/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
"Aku ingin keponakanmu Alena Geraldine, bisa kau berikan dia pada ku?" tutur seorang pria berparas tampan dengan senyum sinis menatap pria paruh baya dihadapannya.
Sambil menyilangkan tangannya, pria itu menatap dengan senyum sinisnya. Ia sangat yakin jika pria paruh baya dihadapannya itu pasti tidak akan menolak keinginannya.
"Tuan Azam, maaf Alena hanyalah gadis biasa, bagaiman jika putriku Nara dia—" ucap pria paruh baya itu, mencoba memberi jawaban pada pria bernama Azam namun langsung dipotong.
"Pak Hendro! Aku tidak butuh putrimu, yang aku inginkan adalah keponakan mu!" bentak pria bernama Azam itu dengan tatapan pembunuhnya.
Seketika pria paruh baya bermana Hendro itupun tertunduk takut. Keringat bercucuran membasahi wajahnya. Tubuhnya gemetar seketika ketika melihat sorot kemarahan yang ditampilkan oleh Tuan muda itu.
"Maaf Tuan saya hanya—" pria paruh baya itu mencoba kembali membuka suara akan tetapi, perkataannya lagi-lagi dihentikan oleh Azam.
"Aku tidak akan mengulangi lagi perkataan ku! Dan aku berharap Anda paham apa yang aku minta!" tegas Azam kini berkata tepat di depan wajah Hendro dengan tatapan tajamnya yang hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya.
"Ba-baik Tuan Azam," jawab Hendro terbata dengan tubuh yang semakin bergetar hebat.
"Bagus! Aku tunggu besok sore di rumah ku, jika kau tidak membawa keponakan mu itu. Maka bersiaplah, karena bukan hanya perusahaan mu yang hancur tapi kau juga akan aku hancurkan!" Azam tersenyum miring, seraya kembali keposisi dudunya.
"Zen, siapkan pernikahan ku besok sore!" ucapnya lagi kini pada sang asisten.
"Baik Tuan," jawab Zen patuh.
"Sampai bertemu besok sore Pak Hendro." Azam kembali berkata disertai dengan senyum denvilnya yang hanya dijawab dengan anggukan ketakutan dari pria paruh baya itu.
Pria berparas tampan itu pun bangkit dan berlalu. Meninggalkan pria paruh baya yang kini tengah ketakutan.
"Ya Tuhan bagaimana ini, kenapa dia malah meminta gadis bodoh itu!" tutur Hendro kesal mengapa yang dipilih oleh Azam adalah keponakannya dan bukan putrinya.
Sementara, di dalam mobil Azam tersenyum penuh kemenangan. Karena sebentar lagi balas dendamnya akan segera dimulai.
"Jonatan tunggu saja!" ucapnya dengan sorot mata penuh kebencian saat menyebut nama Jonatan.
Hendro pulang dengan wajah lesunya. Angan-angannya mendapatkan menantu kaya raya ternyata hanya mimpi semata.
Hendro yang semula begitu bersemangat setelah Zen tiba-tiba menelponya dan mengabarkan jika Azam ingin melamar salah satu gadis yang ada di rumahnya. Hendro sudah begitu percaya diri, jika gadis yang Azam inginkan adalah Nara sang putri.
Nyatanya kini pria paruh baya itu menelan kecewa. Karena ternyata gadis yang Azam inginkan adalah keponakannya.
Kini, Hendro tengah berkumpul bersama anak istri dan Alena keponakannya. Pria paruh baya itu harus segera memberi tahu Alena, tentang keinginan sang tuan muda. Hendro tak ingin Alena mengecewakannya sebab ia tahu jika Alena sudah memiliki kekasih.
Hendro tak ingin mempertaruhkan perusahaannya jika sampai Alena mengacaukan rencana Azam. Ancaman Azam tak pernah main-main dan Hendro tak ingin menyesal nantinya.
"Alena besok sore kau harus menikah dengan Tuan Azam," ujar Hendro tegas pada sang keponakan.
"Aku tidak mau Paman, aku sudah punya kekasih kami akan—" Alena mendongak terkejut, dengan nada sedikit meninggi.
Gadis itu, mencoba menolak keinginan sang paman namun langsung dipotong oleh sang paman.
"Cukup Alena! Saat ini kamu tidak dalam posisi untuk memilih!" bentak Hendro tak bisa dibantah.
"Tapi Pah! Nara lebih baik dari Alena mengapa bukan Nara saja yang menikah dengan Tuan muda!" ucap Marta istri Hendro yang juga terkejut akan keinginan sang tuan muda.
"Iya Pah, kenapa malah gadis kampung ini sih!" ketus Nara yang terlihat begitu kecewa.
"Mau ku juga seperti itu tapi, Tuan muda itu hanya menginginkan Alena!" Hendro menjabak rambutnya frustasi, karena pria itu juga menginginkan hal yang sama.
Pria itu juga sebenarnya ingin sekali putrinya yang dipilih oleh Azam. Namun, apa boleh buat Azam hanya menginginkan Alena.
"Besok sore Alena harus dibawa kerumah Azam, pria itu sudah mempersiapkan pernikahan mereka akan menikah sore itu juga," ucap Hendro tak terbantahkan.
Seketika Alena terduduk lemas, bagaimana bisa ia menikah dengan orang lain. Sementara, ada pria lain yang ia cintai.
/0/16613/coverorgin.jpg?v=c4ffa689ca8dcb36d6f52d94720ad1f6&imageMogr2/format/webp)
/0/13410/coverorgin.jpg?v=38a6ed5b9e7e5aedcfa336729d76a053&imageMogr2/format/webp)
/0/16152/coverorgin.jpg?v=3b8d9d0560ed479c600608ec0e0aa1cf&imageMogr2/format/webp)
/0/29596/coverorgin.jpg?v=9bec6c62baa21cbaf0bd7b6852e019ba&imageMogr2/format/webp)
/0/23544/coverorgin.jpg?v=a06ed9995a7154eadda89eead620367c&imageMogr2/format/webp)
/0/5941/coverorgin.jpg?v=0f18c60b915e229bc0dcc0f1e6e45480&imageMogr2/format/webp)
/0/27987/coverorgin.jpg?v=272c2e807e57e26c2832349472670439&imageMogr2/format/webp)
/0/20041/coverorgin.jpg?v=d3ae2b6c1b626d2e5ef8a039fdd81681&imageMogr2/format/webp)
/0/2839/coverorgin.jpg?v=a5453b0ae8ffb01a33039d54ea0e2ad2&imageMogr2/format/webp)
/0/16375/coverorgin.jpg?v=e56af4b1eb7de8d02d28ff39bff2e150&imageMogr2/format/webp)
/0/26401/coverorgin.jpg?v=643420a2065615c7d47606925588f864&imageMogr2/format/webp)
/0/27447/coverorgin.jpg?v=3b31b36cfa4efff0740dd4090ff9b257&imageMogr2/format/webp)
/0/29154/coverorgin.jpg?v=e763c94ff4ce6ef1df1eb3f9747ab363&imageMogr2/format/webp)
/0/29567/coverorgin.jpg?v=e1e6f4c1ad2829a6ed9bbd486a1e6590&imageMogr2/format/webp)
/0/20189/coverorgin.jpg?v=b7deb36926a430a8e6c2e9b1ef3f5ab6&imageMogr2/format/webp)
/0/13355/coverorgin.jpg?v=6ae1f5fdd0ce82ee6942cf82fd62eb3b&imageMogr2/format/webp)
/0/30480/coverorgin.jpg?v=3f557f368c588506159b881d047a610e&imageMogr2/format/webp)
/0/29051/coverorgin.jpg?v=03c9185fa22aa43f98f35e03092299da&imageMogr2/format/webp)
/0/3300/coverorgin.jpg?v=4148652b25728b3b2080e523a0b4cb9a&imageMogr2/format/webp)