Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Gadis berambut berombak sepunggung itu, berjalan dengan langkah terburu-buru. Rok pendek sepaha miliknya seraya menghalanginya berjalan. Baru pertama kali dalam hidupnya memakai rok pendek yang membuatnya sangat risih.
Vita Alista memeluk tumpukan buku di dadanya dengan tangan kanannya Dan tangan kiri menarik-narik ujung rok yang semakin tertarik ke atas saat dia berjalan. Belum lagi sepatu high heels tinggi yang membuatnya semakin tak bisa berjalan cepat.
Aku harus cepat sampai, Ini hari pertama aku mencari tempat magang. Dan semoga saja perusahaan teman papa aku itu bisa menerimaku. Semoga saja dia bisa menerima, agar aku tidak susah lagi cari magang. Gumam Vina.
Tap.. Tap...Tap
Langkah kecil gadis kecil itu berjalan semakin cepat, dan terburu-buru, tanpa menatap di depannya.
Brukkk..
Dia menebrak seorang bertubuh kekar di balut dengan jas hitam mahal, yang melitas di depannya.
"Maaf.. maaf!!" ucap Vina menundukkan kepalanya tanpa berani menatap sosok laki-laki yang diam mematung di depannya.
"Lain kali kalau jalan pakai mata?" suara berat dan serak khas laki-laki itu membuat gadis kecil di depannya tertegun, dia menelan ludahnya kasar. Tubuhnya perlahan mulai bergetar merasakan aroma kemarahan dari laki-laki di depannya itu.
Apa yang aku harus lakukan, sekarang dia di depan aku. Jika dia marah, apa yang aku harus katakan padanya. Gumam Vina gugup, ia mencengkeram erat tumpukan buku di dadanya, memeluknya semakin erat.
Deg!
Jantung Vina berhenti berdetak sesaat, saat laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya, semakin dekat dan dekat. Dia seketika reflek berjalan mundur hingga tepat bersandar di dinding putih belakangnya. Hembusan napas beratnya mulai berkecamuk.
Pria di depannya menyandarkan tangan kirinya tepat di samping kepala Vina, dan tangan kanannya memegang dagu manis yang tertuduk, gemetar ketakutan. "Kamu gadis kecil kenapa kamu ada di sini. Ini bukan tempat kamu!!" Pria itu menarik dagunya ke atas menatap sosok wanita yang begitu polos dan terlihat sangat imut menggemaskan dengan rambut berombak terurai, mata hitam yang begitu indah, dengan bibir kecil tipis seksinya, di poles lipstik pink yang membuat pria itu menelan ludahnya, bibir kecilnya sangat menggoda. Dia hanya bisa hanya menelan ludahnya. Menahan hasratnya yang membara.
Tubuh pria itu terdiam kaku, baru pertama kali tubuhnya memberikan sinyal untuk gadis kecil yang baru saja dia temui ini. Hatinya mulai terketuk melihat sosok wanita.
"Tuan...." suara lembut dan pandangan mata gadis kecil itu membius wajah tampannya.
Gadis ini begitu manis, dia sangat menggemaskan.
"Kamu ada keperluan apa di sini?" tanya pria itu mengalihkan pandangannya, dan melepaskan tangannya dari dagu gadis kecil itu.
"Sebelum ya maaf tuan!! Aku tadi terburu-buru. Aku gak bermaksud menabrak, tuan!!" jelas Vina, menundukkan kepalanya. "Tapi tenang saja tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi." Vina terus memohon.
Pria itu menggeram kesal, "Aku tanya kamu ada keperluan apa di sini?" tanyanya dwngan nada kesal.
Vina mengernyitkan matanya, menghela napasnya kasar. "Saya ingin magang di kantor ini." ucap Vina tegas.
Apa ini anak dari tuan Luke? sepertinya begitu. Karena dia bilang nenyuruh anaknya magang di tempatnya.
"Oo.. Aku Alexander panggil saja, om Alex." Pria itu membalikkan badannya. "Cepat ikuti aku!!" ucapnya. Dia berjalan lebih dulu.
"I---iya, tuan!!" ucapnya gugup, melangkahkan kakinya semakin cepat mengikuti langkah kaki Alex yang semakin cepat berjalan di depannya.
"Kamu jangan terlalu gugup, karena kamu adalah anak dari teman kerjaku. Maka kamu panggil aku, om Alex saja."
Jadi ini teman kerja papa aku, kenapa dia masih sangat muda? Aku kira dia sudah berumur empat puluh tahunan. Ternyata dia jauh lebih muda dari yang aku bayangkan.
"Masuklah!!" Alex membuka pintu ruanganya, dan mempersilahkan Vina masuk lebih dulu. Vina tersenyum lembut di hadapan pria yang tadinya ia mengira jika dia jahat. Ternyata laki-kaki itu sangat baik. Langkah kaki Vina perlahan mulai masuk ke ruangan Alex, dan di susul laki-laki itu.
"Duduklah!!" pinta Alex.
"Iya, tuan.. Eh. Maksud aku, om." Vina menepuk-nepuk mulutnya yang keliru memanggil pria tampan di depannya itu.
"Kamu mau minum apa?" tanya Alex.
"Gak usah repot-repot. Saya hanya ingin berbincang saja soal magang, om."
"Baiklah!!" jawabnya segera duduk di kursi kerja, dengan ke dua tangan saling berpegangan, lalu ke dua siku itu menempel di meja kaca hitam di depannya.
"Umur kamu berapa?" tanya Alex.
"17 tahun, om!!"