Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Rene Putri Dahlia
Kelahiran 24 Desember
Usia 28 tahun
Bachelor of Fine Art, Visual Art
Keylian Hermawan membaca data diri di balik foto seorang gadis yang disodorkan Alvin, sahabatnya. Selain foto gadis itu, ada beberapa lembar foto lain yang merupakan jepretan lukisan Rene. Indah. Sangat indah. Sebagai seorang fotografer, lelaki yang satu tahun lebih tua dari Rene itu tau, keindahan lukisan ini pasti berharga mahal di pasaran.
Ini adalah usaha Alvin yang keempat untuk mengenalkannya pada seorang gadis. Meskipun Key mengagumi lukisan gadis itu, agaknya ini akan menjadi kesia-siaan seperti sebelumnya. Hati lelaki itu tidak merasakan getaran apa pun saat melihat atau bicara dengan gadis mana pun. Mati rasa. Mungkin bisa disebut begitu.
Alvin menghempas tubuh ke sandaran kursi. Lalu meraih segelas latte dan menyesapnya. Melihat wajah datar Key membuatnya kecewa. Rene adalah gadis terbaik dari semua gadis yang pernah ia sodorkan pada sahabatnya itu. Jika kali ini sahabatnya itu menolaknya, Key benar-benar keterlaluan!
"Bagaimana? Seoul sedang cerah hari ini. Aku harap suasana hatimu juga demikian. Ayolah.
Berhentilah memikirkan Mina. Kamu juga berhak bahagia, kan?" Pertanyaan beruntun Alvin membuat kepala Key berdenyut.
Key dan Alvin adalah orang Indonesia yang kini menetap dan bekerja di Seoul. Setelah lulus kuliah, mereka memilih untuk mengunpulkan banyak uang terlebih dahulu sebelum kembali ke tanah air.
Tentu saja. Ia juga ingin bahagia. Namun, ia lupa bagaimana rasanya dibuat bahagia oleh lawan jenis.
Lelaki itu pun melarikan pandang ke luar jendela. Alvin benar. Seoul sedang sangat cerah hari ini. Langit biru tanpa awan membentang memayungi bumi. Pohon-pohon hijau berderet di sepanjang trotoar.
Bunga-bunga bermekaran. Merah, oranye, kuning, dan putih. Kafe tempat mereka bertemu saat ini memiliki taman yang menyegarkan mata. Pemandangan musim panas adalah favorit Key. Udaranya benar-benar cocok untuk berlibur.
"Bagaimana?" tanya Alvin sekali lagi. Ia menuntut pendapat Key atas Rene.
"Berbakat." Hanya satu kata itu yang terlontar dari bibir tipis Key.
Alvin pun mendesah. Ia menipiskan bibir merah mudanya. Jemari lentiknya mengetuk-ngetuk meja kayu. Lelaki itu berpikir. Ia harus bisa membuat Key tidak menolak usulannya kali ini.
Key menyelipkan rambut panjangnya kebelakang telinga lalu menyesap cappucinonya.
"Aku akan mempertimbangkannya nanti," ucapnya.
Ia tidak ingin Alvin kecewa karena usahanya tak kunjung berhasil. Sebenarnya, ini bukan salah Alvin, tetapi, masalah hati tidak bisa dipaksakan, kan?
Sudah dua tahun berlalu. Namun, Key masih belum bisa benar-benar melupakan Mina. Gadis itu adalah cinta sekaligus kekasih pertamanya. Mereka adalah pasangan ideal layaknya tokoh utama dalam drama Korea yang ditonton jutaan pasang mata di televisi.
Namun, dua tahun lalu, Mina memutus hubungannya dengan Key dan menikahi lelaki lain.
Hingga saat ini, Key masih merasa terpukul jika mengingat hal itu. Ia pun menggenggam tangannya di atas meja sambil menunduk. Lalu suara Alvin yang terlalu nyaring sedikit membuatnya tersentak.
"Kau tau, kan, aku akan menikah bulan depan? Aku ingin kau datang. Abadikan momen bersejarahku dan Karina dengan kameramu itu. Ini permintaan khususku sebagai sahabat."
"Ne, araso."
Dulu, Key sangat mencintai pekerjaannya sebagai wedding fotografer. Namun, sejak hubungannya dengan Mina berakhir, ia merasa kehilangan semangat.
Key selalu mengingat momen menyakitkan itu setiap ia berangkat bekerja. Sebuah pernikahan gadis yang dicintainya dengan lelaki lain.
"Aku harus kembali. Aku tau, kau tidak mungkin menolak permintaanku, kan?" ujar Alvin terlalu percaya diri. "Karina sudah menungguku. Aku akan menemuinya sekarang. Sampai nanti." Alvin pun bangkit dari kursinya dan meninggalkan Key.
Alvin sungguh beruntung. Selain menemukan pekerjaan yang bagus di negara orang, ia juga menemukan tambatan hatinya yang sama-sama orang Indonesia di ibukota Korea Selatan tersebut. Bahkan, mereka akan mengakhiri masa lajangnya di bulan depan.