk kelas.
"Tumben lu kesiangan?"
Aku menunjuk sepatu yang basah, menjawab tanya Rani. Sambil terus meniup niup sepatu.
"Abis ngapain lu?"
"Angkot sialan tadi brenti pas dijalan berlubang, masuk tuh kaki gue"
Kudengar Rani tertawa namun segera berhenti karena pak Hadi mengucap uluk salam dari luar.
"Tita, coba tulis jawaban peer kemarin," kata pak Hadi memerintahku. Aku langsung berdiri dan maju. Tanpa berlama-lama aku tulis semua jawaban pekerjaan rumah kemarin.
"Jawaban yang sama dengan Tita, berarti bener ya," seru pak Hadi.
Riuh suasana kelas, ada yang berseru "Yes" ada pula yang mengeluh "Hadah" dan itu artinya tidak dapat mengikuti ulangan matematika kali ini. Begitulah konsep pak Hadi dalam mengajar kami. Tak ikut ulangan maka harus ikut belajar dengan kelas lain yang sedang belajar matematika juga namun beda guru. Tak perduli itu kelas berapa. Dan pastinya malu jika dimasukan ke kelas 10.
Yang tersisa di kelas hanya 26 orang dari jumlah siswa 37 orang. Yang tidak mengikuti ulangan disebar di beberapa kelas.
"Siap semuanya, fokus, ada hadiah hiburan bagi yang berhasil menjawab benar semua, " kata pak Hadi mengumumkan.
"Horee...,"
"Pasti yang dapet, Shanum lagi," celetuk Rani. Aku menyenggol siku tangannya.
"Siapapun pokoknya"
Pak Hadi hanya memberikan waktu satu jam dalam menjawab soal ulangan. Aku, hanya butuh 25 menit saja untuk menjawab tujuh soal ulangan matematika ini. Bagiku, matematika itu ilmu pasti, satu ditambah satu harus dua jawabannya selain itu salah. Berbeda dengan Bahasa.
"Sudah satu jam, kumpulkan selesai tidak selesai."
Seisi kelas bergeming, menunggu hasil ulangan tadi. Bertanya-tanya siapa yang mendapat hadiah dari guru yang bagi sebagian siswanya itu killer.
"Oke, ada dua orang yang akan bapak kasih hadiah kali ini. satu, karena dia benar semua. kedua, karena progres siswa ini meningkat luar biasa,"
Semua saling pandang, siapa siswa yang dimaksud pak Hadi.
"yang benar semua sudah gak asing lagi, Tita Shanum, dan yang kedua Devan Adrian."
what???? Devan Andrian? Siswa paling konyol di kelas ini.
Dia siswa yang paling seneng bikin aku keki. Rani senggol-senggol tanganku sambil berbisik "cie"
"ayo, Tita sama Devan kemari," panggil pak Hadi. Aku dan Devan menghampiri, Alhamdulillah dapat bingkisan dari guru yang beda dari yang lain itu.
"Terima kasih, Pak."
***
Depan gerbang sekolah, sudah menunggu seorang cowok berpenampilan rapi. Meski wajahnya terlihat seram tapi dia tampan.
"Siang, Ta," sapanya menyunggingkan senyum.
"Siang, Ken."
"Kamu gak kuliah?" tanyaku sambil masuk ke mobil pajero putih.
"Sudah ko,"
Agak kaku aku duduk di sebelah Kenzo, Dia sesekali melirikku. Ah, ayah kenapa ayah jodohkan aku dengan cowok kulkas macam Kenzo. Harus aku terus yang memulai pembicaraan dengan topik yang aku sendiri males cerita.
"Kenapa kamu mau dijodohkan sama saya?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir cokelat kehitaman Kenzo.
"Ayah gak akan salah pilih." kujawab sambil melempar muka ke samping kiri. Lantas kudengar Kenzo tertawa renyah sekali.
"Bapakmu salah, Ta, aku gak sebaik yang kalian kira"
Aku hanya menyimpulkan senyum menanggapinya. Tak mungkin juga lelaki soleh mengaku soleh, pikirku.
"Mau makan dulu?" tawarnya.
Aku mengangguk, "Boleh"
Kenzo memarkirkan mobilnya di sebelah timur caffe terdekat dari rumahku.
Pas keluar dari mobil, Kenzo dihampiri dua orang lelaki berperawakan atletis sama seperti Kenzo.
"Bos, biasa ya, " kata mereka sambil tos.
"Beres," sambut Kenzo.
Lantas mereka berbisik yang entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti aku tak mau tahu urusan mereka dulu.
"Have fun, Bos," ujar mereka sambil pergi.
"Mari, Neng," pamit mereka. Aku cuma tersenyum ke arah mereka.
"Temen-temen saya itu,"
Kuanggukan kepala merespon ucapan Kenzo.
Acara lunch bersama Kenzo, menyenangkan buatku. Sejauh ini aku masih yakin Kenzo lelaki baik. Meski sedikit terlihat sedikit seram. Apalagi melihat rekannya, bertato semua.
Diperjalanan pulang, dia lebih sibuk dengan ponselnya. Sepertinya ada sedikit masalah.
"Kenapa?"
"Biasa, anak buah gue rese,"
What, anak buah? aku mulai berpikir aneh, ah tapi dia kan memang pengusaha. meski entah aku belum tahu apa usahanya.
"Eu, maksudku temen nyebelin. Dia janji mau bayar utang ternyata gak jadi," kilahnya mengetahui keherananku. Mulutku membentuk huruf O.
"Mampir dulu, kan?" tanyaku ketika mobil sudah depan rumahku.
"Aku buru-buru, salam buat orangtuamu."
"Baik, Terima kasih buat hari ini. Kamu hati-hati ya"
"Siap, makasih, Ta."
**
Hari perlahan beranjak menjadi petang lalu berganti malam. Entah kenapa hatiku masih cerewet mengingat Kenzo. Ayah seyakin itu menjodohkan aku dengan Kenzo.
Semoga dia lelaki yang terbaik pilihan ayah. Ups, aku teringat sesuatu. Aku harus mengisi mading besok. Aku segera mengambil kertas hvs lalu kutulis sebuah prosa.
Jika pagi, senyum tersimpul seumpama teduh. Memaknai tentangmu adalah asa. Apa kabar, hati? Tiada warna yang sia-sia manakala tawa-tawa indahmu membersamai langkah yang menyandingkan jejak.
Jika senja memulangkan segala penat itu, mungkin saja ingin bermanja cerita tentang isi kepala.
Dan hening masih setia menyambut mimpi-mimpi yang berserakan layaknya bunga-bunga setaman, indah ... indah dan selalu harum semerbak
Majalengka, Juni 2022
Done, semoga pak Ragung suka. Guru bahasa Indonesia itu sangat selektif memilih karya yang akan dipasang di mading sekolah. Aku sebagai pengurus punya tanggung jawab dan andil di dalam nya.
Kulihat jarum jam menunjukan pukul 22.23 wib. hoam, pantesan mataku mulai mengantuk. Astaghfirullah, aku belum sholat isya. Bergegas aku ke kamar mandi mengambil air wudhu. Maafkan aku, Tuhan. Aku sering lalai dalam ibadahku, aku tak layak masuk syurga tapi aku pun tak mau masuk neraka. ya Allah izinkan aku terus menghirup udara dunia, agar aku bisa memperbaiki diri. Sukur-sukur bisa menebus dosaku yang kian menggunung. Tetapkan imanku, lahaula wala Kuwata ilah billah...
Kuakhiri doaku dan bersiap tidur, tapi ...
Suara notif whatsapp bunyi, ada pesan masuk dari aplikasi hijau itu.
[Sudah tidur?] pesan dari Kenzo.
[Baru mau, kenapa? tumben amat.]
[Lagi ingin chat saja, sudah belajar kamu? ]
[Sudah]
[tidurlah]
[Kamu juga, see u]
[Dah]
Kumatikan ponselku, agar terhindar signal radiasi. Tak lupa kupadamkan lampu agar tidurku terlelap.Lupa, aku belum minum obat. Kembali turun mengambil obat dan meminumnya, semoga Allah menyembuhkan sakitku. Bismiks Allahumma ahya wabismika amut.
Bab 1 Perjodohan
15/07/2022
Bab 2 Tempat kerja Tita
15/07/2022
Bab 3 Kenzo marah
15/07/2022
Bab 4 Balas dendam
15/07/2022
Bab 5 Stalking Rio
15/07/2022
Bab 6 Perjanjian
15/07/2022
Bab 7 Curiga
15/07/2022
Bab 8 Gundah
15/07/2022
Bab 9 Mimpi Yang Absurd
15/07/2022
Bab 10 Prank
15/07/2022
Bab 11 Rio bilang suka
12/08/2022
Bab 12 Pertarungan
13/08/2022
Bab 13 Rencana
14/08/2022
Bab 14 Kenzo dan baikan
15/08/2022
Bab 15 Kecewa
26/08/2022