Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Sampai kapan kita akan terus seperti ini, Mas?" tanya Sandra pada sesosok laki-laki yang tengah merengkuh tubuh moleknya, di atas ranjang kenikmatan di sebuah hotel bintang empat, di kota Malang.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa hatimu mulai meragu?" balas Andreas sembari mengelus rambut halus kekasihnya.
"Bukannya aku ragu, tapi kita sudah berjalan sejauh ini dan belum juga ada tanda-tanda kamu akan menikahi ku." sahut Sandra sedikit kesal. Memalingkan wajahnya ke sudut lain.
"Kamu sabar. Menceraikan Riana tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku juga harus memikirkan perasaan Firza kalau sampai dia terpukul melihat kenyataan orangtuanya tak lagi bersama, dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan sepahit itu." ungkap Andreas mencoba mengelak.
"Tapi Ibu terus mendesakku, Mas. Kamu tahu kan bagaimana sifat Ibu. Apalagi kalau sampai tahu ternyata kamu masih mempunyai istri, dia pasti akan sangat kecewa terhadapku." ucap Riana makin terlihat kesal.
"Aku tahu, San. Dengerin aku! Aku berjanji, aku akan menikahimu. Sudah tak percayakah kamu denganku, Sayang? Kamu hanya perlu bersabar, tunggu waktu yang tepat. Dan Ibu tak akan tahu apapun tentang ini semua, yang dia tahu aku adalah calon menantunya yang sangat sayang terhadap putrinya." ujar Andreas lalu mengecup pipi wanita simpanannya itu.
Sandra tak bergeming, kecupan Andreas mampu meluluhkan hatinya kembali. Sandra memang tak pernah bisa menghindar ketika Andreas sudah memeluk atau menciumnya ketika ia merajuk, hatinya akan kembali tertata dan percaya bahwa Andreas memang juga bersungguh-sungguh mencintainya.
Sandra Melia Novelita, adalah wanita lajang berusia 25 tahun. Wanita berparas cantik, berkulit putih bersih dengan tinggi semampai. Membuat para laki-laki manapun akan bertekuk lutut dihadapannya. Sandra bekerja di sebuah perusahaan bonafit di Ibukota, menjabat sebagai seorang sekretaris dimana sang CEOnya sendiri adalah Andreas. Sandra mulai bergabung di perusahaan milik Andreas sekitar tiga tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah menempati posisi sebagai sekretaris, mulailah permainan gila ini mereka jalani. Berawal dari bercanda, lalu intensnya pertemuan mereka di kantor maupun luar kota. Statusnya sebagai sekretaris pribadi membuatnya harus selalu berada di samping atasannya. Seringnya pergi bersama keluar kotapun membuat mereka semakin dekat. Perjalanan keluar kota yang mulanya tak lebih dari tiga haripun kini mereka sulap bisa sampai tujuh hari. Itu semua demi memuaskan nafsu dunia yang tak pernah ada puasnya.
Andreas Riuji Utomo, CEO PT. Grand Pasifix. Perusahaan yang bergerak di bidang export-import kayu jati. Seorang lelaki dengan status menikah, memiliki seorang Istri bernama Riana, dan seorang anak perempuan yang masih berusia empat tahun, Virza. Lelaki dengan mata sipit dan berkulit putih, wajahnya yang penuh wibawa dengan sedikit jambang di dagunya membuatnya semakin terlihat mempesona. Walaupun usianya sudah menginjak 35 tahun, tapi tak juga memudarkan paras tampannya. Yang bisa dibilang semakin tua semakin mempesona.
Kedua insan yang yang tengah dimabuk nafsu dunia, kembali merengkuh kenikmatan yang sempat tertunda. Ditemani derasnya hujan yang seharian ini membasahi kota Malang, membuat suasana semakin menggairahkan. Peluh yang membasahi tubuh mereka diiringi erangan-erangan kenikmatan, membuat keduanya larut dalam nikmatnya rayuan setan.
Sandra memang selalu berhasil memuaskan hasrat Andreas diatas ranjang. Permainan binalnya membuat Andreas ketagihan, selalu ingin mengulang dan mengulanginya lagi. Sandra selalu bisa membawa Andreas benar-benar dimabuk kepayang.
Andreas dan Sandra memang sudah terbiasa pergi keluar kota berdua karena pekerjaan. Statusnya sebagai sekretaris tentu ini hal yang wajar, jadi tak satupun permainan mereka berdua diketahui oleh orang lain. Di kantorpun peran Sandra sangatlah apik, bersikap baik dan sopan layaknya seorang bawahan terhadap atasan, jadi tak satupun karyawan perusahaan akan menduga hal gila yang tengah mereka jalani selama hampir tiga tahun belakangan ini.
Setelah menghabiskan sisa waktu yang ada, mereka berduapun mengakhiri kegilaan hari ini. Membersihkan diri lalu kembali ke tempat pulang mereka masing-masing.
***
Sementara di sudut Ibukota, terlihat seorang istri dan anaknya yang tengah berbahagia menanti kepulangan seorang kepala rumah tangganya. Bersiap menyambut kedatangan dengan berbagai menu masakan yang sudah siap terpajang di atas meja makan.
"Mbok, rendang daging sapinya udah matang belum? Kalau sudah bawa ke depan!" seru Riana pada Mbok Inah, salah satu pembantunya.
"Iya bu, sebentar lagi." sahutnya dari dalam dapur sana.
Riana dan Firza begitu antusias menyambut kedatangan Andreas. Sudah empat hari ini Andreas bertugas di luar kota. Alasan meeting dengan klien tak akan pernah disangsikan oleh sang istri, Riana Hana Salsabila.
Riana adalah seorang istri yang sangat sabar. Dia percaya Andreas juga tak akan pernah macam-macam walaupun mereka tak sedang bersama. Dia yakin Andreas bisa menjaga kepercayaannya. Memang tak ada yang berubah dari Andreas, semuanya masih sama seperti dulu. Hangat peluknya, teduh tatapannya, lembut tutur katanya, semuanya tak berubah. Itu yang membuat Riana selalu percaya akan suaminya.
Deru kendaraan tiba-tiba terdengar jelas di telinga Riana dan Firza.
"Yeyy, Papa pulang." sorak Firza kegirangan.
"Iya sayang. Yuk kita ke depan!" sahut Riana tak kalah girangnya.
Mereka segera melangkahkan kaki menuju pintu untuk menyambut sang pejuang nafkah keluarganya. Riana membuka pintu utama, terlihat Andreas sedang menutup pintu mobilnya, lalu dengan senyum merekah di bibirnya ia berjalan menuju anak dan istrinya.
"Hay sayang-sayangnya Papa." ucapnya sembari memeluk Riana, mengecup puncak kepala sang istri mesra, lalu dilanjutkan menggendong si buah hati yang akan genap berusia empat tahun dua minggu lagi. Di ciumnya pipi montok sang malaikat kecilnya dengan gemas. Riana mengambil tas jinjing ditangan Andreas, yang biasa dibawanya bekerja, sedangkan koper berisi pakaian akan di urus oleh Mbok Inah tanpa diperintah.
"Anak papa nakal nggak ya? Hayo." ucap Andreas pada putrinya.