Balas Dendam Sang Komposer Hebat

Balas Dendam Sang Komposer Hebat

Gavin

5.0
Komentar
Penayangan
10
Bab

Selama lima tahun, aku percaya pernikahanku dengan Sagara sempurna. Namun, aku menemukan semua itu bohong. Aku hanyalah pion untuk melindungi adik tirinya, Fiona. Di pesta perayaannya, Fiona memainkan lagu ciptaanku-lagu yang hanya pernah kudengar oleh Sagara. Saat aku marah, dia pura-pura terjatuh, menuduhku mendorongnya saat dia sedang "hamil". Seketika, Sagara berlari memeluk Fiona, lalu berbalik dan memakiku dengan tatapan benci yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bukan hanya lagu dan mimpiku yang dicuri. Di belakang jam tangan Sagara, terukir inisial 'F & S' di dalam sebuah hati. Saat itu, duniaku runtuh. Malam itu, dia meninggalkanku sendirian di puncak bukit demi Fiona. Aku pun menjadwalkan sebuah video untuk mengungkap semua kebohongan mereka, lalu membuang ponselku. Aku akan memalsukan kematianku, dan kali ini, aku akan menghancurkan mereka sepenuhnya.

Bab 1

Selama lima tahun, aku percaya pernikahanku dengan Sagara sempurna. Namun, aku menemukan semua itu bohong. Aku hanyalah pion untuk melindungi adik tirinya, Fiona.

Di pesta perayaannya, Fiona memainkan lagu ciptaanku-lagu yang hanya pernah kudengar oleh Sagara.

Saat aku marah, dia pura-pura terjatuh, menuduhku mendorongnya saat dia sedang "hamil".

Seketika, Sagara berlari memeluk Fiona, lalu berbalik dan memakiku dengan tatapan benci yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Bukan hanya lagu dan mimpiku yang dicuri. Di belakang jam tangan Sagara, terukir inisial 'F & S' di dalam sebuah hati. Saat itu, duniaku runtuh.

Malam itu, dia meninggalkanku sendirian di puncak bukit demi Fiona.

Aku pun menjadwalkan sebuah video untuk mengungkap semua kebohongan mereka, lalu membuang ponselku. Aku akan memalsukan kematianku, dan kali ini, aku akan menghancurkan mereka sepenuhnya.

Bab 1

DAVINA LAKSMI POV:

Aku sedang mengemasi barang-barangku secara diam-diam. Setiap pakaian yang kulipat, setiap buku yang kubungkus, terasa seperti bagian dari diriku yang lama yang sedang kukubur. Aku menghitung mundur hari, jam, bahkan menit, sampai aku bisa meninggalkan tempat ini, meninggalkan kehidupan yang telah kubangun di atas kebohongan. Aku tahu, ketika aku pergi, aku akan mengucapkan selamat tinggal, bukan hanya kepada Sagara, suamiku, tapi juga pada Davina yang dulu, yang terlalu naif untuk melihat kebenaran.

Tiba-tiba, pintu kamar tidur terbuka. Jantungku berdebar kencang. Sagara masuk, senyum hangatnya menyembunyikan badai di dalam diriku. Aku buru-buru mendorong kotak berisi barang-barang terakhirku di bawah tempat tidur. Ia tidak boleh tahu. Belum.

"Sayang, apa yang sedang kau lakukan di sana?" suaranya terdengar lembut, seperti biasa.

Aku berbalik, berusaha sekeras mungkin untuk terlihat tenang. "Oh, Sagara. Aku hanya... merapikan beberapa barang lama. Ingin menyumbangkannya."

Tanganku mencengkeram erat tepi meja. Aku bisa merasakan kuku-kukuku menusuk telapak tanganku, tapi aku tidak peduli. Rasa sakit itu setidaknya terasa nyata.

Sagara melangkah mendekat, matanya menatapku dengan kekhawatiran yang samar. "Kau terlihat pucat. Apa kau sakit? Harusnya kau tidak terlalu memaksakan diri. Biar aku saja yang melakukannya."

Ia tidak tahu. Ia tidak pernah tahu. Atau mungkin ia hanya pura-pura tidak tahu. Selama lima tahun ini, ia selalu menjadi suami yang sempurna di mata dunia. Pria yang lembut, penuh perhatian, dan selalu mendukung. Semua orang mengaguminya, mencemburiku. Aku pernah percaya itu. Aku pernah bersyukur pada takdir yang begitu murah hati padaku.

Tapi kemudian, aku menemukan kenyataan. Kebenaran pahit yang meruntuhkan segalanya, sepotong demi sepotong. Aku menyadari bahwa "cinta" Sagara bukanlah untukku. Bahwa aku hanyalah bidak dalam permainannya, alat untuk melindungi orang lain, adik tirinya, Fiona.

Ia mendekat, memelukku dari belakang, bibirnya menyentuh rambutku. "Kau tahu, aku sangat mencintaimu, Davina. Kita akan segera merayakan ulang tahun pernikahan kita yang kelima. Aku tidak sabar."

Aku menegang dalam pelukannya. Tangannya mengusap perutku dengan lembut. "Apa kau sudah merasa lebih baik? Aku sudah melihat jadwalmu, dan sepertinya kau butuh istirahat. Aku sudah menyiapkan makanan ringan dan sehat untukmu. Kau harus tetap bugar, demi... agar kita bisa segera punya anak."

Kata-kata itu. Anak. Aku menelan ludah. Betapa ironisnya.

Kemudian, ia tersenyum, senyum yang dulunya menghangatkan hatiku, kini terasa seperti es. "Oh, aku hampir lupa memberitahumu kabar baik. Fiona, dia hamil. Dan tebak apa lagi? Dia baru saja dinominasikan untuk kompetisi memasak internasional bergengsi itu. Kompetisi yang sama yang dulu sangat ingin kau ikuti."

Cengkeramanku pada meja semakin kuat. Aku mencium bau kebohongan yang menyengat dari setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Aku tahu, kau mungkin tidak suka dengan hal ini. Tapi ini adalah berita besar untuknya. Aku akan mengadakan pesta kecil untuk merayakan nominasi dan kehamilannya besok malam. Kau mau ikut, kan?"

Aku tidak menjawab. Ia menatapku, ekspresinya berubah menjadi sedikit cemas.

"Atau, jika kau tidak ingin pergi, itu tidak masalah. Aku bisa tinggal di rumah bersamamu. Kau terlihat lelah. Kita bisa punya waktu berdua saja."

Ia mengusap pipiku, matanya penuh "cinta". "Aku akan selalu kembali padamu, sayang. Ingat itu."

Aku menatapnya, mataku terasa kosong. Anak. Kompetisi. Fiona. Semuanya berputar dalam benakku.

"Kapan hasil kompetisi itu akan diumumkan, Sagara?" tanyaku, suaraku nyaris berbisik.

Sagara tersenyum, "Oh, itu... sekitar dua minggu lagi. Tapi kan kau tidak ikut, jadi tidak perlu khawatir, sayang."

Jantungku berdebar lebih kencang. Aku ikut. Aku sangat ikut. Atau setidaknya, aku berencana untuk ikut.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku