Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kontrak Cinta Dengan Iblis

Kontrak Cinta Dengan Iblis

Shasa Keylo

5.0
Komentar
1.2K
Penayangan
33
Bab

Aluna menyelamatkan seorang pria yang hendak bunuh diri. Namun satu kebenaran mengejutkan yang tidak diketahui gadis berusia 18 tahun itu adalah, pria yang ditolongnya merupakan seorang iblis. Iblis itu memperkenalkan diri sebagai Denias, Denias menyamar sebagai manusia untuk melakukan kontrak dengan manusia supaya mendapatkan kekuasaan di Negeri Barat. Ketika Denias mengajukan kontrak bersama Aluna, Aluna yang tak tahu dan langsung menyetujuinya. Selama kebersamaan dengan Denias, Aluna menemukan berbagai macam rahasia tentang segala pertanyaannya selama ini. Mau tahu apa rahasianya? Yuk, saksikan novel ini sampai selesai.

Bab 1 Pertemuan

"Gue pengen 10 unit mobil Lamborghini dengan kualitas brended dan bergengsi, 20 motor sport keluaran baru, 15 rumah mewah yang dibangun dengan emas yang mengkilat. Gimana?"

Mata Denias pun seketika dibuat membelalak sempurna oleh penuturan seorang pria yang sebelumnya sempat ingin mengakhiri hidup-nya gara-gara dibully miskin itu. Pria dengan pakaian yang sudah hampir mendekati kata gembel itu pun, tampak tersenyum dengan memperlihatkan gigi-gigi hitam-nya.

Beginikah cara manusia berpikir? Sungguh, hal ini benar-benar diluar dugaan Denias. Sebab, sebenarnya Denias juga memilih untuk menargetkan pria gembel itu tentunya bukan tanpa alasan. Melainkan akibat pria itu yang tampak akan bunuh diri dan benar-benar telah kehilangan harapan akan dunia dan kehidupannya lagi. Jadi, Denias pikir jika pria itu memang telah putus asa, pastinya akan dengan mudah bukan? Bagi Denias untuk memerintahkan pria itu agar menandatangi kontrak dengan dirinya.

Terlebih lagi, biasanya orang-orang yang sudah putus asa dengan hidupnya. Jika diberikan satu kesempatan lagi, tentunya mereka pasti hanya akan meminta kebahagiaan terus terjadi di sisa hidup mereka. Lalu, kehidupan mereka hingga akhir hayat itu bisa berkecukupan.

Akan tetapi, bagaimana dengan pria putus asa yang ada di hadapannya saat ini? Sepertinya sekarang Denias telah salah dalam menentukan target sasaran untuk kesekian kalinya.

Yang benar saja! Mungkinkah Denias harus mengeluarkan banyak uang demi mempertahankan pria gembel itu? Tidak! Sungguh, keputusan ini bukanlah suatu opini yang merujuk pada kebenaran, tentunya.

"Tunggu, Bapak Boni! Bukankah tadi anda sudah akan menyerah pada hidup ini? Tapi, kenapa sekarang anda justru meminta barang-barang yang begitu mahal itu kepada saya?" tanya Denias yang ingin mendengarkan alasan mendasar sang pria gembel itu.

Kembali, pria gembel yang bernama Boni itu, menunjukkan sederet gigi tak rapi-nya kepada Denias.

"Benar sekali. Awalnya gue emang udah bertekad buat bunuh diri aja. Karena ngerasa gak sanggup kalo harus tetap bertahan hidup saat orang-orang nge-hina gue yang miskin ini. Mereka selalu ngebanding-bandingin gue sama gaya hidup mereka. Gue dikucilkan. Hati gue bener-bener sakit saat orang-orang bilang gue gembel," jelas Boni yang sepertinya lebih tepat dikatakan sebagai curcol. "Lu kan emang gembel!" sahut Denias dalam hatinya.

Denias pun sekarang tampak memokuskan dirinya untuk memperhatikan dan mendengarkan secara baik-baik setiap gerakan serta penuturan yang dikatakan oleh Boni.

"Gue emang udah mau nyerah sama keadaan dan hidup gue yang sial ini. Tapi, pas lo nemuin gue. Terlebih lagi, lo bilang lo iblis yang pengen buat perjanjian kontrak sama gue. Yah, gue gak bisa nolak ini dong. Iblis kan bisa lakuin apa aja, jadi kesempatan banget dong buat gue, minta apa aja yang gue pengen. Lagipula apa berat-nya sih permintaan gue. Cuman beberapa barang doang. Lo kan iblis, bisa dong tinggal petik jari langsung nongol in benda-benda yang gue minta," sambung Boni yang sekarang semakin memperpanjang lebar senyumnya.

Apa?! Modal petik jari bisa keluar in mobil-mobil?! Sungguh! Mendengar penuturan itu, ingin sekali rasanya Denias melempar tubuh pria gembel itu ke dalam laut merah, sekarang juga!

Adegan-adegan tak masuk akal itu tentunya hanya ada dalam kartun dan dongeng-dongeng yang tentunya hanyalah sebuah fantasi belaka.

'Dasar manusia idiot! Mata duitan!' batin Denias yang mulai mengeluarkan kata-kata makian-nya.

Tidak tau lah manusia itu! Bahwa sebenarnya jika iblis memberikan sesuatu kepada manusia, maka semua itu akan dipotong dari gaji yang biasanya diberikan setahun sekali pada seluruh iblis-iblis oleh raja mereka.

Lalu, semua gaji itu juga tergantung dari seberapa banyak mereka bisa melakukan perjanjian kontrak dengan manusia. Semakin banyak kontrak akan semakin besar gaji yang di dapat tapi jika tidak mendapatkan kontrak seperti Denias yang tidak pernah mengerjakan pekerjaan dari Raja itu, maka tidak akan ada sepersen pun iblis itu mendapatkan gaji.

Untunglah, Denias terlahir dari keluarga yang harta-nya tidak akan habis meski tujuh turunan, mengkorupsi-nya. Terlebih lagi, Denias adalah anak tunggal. Kedua orang tuanya telah meninggal semenjak beratus-ratus tahun yang lalu. Maka dari itu, Denias akhirnya merasa tidak perlu dengan uang gaji dari Raja. Sebab, harta di rumahnya saja sudah banyak. Lalu, untuk apa lagi ia bekerja?

Denias pun lalu mengalihkan tatapannya sejenak kepada pria gembel yang ada di hadapannya itu.

"Baik. Silahkan anda cari saja iblis yang lain. Yang bisa memenuhi seluruh nafsu iblis anda itu!" tekan Denias.

Setelah itu, Denias pun lalu melangkah pergi, meninggalkan pria gembel yang sudah kehilangan akal sehatnya itu. Daripada semua uang dan pikirannya akan terkuras sia-sia oleh pria gembel itu. Keputusan untuk meninggalkan pria itu pergi, menurut Denias adalah keputusan yang sudah paling tepat.

"Eh! Iblis! Lo mau kemana?! Kan lo mau tanda tangan gue! Sini! Gue tanda tanganin tapi lo harus janji kasih gue barang-barang yang gue minta dulu. Baru gue tanda tangan," tutur Boni dengan sedikit menaikkan nada suara-nya.

Namun, Denias. Pria itu justru tampak tak perduli lagi dengan ocehan pria gembel itu. Yang pasti, sekarang Denias harus mencari tempat yang bisa membuat dirinya menjadi tenang.

Hingga jika bisa, Denias melupakan segala kegagalan yang ia dapatkan 2 hari belakangan ini.

****

Di lain sisi, seorang gadis kini tampak berdiri secara tiba-tiba dari sofa ruang tamu-nya. Tatapan mata-nya yang semula tampak tenang kini telah berubah menjadi penuh berapi-api.

"Sudahlah, Aluna. Sekarang, kamu duduklah di samping Mama. Sebentar lagi, serial drama yang kita gemari akan tayang perdana malam ini. Mungkinkah kau akan melewati drama ini dengan wajah dan hati yang kesal?" Cika berucap tanpa memandang ke arah anak gadisnya itu. Mata coklat teduh itu, kini tampaknya begitu fokus pada tayangan televisi berisikan cara-cara memasak Lobster.

"Mah! Mamah gak bisa diam dan tutup mulut terus kayak gini! Aku perlu tau, siapa Papah aku dan di mana dia sekarang! Kalau emang Mamah punya masalah sama Papah! Itu bukan berarti aku juga harus terserat sampai-sampai gak bisa tau wajah dan rupa Papah aku sendiri, kan?! Aku udah dewasa, Mah! Umur aku udah 18 tahun! Bukan lagi anak kecil yang bisa Mamah bohongin terus-menerus!" balas Aluna dengan sedikit menaikkan nada suara-nya.

Saat ini, Aluna lagi-lagi membahas soal di mana keberadaan Papah-nya kepada Cika. Sungguh, sudah terhitung 20 kali Aluna terus menanyakan perihal Papah-nya dalam 3 hari belakangan ini.

Bukan tanpa alasan, Aluna menanyakan hal itu. Melainkan, Aluna merasa iri dan sedih saat seringkali matanya menyaksikan bagaimana kekompakkan ayah dan anak perempuannya.

Hening. Cika seketika memilih untuk bungkam dan menolak agar merespon pertanyaan dari sang anak. Hal itu tentu saja, memancing amarah bagi Aluna yang masih belum bisa mengontrol emosi-nya.

Hingga tak beberapa saat setelahnya, Cika pun mulai membuka suara dengan mata yang berbinar-binar saat memandang ke arah televisi itu.

"Aluna! Lihat, sayang! Film-nya sudah akan mulai! Cepatlah duduk di samping, Mamah! Intinya, kita harus benar-benar menikmati film ini! Biar kita bisa kasih review terbaik di ig-nya. Siapa tau kita bisa dapatin giveaway-nya, kan?" tutur Cika yang setelahnya berusaha menarik pelan lengan Aluna, agar duduk di samping dirinya.

Namun, dengan cepat. Aluna justru menghempaskan tangan Cika yang sebelumnya menggenggam pergelangan tangannya itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Aluna pun lalu bergegas mengambil kunci motor matic-nya dan langsung melangkah keluar tanpa pamit kepada sang Mama.

Brak! Dengan sengaja, Aluna membanting pintu depan rumahnya itu. Sedangkan Cika, wanita itu hanya mampu menggelengkan kepalanya, berusaha memaklumi tingkah kekanakan dari anak gadis-nya itu.

"Belum saat-nya kamu tau, Aluna." gumam Cika dengan tersenyum tipis.

****

"Apa sih yang sebenarnya berusaha untuk Mamah sembunyikan dari aku?! Kenapa aku gak boleh tau tentang ayah aku sendiri?! Kenapa Mamah selalu mengelak kalau aku bahas soal Ayah! Siapa ayah aku sebenarnya?! Dan kenapa Mamah seperti enggan buat cerita tentang Ayah ke aku?!"

Kini, Aluna pun tampak mengeluarkan seluruh unek-unek yang sudah ia pendam selama ini.

Sebuah gedung berlantaikan 14 itu pun, menjadi tempat biasa bagi Aluna untuk menenangkan dirinya.

Berdiri dengan menangkupkan kedua tangannya di pagar pembatas rooftop itu, serta mendengarkan suara semilir angin yang menerpa wajah dan kulitnya. Tentu saja hal itu yang berhasil membuat Aluna selalu merasa tenang saat berada di sana.

Namun, ternyata kali ini. Sepertinya ia tidak akan sendiri. Sebab, dari kejauhan. Aluna dapat melihat bahwa ada seseorang yang berdiri di tempat Aluna biasanya berdiri.

Awalnya, Aluna berniat mendekati pria itu dengan melangkah perlahan saja. Akan tetapi, saat melihat pria itu mulai memanjat pagar pembatas rooftop itu. Lalu, membentangkan kedua tangannya seperti siap untuk melompat pun. Membuat Aluna seketika berlari cepat ke arah pria itu.

Tidak! Aluna tidak akan pernah membiarkan ada orang yang mudah sekali menyerah pada hidupnya! Terlebih lagi, putus asa itu justru membuat otak seseorang hilang kendali seperti sekarang ini.

Sungguh, Aluna tidak akan sampai membiarkan percobaan bunuh diri ini berhasil. Dengan sigap, Aluna lalu mencengkram erat lengan pria itu saat Aluna rasa sang pria akan melompat ke bawah.

Dengan mengerahkan seluruh tenaga yang ia miliki, Aluna akhirnya berhasil menarik pria itu untuk turun ke bawah.

Meski akhirnya justru pria itu harus jatuh tersungkur ke bawah lantai rooftop.

"Kamu! Kamu udah kehilangan akal sehat kamu?! Kamu gak lihat gimana lantai ini yang punya 14 tingkat! Kamu gak mikirin gimana kalo orang-orang bakalan trauma sama jalan dan gedung ini pas tau ada kejadian bunuh diri! Putus asa boleh! Tapi untuk nyerah, jangan! Putus asa itu sikap iblis! Emang kamu mau berteman sama iblis?!" bentak Aluna dengan memberikan petuah demi petuah-nya yang sepertinya lebih tepat dikatakan sebagai ocehan penuh amarah itu.

Namun, sang pria yang mendengar kalimat terakhir yang dikatakan oleh Aluna pun seketika menjadi ambigu.

"Berteman sama iblis? Lah, gue kan emang iblis, tolol!" gumam Pria itu yang sialnya di dengar oleh Aluna.

"Hah? Iblis? Maksudnya?" tanya Aluna heran yang langsung membuat pria itu menjadi salah tingkah.

*****

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku