Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Boom!
Suara ledakan di tengah kota terdengar sangat keras.
Rupanya ledakan itu berasal dari pertarungan yang saat ini sedang terjadi di tengah kota.
Lebih tepatnya, bisa dibilang itu adalah pengepungan.
"Jangan menyerah teman-teman! Kita pasti bisa menjatuhkan dia!" ucap Lingling, yang tak lain adalah sahabat seorang pemuda yang saat ini sedang mengamuk itu.
"Tapi Ling, rasanya kurang yakin. Jujur saja, kekuatanku sudah semua aku kerahkan," ucap Lee.
"Iya aku tahu. Aku juga sudah mengerahkan seluruh kekuatan yang aku miliki. Tapi Lee, kita harus berusaha menyadarkan kembali kesadaran Limdong. Limdong itu sahabat kita Lee! Aku rela jika memang harus mengorbankan nyawa ini demi menyadarkan Limdong kembali."
Lingling kembali melesat ke arah Limdong untuk menyerang.
Lingling tetap gigih walaupun seluruh tubuhnya sudah babak belur akibat pertarungan ini.
Boom!
Boom!
Suara ledakan terus terdengar.
"Baiklah, Teman-teman! Aku minta tolong pada kalian semua. Karena hanya kita sajalah yang tersisa. Kalau Limdong tidak segera sadar, maka bisa-bisa Limdong akan mengamuk ke seluruh tempat. Akan ada lebih banyak lagi korban berjatuhan," ucap Lee pada sekumpulan orang itu.
"Tapi Lee, lihatlah! Kebanyakan dari kita nampaknya sudah tidak sanggup lagi untuk meneruskan pertarungan ini. Kekuatan Limdong saat ia mengamuk seperti ini sungguh di luar nalar," ucap salah satu orang dari kelompok itu.
"Kalau kalian merasa sudah tidak sanggup lagi, maka kalian segera menjauh dari sini. Sementara biarkan aku dan Lingling yang mencoba menahan Limdong. Kalian bisa beristirahat untuk memulihkan kekuatan kalian." Lee juga ikut melesat ke arah Limdong. Lee sudah memantapkan hatinya bahwa ia akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Lingling.
Karena apa? Ya, Karena mereka bertiga adalah sahabat sedari kecil. Setiap saat selalu bersama.
Dan saat ini, Lee tidak akan berdiam diri melihat sahabatnya itu yang sedang mengamuk.
Akibat amukan Limdong, keadaan kota rusak parah.
Untungnya, walaupun banyak korban namun tidak ada satupun yang kehilangan nyawa. Itu karena semua orang di sana mampu bekerja sama dengan baik untuk mengungsikan warga lainnya seperti wanita, anak-anak, dan juga orang lanjut usia.
"Argh...!" teriak Lingling. Ternyata ia terpental akibat pukulan dari Limdong.
"Lingling...!" Lee langsung berlari ke arah Lingling untuk menahan tubuhnya agar tidak membentur tembok bangunan.
"Jangan terlalu memaksakan diri. Sebaiknya kita coba atur strategi untuk menyerang Limdong," ucap Lee.
Lee lega karena ia masih sempat menyelamatkan Lingling.
"Tapi Lee, kalau kita tidak terus menahannya bisa-bisa Limdong pergi dan mengamuk di tempat lain. Kita harus bisa menahannya sampai bantuan dari Guru datang," jawab Lingling.
"Iya aku tahu. Tapi Ling, lihatlah keadaan kita. Dan coba kau lihat keadaan mereka semua. Kalau kita terus bertarung dengan kondisi yang seperti saat ini, aku takut akibatnya akan fatal," ucap Lee.
"Sebaiknya suruh saja semua orang mundur. Biarkan aku sendiri yang akan berusaha menahan Limdong. Kamu juga, istirahatlah bersama yang lainnya," ucap Lingling.
Lingling memang terkenal dengan kegigihannya. Gadis ini sangat keras kepala. Dan Lee sangat paham dengan sifat yang dimiliki gadis cantik di hadapannya saat ini.
"Tidak! Aku menolak usulanmu. Biarkan aku ikut denganmu menahan Limdong."
Lee juga bersikeras akan menahan Limdong sampai guru mereka datang.
Tapi, saat mereka sedang berdiskusi ada bola cahaya melesat ke arah mereka.
Pertahanan yang dimiliki Lee dan Lingling tidaklah kuat. Karena energi yang mereka miliki sudah tinggal sedikit. Mereka sudah bertarung kurang lebih selama dua jam penuh. Dan lagi, lawan yang mereka hadapi kekuatannya sepuluh kali lipat.