Vindreya Sanjaya, gadis cantik berusia 17 tahun itu dijuluki sebagai gadis genit nan bobrok. Dengan sifat bobrok dan tak tahu malunya, dia selalu mendekati dua laki-laki teman kelasnya yang dijuluki sebagai pangeran kelas karena ketampanannya bak pangeran. Berbagai cara telah Vindreya lakukan untuk menaklukkan hati pangeran kelasnya. Namun, semua tidak berjalan mudah. Kenzo, si pangeran hitam yang dingin dan anti sosial begitu sulit untuk didekati. Elvano, si pangeran putih dengan bakat luar biasa di bidang seni dan keramahannya membuat dia digandrungi oleh banyak gadis sehingga memaksa Vindreya harus bersaing. Entah sudah berapa banyak kejadian kocak, menyedihkan bahkan menegangkan selama Vindreya memperjuangnya cintanya. Hingga pada akhirnya, sebuah momen yang disebut takdir mampu mendekatkan ketiga insan itu. Saat di mana Vindreya akhirnya sadar pada siapa sebenarnya dia jatuh cinta, bertepatan dengan Kenzo dan Elvano yang juga jatuh cinta pada Vindreya hingga membuat semuanya menjadi semakin sulit. Ketiga insan itu terjebak dalam sebuah kisah cinta segitiga yang rumit. Begitu banyak air mata yang tumpah, pengorbanan dilakukan, bahkan kemungkinan untuk melepas cinta. Lalu, apakah cinta sejati tetap akan bersatu pada akhirnya? Apakah semua tangis dan pengorbanan yang hampir merenggut nyawa akan terbayarkan dengan kisah yang manis?
Vindreya, gadis cantik berkulit putih itu membuka perlahan kedua matanya. Dengan mata sayup-sayup, dia mengubah posisinya yang tadi tidur terlentang, kini duduk di atas sebuah ranjang empuk. Dia melihat ke sekelilingnya. Ruangan yang sedang dia tempati itu tampak asing.
"Aku di mana?" Vindreya menggaruk kepalanya sambil terus menoleh ke kanan dan kirinya.
Prang!
Vindreya terperanjat kaget. Sepertinya itu adalah panci yang tanpa sengaja jatuh ke atas lantai. Karena merasa penasaran, gadis itu beranjak lalu berjalan dengan mengendap-endap kemudian keluar dari kamarnya.
Tak jauh di depan Vindreya, tampak seorang lelaki asing sedang membungkukkan badannya untuk mengambil panci yang baru saja terjatuh. Laki-laki itu lalu tak sengaja menoleh ke sisi kirinya dan melihat Vindreya sedang berdiri dengan raut wajah bingung sekaligus takut.
Laki-laki berambut hitam dengan sorot mata tajam itu tersenyum. Lalu, entah bagaimana bisa Vindreya mendadak mematung dengan perasaan bahagia yang sulit dideskripsikan. Rasanya seolah-olah senyuman dari laki-laki itu telah sejak lama dinantikan oleh indera penglihatan Vindreya.
"Pagi, Sayang," ucap laki-laki itu.
"Eh? Sa--sayang?" Vindreya kaget. Mengapa laki-laki itu memanggilnya dengan sebutan 'sayang'? Mereka bahkan tidak saling mengenal.
"Maaf, ya. Pasti gara-gara aku jatuhin panci, kamu jadi kebangun, ya?"
"Em, itu ...." Vindreya menggaruk kepalanya sambil memalingkan wajah dari laki-laki asing itu.
Laki-laki itu berjalan kemudian menarik salah satu kursi di meja makan lalu meletakkannya di sebelah Vindreya.
"Ayo, duduk." Laki-laki itu memegang lembut kedua bahu Vindreya.
Vindreya sekarang malah dibuat semakin takut. Selain memanggilnya 'sayang', laki-laki itu juga berani menyentuh Vindreya seolah-olah Vindreya adalah miliknya.
Masih dengan perasaan tidak tahu apa-apa, Vindreya menurut saja dan menjatuhkan bokongnya di atas kursi. Laki-laki itu berbalik badan lalu menyalakan kompor dan mulai memasak.
Kedua tangan Vindreya saling menggenggam erat di atas pahanya. Apakah tidak apa-apa jika dia berbicara dengan orang asing? Ah, untuk apa berpikir panjang lebar? Jika dia diam, maka tidak akan ada pertanyaannya yang terjawab.
"Em, ma--maaf. Kamu siapa, ya?" tanya Vindreya dengan ragu.
"Hahaha." Laki-laki itu masih sibuk memasak dan betah sekali membelakangi Vindreya. Tampaknya dia tidak tahu sudah berada di level mana rasa bingung Vindreya sekarang.
Laki-laki itu mengecilkan nyala api kompor lalu berjalan sambil tersenyum hangat pada Vindreya. Sesampainya di depan gadis itu, laki-laki itu berlutut sambil menggenggam kedua tangan putih Vindreya.
"Vindreya, nggak apa-apa kalo kamu masih belum bisa ingat aku. Aku juga nggak masalah kalo aku harus berkali-kali memperkenalkan diri aku sama kamu ... karena aku suka sama status aku sekarang."
Vindreya hanya diam, tetapi alisnya semakin merapat bahkan hampir bertaut. Dia semakin bingung.
"Vindreya Sanjaya, aku adalah Kenzo, suami kamu."
"Hah?!" Vindreya terperanjat kaget dengan mata melotot. "Su--suami? Kamu suami aku? I-itu artinya aku istri kamu? Kita udah nikah? Tapi ... aku nggak ingat semua itu."
Laki-laki bernama Kenzo itu tersenyum. "Iya, Sayang. Untuk saat ini kamu memang nggak ingat sama semua itu. Tapi, aku nggak akan pernah nyerah untuk kembaliin semua ingatan kamu tentang kita."
"Apa yang udah terjadi sebelumnya? Kenapa aku nggak bisa ingat apapun?"
"Kamu kecelakaan dan akhirnya hilang ingatan."
Vindreya menatap curiga pada Kenzo. Apa benar dia hilang ingatan? Apa benar Kenzo adalah suaminya?
Kenzo melebarkan senyumannya lalu mengacak-ngacak rambut Vindreya. "Tunggu sebentar, ya. Dikit lagi sarapannya siap. Ingat, kamu adalah istri aku dan mulai besok kamu yang akan menyiapkan makanan. Kalo kamu butuh bantuan apapun itu, beritahu aku karena aku bisa lakuin segalanya."
Vindreya hanya mampu tersenyum kaku. Kenzo bangkit lalu kembali melanjutkan aktivitas memasaknya.
"Em, a--aku mau ke kamar mandi," izin Vindreya sembari beranjak pelan dari kursinya.
Kenzo lagi-lagi berjalan menghampiri Vindreya lalu meraih tangan gadis itu kemudian menariknya lembut.
Vindreya menahan tangannya. "Eh, mau ke mana?"
"Tadi katanya mau ke kamar mandi, 'kan?"
"Apa harus berduaan juga di kamar mandi?"
"Ahaha. Kamu ini polos banget, ya. Enggak, Sayang. Emangnya kamu ingat di mana kamar mandinya?"
Vindreya menggeleng pelan.
"Nah, makanya aku anterin kamu."
"Tapi kamu bisa tunjukkin di mana kamar mandinya."
"Memang." Kenzo melepas genggaman tangannya lalu berjalan ke belakang Vindreya kemudian memeluk gadis itu. "Tapi aku suka selalu berada di dekat kamu."
Vindreya tersenyum. Mengapa dia tersenyum? Bukankah tadi dia begitu takut dan bingung pada laki-laki asing yang sedang memeluknya dari belakang itu? Entahlah. Yang Vindreya tahu, dia merasa nyaman berada di dalam dekapan Kenzo. Apa ini artinya yang Kenzo katakan bahwa dia adalah suami Vindreya itu benar?
.
Kenzo dan Vindreya tiba di depan kamar mandi. Kenzo melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum memperhatikan tiap keindahan yang terpancar di wajah sendu Vindreya.
"Masuk sana. Aku bakal tunggu di sini," kata Kenzo.
"Hah? Em, nggak perlu ditungguin. Aku bisa balik sendiri ke dapur nanti. Takutnya juga masakan kamu nanti gosong gara-gara nungguin aku."
"Kamu nggak suka makanan gosong?"
"Hah?"
"Ahaha." Kenzo tersenyum gemas lalu mengacak-ngacak rambut Vindreya. "Oke, aku akan balik ke dapur sekarang. Tapi, hati-hati ya karna di dalam kamar mandi itu ada cermin angker."
Vindreya seketika merinding dengan mata yang membulat sempurna. "Eh? Se--serius?"
"Ahaha." Kenzo lagi-lagi tertawa melihat ekspresi Vindreya yang tampak begitu polos. "Enggak, Sayang. Aku bercanda. Udah, sana masuk."
Vindreya mengangguk pelan lalu masuk ke kamar mandi, sementara Kenzo kembali ke dapur untuk memasak.
Di dalam kamar mandi, Vindreya melihat ke kanan dan kirinya, juga ke langit-langit. Semuanya masih saja terasa asing. Dia masih belum bisa mengingat apapun.
"Huft .... Ada di dunia mana sebenarnya aku sekarang?" tanya Vindreya pada dirinya sendiri.
Gadis itu melihat sebuah cermin yang berada cukup jauh di sisi kanannya. Oh, iya. Dia baru teringat bahwa dia juga tidak tahu seperti apa wajahnya. Dia berjalan mendekati cermin lalu melihat pantulan wajahnya di sana.
Vindreya tersenyum. "Aku cantik juga, ya." Dia kemudian tertawa kecil.
Dia tampaknya betah sekali memperhatikan wajah cantiknya di cermin. Namun, semakin lama dia melihat cermin, wajah cantiknya malah berubah aneh. Berubah menjadi wajah gadis lain. Tiba-tiba ....
"Hai, Vindreya," sapa seorang gadis berambut pendek sebahu dengan dahi yang ditutupi oleh poni. Entah bagaimana bisa dia tiba-tiba muncul dari balik cermin.
"Aaa!" teriak Vindreya yang terkejut bukan main.
Badan Vindreya bergetar hebat. Dia tahu gadis di balik cermin yang baru saja menyapanya itu bukanlah dirinya. Dia ingat sekali tadi wajahnya tidak seperti itu di cermin. Lalu, mengapa sekarang tiba-tiba muncul wajah gadis lain di cermin? Gadis itu bahkan bisa menyapa Vindreya. Benar-benar menyaramkan. Vindreya sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari, tetapi malah dicegah oleh gadis di balik cermin itu.
"Tunggu, Vindreya. Kamu tenang aja. Jangan takut. Jangan pergi dari sini sebelum aku memperkenalkan diri aku," ucap gadis di balik cermin itu.
~bersambung
Bab 1 Tak Mengenali Apapun
19/12/2021
Bab 2 Tunangan Vindreya
19/12/2021
Bab 3 Berada di Antara Dua Laki-laki Asing
19/12/2021
Bab 4 Mengetahui yang Sebenarnya
19/12/2021
Bab 5 Kembali ke Dunia Nyata
19/12/2021
Bab 6 Pangerannya Vindreya
19/12/2021
Bab 7 Tugas Berpasangan
19/12/2021
Bab 8 Jauhi atau Mati
19/12/2021
Bab 9 Kematian Pak Toni
19/12/2021
Bab 10 Kedatangan Ayah Elvano
19/12/2021
Bab 11 Hari Pertama PDKT Pada Kenzo
25/12/2021
Bab 12 Kau Adalah Budakku
25/12/2021
Bab 13 Yang Lain Tidak Boleh Tahu
25/12/2021
Bab 14 Budaknya Vindreya
25/12/2021
Bab 15 Makan Malam Bersama Elvano
25/12/2021
Bab 16 Sama-sama Suka
25/12/2021
Bab 17 Maaf
25/12/2021
Bab 18 Di Bawah Hujan
25/12/2021
Bab 19 Kencan
25/12/2021
Bab 20 Rasa yang Berbeda
25/12/2021
Bab 21 Belajar Bersama
25/12/2021
Bab 22 Aku Mencintainya
25/12/2021
Bab 23 Dia Hanya Milikku
25/12/2021
Bab 24 Tangan untuk Tidur Lelap
25/12/2021
Bab 25 Maaf, Aku Juga Mencintainya
25/12/2021
Bab 26 Sakit Hati
25/12/2021
Bab 27 Terjebak dalam Kisah yang Rumit
25/12/2021
Bab 28 Memandangnya
25/12/2021
Bab 29 Kejutan untuk Vindreya
25/12/2021
Bab 30 Target Selanjutnya
25/12/2021
Bab 31 Membatalkan Rencana
27/12/2021
Bab 32 Menjaganya
27/12/2021
Bab 33 Diam Tanpa Dia
27/12/2021
Bab 34 Dipenuhi Tentang Kenzo
27/12/2021
Bab 35 Mencintai Vindreya
27/12/2021
Bab 36 Hanya Berdua
27/12/2021
Bab 37 Pengganti Nyawa
27/12/2021
Bab 38 Membela Kenzo
27/12/2021
Bab 39 Momen Manis di Hari Valentine
27/12/2021
Bab 40 Restu
27/12/2021