Kontrak Cinta Dengan Iblis
an membawaku k
g ada di sampingnya itu dengan kedua tangan
mulai mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu. Semul
ak kesulitan saat menarik seatbelt itu pun. Tiba-tiba
g berada di sisi Aluna itu. Tubuh Denias yang condong dan begitu dekat dengan
ia hembuskan. Bahkan keringat dingin pun ti
t 35 detik. Barulah, seatbelt sialan itu be
gaimana mungkin Aluna bisa tenang dan merasa baik-baik saja saat lelaki dengan w
?! Gadis mana yang akan bersikap biasa saja saat ada sosok lelaki tampan tiba-tiba ber
afas pun, dengan jelas. Nafas hangat itu terasa begit
a pun. Langsung saja turut memasangkan seatbelt untu
sampingnya yakni Aluna. Tidak seperti biasanya,
pertanda bingung pun seketika te
kah ada sesuatu yang sudah membuatmu terganggu? Atau, apa ada seseorang yang sudah menyakitimu
ucap dari mulut Denias pun, Aluna seke
annya! Kau! Kau adalah pelakunya, Denias! Hatiku tiba-tiba terluka karena dirimu yang secara tiba-tiba juga mendekatkan dirimu dengan diriku! Aku tersakiti Denias! Jantungku tiba-tiba berdegup ta
ini Denias mendengar dengan begitu jelas apa yang terucap di
sa tidak konek dan tidak paham dengan a
rlu memeriksanya. Jangan sampai hal buruk terjadi padamu. Apalagi jika hal buruk itu sampai terjadi akibat kelalaian diriku. Jadi, keputusan akhirnya. Kita
i-nya pun, lalu langsung saja mengangguk-anggukkan kepalan
. Dan feeling diriku, sepertinya aku lagi merasakan penyakit jantung turunan. Kata dokter, penyakit jantung bisa menyebabkan kematian. Jadi, sepertinya aku memang harus di bawa k
g saja menginjak pedal gas mobil-nya, membelah j
ngendarai mobilnya itu pun, seketika membuat
Denias justru membawa mobilnya dengan kecepata
dipadati oleh berbagai macam kendaraan. Lalu, mengap
ia ini ingin membunuh dirinya?!
itu sebelum nantinya, Denias justru m
KAMU MAU BUNUH AKU?!" teriak Aluna yang lan
ota itu pun, samar-samar mendengar teriak
IN UNTUK TIBA DI RUMAH SAKIT. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN SESUATU BURUK TERJADI PADAMU!"
termakan dengan dramatisasi-nya yang palsu itu. Dengan cepat, Aluna
KU GAK KENAPA-NAPA! AKU BAIK-BAIK AJA! SEMUA ITU CUMAN CANDAAN AKU DOANG, DENIAS! JADI,
ang ada dalam bayang-bayang benaknya saja p
ereka pun, sekarang melaju dengan kecepatan tak kalah tinggi dari
dunia..." gumam A
a begitu takut, jika nanti justru dirinya harus merasa, rasa sak
terasa remuk saat ini juga. Namun, beber
itu, pikiran Aluna pun seketika melayang kemana-mana. Mungkinkah sekaran
ur Denias lembut lagi tulus. Mendengar suara itu
a saat melihat penampakan,
n, Denias? Kita s
**