Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bertemu Gadis Masa Lalu

Bertemu Gadis Masa Lalu

Ellyca

5.0
Komentar
4
Penayangan
2
Bab

Menjadi seorang wedding fotografer selalu mengantar Key pada kenangan. Mina meninggalkanku menikah dengan lelaki lain. Dan setiap pergi bekerja, ia selalu berperang dengan masa lalu. Hingga hari itu, seseorang membuatku sadar 'pergi bekerja' ternyata tidak semenakutkan biasanya.

Bab 1 Masa Lalu Key

Rene Putri Dahlia

Kelahiran 24 Desember

Usia 28 tahun

Bachelor of Fine Art, Visual Art

Keylian Hermawan membaca data diri di balik foto seorang gadis yang disodorkan Alvin, sahabatnya. Selain foto gadis itu, ada beberapa lembar foto lain yang merupakan jepretan lukisan Rene. Indah. Sangat indah. Sebagai seorang fotografer, lelaki yang satu tahun lebih tua dari Rene itu tau, keindahan lukisan ini pasti berharga mahal di pasaran.

Ini adalah usaha Alvin yang keempat untuk mengenalkannya pada seorang gadis. Meskipun Key mengagumi lukisan gadis itu, agaknya ini akan menjadi kesia-siaan seperti sebelumnya. Hati lelaki itu tidak merasakan getaran apa pun saat melihat atau bicara dengan gadis mana pun. Mati rasa. Mungkin bisa disebut begitu.

Alvin menghempas tubuh ke sandaran kursi. Lalu meraih segelas latte dan menyesapnya. Melihat wajah datar Key membuatnya kecewa. Rene adalah gadis terbaik dari semua gadis yang pernah ia sodorkan pada sahabatnya itu. Jika kali ini sahabatnya itu menolaknya, Key benar-benar keterlaluan!

"Bagaimana? Seoul sedang cerah hari ini. Aku harap suasana hatimu juga demikian. Ayolah.

Berhentilah memikirkan Mina. Kamu juga berhak bahagia, kan?" Pertanyaan beruntun Alvin membuat kepala Key berdenyut.

Key dan Alvin adalah orang Indonesia yang kini menetap dan bekerja di Seoul. Setelah lulus kuliah, mereka memilih untuk mengunpulkan banyak uang terlebih dahulu sebelum kembali ke tanah air.

Tentu saja. Ia juga ingin bahagia. Namun, ia lupa bagaimana rasanya dibuat bahagia oleh lawan jenis.

Lelaki itu pun melarikan pandang ke luar jendela. Alvin benar. Seoul sedang sangat cerah hari ini. Langit biru tanpa awan membentang memayungi bumi. Pohon-pohon hijau berderet di sepanjang trotoar.

Bunga-bunga bermekaran. Merah, oranye, kuning, dan putih. Kafe tempat mereka bertemu saat ini memiliki taman yang menyegarkan mata. Pemandangan musim panas adalah favorit Key. Udaranya benar-benar cocok untuk berlibur.

"Bagaimana?" tanya Alvin sekali lagi. Ia menuntut pendapat Key atas Rene.

"Berbakat." Hanya satu kata itu yang terlontar dari bibir tipis Key.

Alvin pun mendesah. Ia menipiskan bibir merah mudanya. Jemari lentiknya mengetuk-ngetuk meja kayu. Lelaki itu berpikir. Ia harus bisa membuat Key tidak menolak usulannya kali ini.

Key menyelipkan rambut panjangnya kebelakang telinga lalu menyesap cappucinonya.

"Aku akan mempertimbangkannya nanti," ucapnya.

Ia tidak ingin Alvin kecewa karena usahanya tak kunjung berhasil. Sebenarnya, ini bukan salah Alvin, tetapi, masalah hati tidak bisa dipaksakan, kan?

Sudah dua tahun berlalu. Namun, Key masih belum bisa benar-benar melupakan Mina. Gadis itu adalah cinta sekaligus kekasih pertamanya. Mereka adalah pasangan ideal layaknya tokoh utama dalam drama Korea yang ditonton jutaan pasang mata di televisi.

Namun, dua tahun lalu, Mina memutus hubungannya dengan Key dan menikahi lelaki lain.

Hingga saat ini, Key masih merasa terpukul jika mengingat hal itu. Ia pun menggenggam tangannya di atas meja sambil menunduk. Lalu suara Alvin yang terlalu nyaring sedikit membuatnya tersentak.

"Kau tau, kan, aku akan menikah bulan depan? Aku ingin kau datang. Abadikan momen bersejarahku dan Karina dengan kameramu itu. Ini permintaan khususku sebagai sahabat."

"Ne, araso."

Dulu, Key sangat mencintai pekerjaannya sebagai wedding fotografer. Namun, sejak hubungannya dengan Mina berakhir, ia merasa kehilangan semangat.

Key selalu mengingat momen menyakitkan itu setiap ia berangkat bekerja. Sebuah pernikahan gadis yang dicintainya dengan lelaki lain.

"Aku harus kembali. Aku tau, kau tidak mungkin menolak permintaanku, kan?" ujar Alvin terlalu percaya diri. "Karina sudah menungguku. Aku akan menemuinya sekarang. Sampai nanti." Alvin pun bangkit dari kursinya dan meninggalkan Key.

Alvin sungguh beruntung. Selain menemukan pekerjaan yang bagus di negara orang, ia juga menemukan tambatan hatinya yang sama-sama orang Indonesia di ibukota Korea Selatan tersebut. Bahkan, mereka akan mengakhiri masa lajangnya di bulan depan.

Sepeninggal Alvin, Key kembali menatap foto-foto yang ada di atas meja. Tidak hanya berbakat, Key mengakui gadis itu cantik dan ... cerdas. Ia menyukai gadis yang cerdas. Ia tentu tau bagaimana sulitnya untuk menembus Universitas Korea.

Berbeda dengan Alvin. Sejak masa sekolah dulu, sahabatnya itu selalu melihat fisik dan latar belakang keluarga sebelum mengencani seorang gadis. Dan entah sebuah kebetulan atau tidak, hampir semua gadis yang dikencani Alvin itu bertubuh mungil.

Key menarik senyum membayangkan Alvin dan Karina. Mereka pasangan mungil yang imut. Terlihat sangat cocok. Sebagai sahabat, Key ikut senang akhirnya mereka akan menikah bulan depan. Ia pun membereskan foto-foto itu dan ikut beranjak meninggalkan kafe.

~~~

"Sayang mengapa kau lama sekali?" protes Karina saat melihat Alvin baru saja datang ke kediaman mereka. Gadis berambut sepunggung itu sudah menghabiskan separuh kentang gorengnya saat menunggu kedatangan Alvin.

Alvin pun mengacak gemas rambut Karina lalu berkata, "Aku baru saja menemui Key. Lelaki itu benar-benar tidak mau membuka hatinya untuk orang lain," keluh Alvin.

"Apa kau jadi mengenalkan Rene padanya?" tanya Karina penasaran.

"Tentu saja. Mereka akan segera bertemu. Di pernikahan kita bulan depan," ucap Alvin mantap.

Karina pun ikut tersenyum saat melihat Alvin tersenyum. Tak salah jika orang-orang yang mengenal Alvin Permana menyebutnya dengan julukan genius man.

Kekasihnya itu selalu pula banyak trik dalam hal apa pun, dan sebagian besarnya selalu berhasil. Baik dalam pekerjaan maupun kehidupan sosial, lelaki berwajah mungil itu selalu bisa diandalkan. Karina berharap, rencana Alvin kali ini juga akan berhasil.

"Ngomong-ngomong, aku punya sesuatu untukmu." Ucapan Karina itu membuat Alvin berdebar. Ia selalu suka hadiah dan kejutan. Terlebih dari calon istrinya itu.

Tepat setelah ia selesai bicara, seseorang memencet bel di depan rumah mereka. Karina pun segera beranjak untuk membukakan pintu. Karina lega karena wanita di balik pintu rumahnya datang tepat waktu sambil membawa anjing pesanannya.

Alvin yang mengikuti langkah Karina pun terbelalak saat melihat hewan berbulu itu. Setelah menyelesaikan transaksinya, wanita itu pun pamit dan berlalu dari rumah pasangan itu. Karina pun berjongkok untuk mensejajarkan tinggi dengan anjing jenis corgi ini.

"Kita harus memberinya nama," usul Karina sambil mengelus-ngelus puncak kepala peliharaan barunya.

"Monggi. Bagaimana menurutmu?" Alvin pun ikut berjongkok untuk membelai punggung Monggi. Ia sangat menyukai hewan berbulu yang satu ini.

"Bagaimana kalau Beni?"

"Tidak. Tidak. Monggi." Alvin mempertahankan usulannya.

"Baiklah. Monggi, nama yang cantik. Aku setuju," ujar Karina akhirnya. Ia pun menatap Alvin sambil berucap, "aku harap kau menyukai Monggi dan merawatnya dengan baik." Hewan berkaki empat itu pun duduk dengan patuh dan terlihat senang dengan sentuhan tuan barunya.

"Tentu aku akan merawatnya!" Alvin benar-benar girang. "Kita akan memeliharanya bersama." Karina pun mengangguk mantap.

"Ngomong-ngomong, aku rasa kita harus kembali berdiskusi tentang pernikahan kita." Karina pun bangkit dan menggiring Monggi ke dalam kamar mereka. Alvin pun mengunci pintu sebelum mengikuti langkah sang kekasih.

Tinggal bersama dengan bukan pasangan sah mungkin menjadi hal yang tabu bagi orang timur seperti mereka. Namun, budaya dan lingkungan baru membuat keduanya lama-lama ikut terbawa arus, hingga di tahun lalu, Alvin dan Rene akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama setelah 2 tahun perpacaran.

Setibanya di kamarnya, Alvin pun mengeluarkan tab dari tasnya dan mulai mengecek kembali satu persatu daftar hadirin yang akan ia undang.

Uniknya, meski tinggal satu apartemen, tetapi mereka tetap memiliki kamar masing-masing. Selain itu, keluarga mereka di Indonesia tidak tahu kalau keduanya sudah tinggal bersama dalam satu tahun terakhir.

Pernikahan adalah perayaan satu kali seumur hidup. Sehingga, baik Alvin maupun Karina tidak ingin melewatkan satu detail pun. Terutama tamu undangan. Akan tidak sopan jika mereka lupa mengundang seseorang yang berjasa dalam hidupnya.

Karina pun melihat kembali desain undangan yang dikirim Rene melalui surat elektronik. Undangan berwarna putih gading dengan tulisan emas. Ada gambar burung merpati sebagai hiasan. Simbol yang dipilih Karina sebagai lambang kesetiaan.

Baru setengah perjalanan, Alvin pun memilih untuk bergabung dengan Karina terlebih dahulu. Ia juga harus menyukai desain undangan pernikahannya. Karena seleranya hampir selalu sama dengan Karina, melihat hasil desain final yang tengah dilihat Karina, Alvin pun langsung menyetujuinya.

Lelaki berkemeja biru itu pun memuji tangan terampil Rene. Ia menjadi semakin berharap, Key dan Rene mau membuka hati satu sama lain dan bangkit dari kesakitan.

Sekali lagi, Alvin melihat kemiripan di antara keduanya. Mereka sama-sama memiliki tangan ajaib dalam hal seni. Rene dengan desainnya, dan Key dengan hasil bidikan dan editan fotonya. Semua yang dikerjakan keduanya seolah tanpa cela. Alvin menjadi tidak sabar untuk segera mempertemukan sahabat-sahabatnya itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku